Cerita Bersambung

Negarabatin (11)

Sebenarnya anaknya jelas tidak mau dipindahkan. Ada yang menangis-nangis tak mau dipindahkan. Ada juga yang memekik-mekik. Sedih pula hendak berpisah dari teman-teman di SD kami. Tapi mau bagaimana, masa SDN 2 ditutup karena tidak mendapatkan murid. Nah, terpaksa pula guru dan kepala sekolah menjelasjkan dan merayu anak-anak yang hendak dipindahkan, terutama orang tua mereka. Aku ingat ada temanku, Idris namanya yang memilih tidak bersekolah daripada dipindahkan. Entah… kudengar, ia tak mau benar bersekolah setelah itu.

***  

Keesokannya, hari kedua, ketiga, dan seterusnya sekolah kami mulai belajar. Pak Ubai guru kelas. Jadi, ia mengajar semuanya membaca, menulis, dan Matematika.

“Sai cecok inji wat titik di atasni huruf i. Injuk inji huruf n. I jama n tibaca in. Kaduni sai wa cukut ngejuntai mit bah ji huruf je (j), ditempelko huruf cecok sai wat titikni, I jadi ji[1],” Pak Ubai sambil menulis menunjukkan di papan tulis, “in…ji… jadi inji.  Inji huruf sai balak tenai gelarni beh (b)… inji sai bangukni mingkak ilung atas huruf u… b rik u bunyini bu. Terus sai balak tundunni huruf deh (d) tigabungko jama huruf i bunyinyi di. Jadi, budi… Jadi mulai jak muwak… inji budi,[2].

“Ini kakak budi, ini adik budi, ini bapak budi, ini ibu budi… ,”begitu kira-kira Pak Ubai mengajar kelas satu.

Cara membaca susanan alfabet (a la ulun Lampung): a beh ceh deh e ef geh heh i jeh keh el em en o peh qiu er es te u veh weh yeh zet. Berhitung: : sai, ruwa, telu, epak, lima, enom, pitu, walu, siwa, puluh, sebelas, ruwa belas, telu belas, epak belas, lima belas, enom belas, pitu belas, siwa belas, ruwa mpuluh, ruwa mpuluh sai, ruwa mempuluh ruwa, … telu ngepuluh,… dan seterusnya. 

 “Sai tambai sai gegoh jama ruwa, sai tambah ruwa gegoh jama telu, ruwa tambah ruwa gegoh jama epak, … telu tikurangi sai gegoh jama ruwa, sai tikurangi sai gegoh jama nol, …[3],” begitu pula antara lain Pak Ubai mengajari kami berhitung.

Nah, benar-benar harus ekstra mengajar kami. Bagaimana pula jika baru benar mengenal huruf dan angka. Pertama-tama belajar membaca dan berhitung. Teman-teman yang sudah sudah ada yang masuk Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi sebelum masuk SD. Tapi, namanya taman tempat bermain bukan sekolah, jadi di TK mereka belum belajar calistik (baca tulis hitung).

Kami anak sekolah kampung. Kebanyakan orang tua kami bedarak[4], ngebun, nyabah, dan nyebak.  Untung benar ada sekolah di pekon kami. Kalau tidak, entah bagaimana nasib anak-anak yang… jorok, kotor, nakal, bodoh, reseh, ugal-ugalan,… ada pula yang patuk ingu[5] dan pekiwang[6]. Oleh sebab itu, sudah jelas mengajar kami kelas satu mesti sabar benar. Bagaimana tidak, sudah sunggung-sungguh Pak Ubai menerangkan pelajaran, ada saja murid yang tidak juga mengerti. Ada juga yang ribut. Kadang-ada yang berkelahi. Ada yang menangis. Ada yang berak di celana. Adui[7]

Sekali waktu, kelas kami ribut benar. Ceritanya, semua siswa sedang tekun mengerjakan latihan soal, aku kegelian di bangkuku. Apa benar kok ada yang meronta-ronta di bangku. Aku bangun dari duduk. Kulihat ada cacing di bangkuku. Ih, jijiiik… Aku pun memekik.

>> BERSAMBUNG


[1] “Yang berdiri ini ada titik di atasanya huruf i. Seperti ini huruf n. I dengan n dibaca in. Lalu yang ada kaki menjungtai ke bawah ini huruf je (j), ditempelkan huruf berdiri yang yang ada titiknya, i menjadi ji,”

[2] “in… ji… menjadi inji. Ini huruf yang besar perutnya namanya beh (b)… ini yang mulutnya terbuka ke atas huruf u… b dan u bunyinya bu. Terus yang besar punggungnya huruf deh (d) tigabungkan dengan huruf i bunyinya di. Jadi, budi… Mulai dari awal… inji budi.”

[3] Satu ditambah satu sama dengan dua, satu tambah dua sama dengan tiga, dua ditambah dua sama denbgan empat, … tiga dikurangi satu sama dengan dua, satu dikurang satu sama dengan nol.

[4] berladang

[5] ingusan terus

[6] cengeng

[7] aduh…

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top