PERTEMUAN dengan Rehulina (Pangkalan Bun), Dyah Nkusuma (Sampit), dan Eryantho Kamis (Bekasi, pernah jadi wartawan Kalteng Pos di Palangkaraya) melalui buku Bahasa...
Oleh S Metron Masdison LAMPUNG bagai koloni baru dalam kebudayaan. Padahal, ada peradaban batu berusia 4000 tahun. Seorang maestro tari meninggal sebelum sempat...
Oleh Susilo Sudarman Motinggo Busye bukan sekadar nama besar dalam sejarah sastra Indonesia, melainkan roh yang hidup dalam denyut karya para sastrawan...
Oleh Arman AZ SEBAGIAN besar warga Lampung tentu masih ingat bioskop-bioskop lokal yang pernah beroperasi di daerah masing-masing. Ada beberapa bangunannya masih...
Oleh Maspril Aries Prolog Manusia tidak pernah hidup dalam ruang hampa semantik. Setiap kali kita menjejakkan kaki di sebuah “tempat”, kita—baik sadar...
Oleh Ali Rukman “Adat tidak hidup karena seremoninya, tapi karena orang-orang yang bersedia menjadi bara di balik asapnya.” ADA masa ketika suara...
Oleh Susilo Sudarman BUKU puisi Kesibukan Membuat Sejarah (Pustaka LaBRAK, 2025)[1] karya Udo Z Karzi menghadirkan perenungan tajam mengenai relasi antara manusia,...
Oleh Ali Rukman ADA suara yang lebih nyaring dari bunyi gong atau tetawak saat hajatan berlangsung. Suara itu datang dari langkah-langkah lembut...
Oleh Ali Rukman BUDAYA bukan untuk dipajang dalam festival, melainkan dihidupkan dalam keseharian. Sebab, nilai tidak tumbuh dari sorak penonton, tetapi dari...
Oleh Oyos Saroso HN SAYA belajar menulis puisi sejak pertengahan 1980-an. Saya makin gila baca karya sastra sejak sekolah kami pindah ke...