Desakralisasi Agama

Oleh Gufron Aziz Fuadi
BAGI kita yang jarang nongkrong di kafe-kafe, hampir dipastikan tidak mengenal nama Kafe Holywings. Saat ini kita cukup mengenal nama cafe tersebut, tentu bukan karena kita nge-bir disana tapi karena iklan promosi yang sensitif dan melecehkan nama Muhammad dan Maria.
Apa pun, Muhammad adalah nama Nabi yang paling dalam Islam. Begitu pun Maria atau Mariam salah dari empat wanita utama selain Khadijah, Fatimah dan Asiyah. Beliau juga sangat dihormati oleh umat Nasrani.
Sebelum Nabi Muhammad Saw lahir, nama Muhammad belum pernah dipakai oleh siapa pun. Sehingga ketika Abdul Muthalib memberi nama bayi yang dilahirkan Siti Aminah, Muhammad, orang-orang Quraisy cukup tercengang.
Nama Muhammad bukanlah nama biasa seperti pemberian manusia. Namun, ini adalah nama yang disampaikan Allah kepada kakek dan ibu Nabi Muhammad Saw.
Dalam satu riwayat diceritakan bahwa ibu Rasulullah, Sayyidah Aminah, bercerita pernah didatangi malaikat ketika mengandung, dan malaikat itu berkata kepadanya:
“Sesungguhnya kau sedang mengandung pemimpin umat ini. Maka, ketika ia lahir ke dunia, ucapkanlah: “aku memohon perlindungan untuknya kepada Tuhan yang Maha Esa, dari kejahatan setiap orang yang hasud, dan namailah ia ‘Muhammad’.” (Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, Beirut: Darul Kutub al-A’rabiy, 1990,juz 1, hlm 180)
Ayahnya bernama ‘Abd Allah atau hamba Allah, juga suatu nama yang asing bagi para penyembah berhala di Arab pada waktu itu.
Sebab, mereka biasanya memakai nama-nama ‘Abd al-Lata, ‘Abdul-Uzza, dan nama-nama lainnya yang mengandung arti hamba berhala.
Sedang kakeknya yang dikenal sebagai Abdul Muthalib nama sebenarnya adalah Syaiban yang makna orang yang bijaksana.
Ibunya bernama Aminah, artinya wanita yang amanah atau wanita yang memberi rasa aman, salah satu nama ideal yang melambangkan karakter yang baik.
Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau berkata, “Berkata Sa’id bin Musayyib: Nama yang paling dicintai Allah adalah nama para Nabi. Dalam kita sejarah dijelaskan bahwa sahabat Thalhah mempunyai sepuluh anak dan setiap anak bernama dengan nama nabi. Sahabat Az-Zubair juga memiliki sepuluh anak dan dinamakan dengan para syuhada.”
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berilah nama dengan namaku, akan tetapi jangan memanggil dengan panggilanku (yakni Abul Qasim) kerana sesungguhnya aku adalah Qasim (pembagi) yang membagi di antara kalian.” (HR. Imam Muslim).
Nabi Muhammad Saw merupakan panutan seluruh umat Islam di dunia. Ajaran dan teladan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW akan menjadi panduan hingga nanti di akhir zaman.
Oleh karena itu banyak kaum muslimin yang memberikan nama pada anaknya dengan awalan Muhammad.
Tentu saja dengan harapan agar sang anak dapat menjadi orang yang saleh dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Karena nabi Muhammad adalah uswatun hasanah, contoh teladan yang baik dalam segala hal.
Allah berfirman, “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok olok?”
“Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (selalu) berbuat dosa.” (At Taubah: 65-66)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa hukumnya sangat berat yaitu bisa keluar dari agama Islam. Beliau berkata, “Mengolok-olok dalam agama, ayat Al-Quran dan Rasul-Nya termasuk kekafiran yang bisa mengeluarkam dari Islam, karena agama ini dibangun di atas pengagungan kepada Allah, agama dan Rasul-Nya.”
Berbahagialah Anda yang diberi nama Muhammad oleh orang tuanya. Sebab, itu adalah nama yang abadi, tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat. Sebab di akhirat nanti nama nabi Muhammad saw adalah nama yang dirindukan oleh manusia untuk memperoleh syafaatnya.
Terbayang tidak, kalau nanti di akhirat kita tidak dilirik sedikit pun oleh Rasulullah? Bahkan, kita tidak bisa menemukan beliau saat kota sangat membutuhkan stafaatnya. Padahal selama hidup kota di dunia, KTP nya Islam.
Mungkin karena selama ber KTP Islam, dia tidak pernah merasa tersinggung ketika nabi Muhammad saw dinistakan.
Allah berfirman dalam Surat Al Kautsar 3: “Sungguh, orang-orang yang membencimu (Muhammad) dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”
Saya jadi teringat perkataan seorang ulama dulu yang mengatakan: Bila kami mengepung benteng kafir musuh dan kami mendengar mereka mulai mencaci dan melecehkan nabi Muhammad saw, maka itu menjadi tanda bahwa mereka akan segera hancur dan dikalahkan.
Dan, itu selalu menjadi kenyataan!
Semoga!
Wallahua’lam bi shawab. []
