Gema Ramadan

Bila Dunia Devisit Kebaikan dan Surplus Kejahatan

Oleh Gufron Aziz Fuadi

AKHIR-AKHIR ini ada berita viral korban pembegalan menjadi tersangka karena si korban melawan empat orang begal dan menewaskan dua pembegalnya. Si korban menjadi tersangka karena dianggap melakukan “main hakim” sendiri yang menyebabkan hilangnya nyawa pembegalnya.

Sehingga di masyarakat, terutama netizen menjadi bahan candaan dan tik tok. Kata mereka seharusnya,  korban membegalan jangan melawan, tetapi beri nasihat dulu bahwa membegal itu tidak baik dan melawan hukum. Kalau pembegalnya tidak menerima, ya kasihkan saja motornya daripada melawan kalah dan mati,  siapa yang mau tanggung jawab?

Apa negara mau tanggung jawab?

Bila melawan dan menang terus begalnya mati, menjadi tersangka pembunuhan, motornya selamat tapi masa depannya hilang karena masuk penjara…

Begitulah logika masyarakat!

Bagaimana pandangan Islam?

Paling tidak ada tiga belas hadits yang menjelaskan masalah ini. Salah satunya adalah,

Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seseorang yang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang mendatangiku dan ingin merampas hartaku?”

Beliau bersabda, “Jangan kau beri padanya.”

Ia bertanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?”

Beliau bersabda, “Bunuhlah dia.”

“Bagaimana jika ia malah membunuhku?” ia balik bertanya.

“Engkau dicatat syahid,” jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Bagaimana jika aku yang membunuhnya?” ia bertanya kembali.

“Ia yang di neraka”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim No. 140).

Sesungguhnya fenomena meningkatnya pembegalan, pencurian dan perampokan bukanlah fenomena sederhana seperti mereka butuh makan dan cari pekerjaan amatlah susahnya. Meskipun alasan ini juga tidak salah.

Namun, maraknya pembegalan dan sejenisnya serta kejahatan-kejahatan lainnya menunjukkan bahwa masyarakat saat ini sedang sangat haus dan lapar dengan kebaikan. Tapi, masyarat yang memproduksi kebaikan sangat sedikit. Sehingga di tengah tengah masyarakat sekarang ini yang terjadi adalah minus atau devisit kebaikan dan surplus kejahatan.

Itulah mengapa hampir di semua tempat kita merasa tidak aman, karena selalu dihantui adanya kejahatan. Dulu mungkin kita hanya merasa tidak aman ketika parkir motor di pasar atau mengendarai motor dimalam hari atau mengendarai ditempat sepi. Tapi kita sekarang bahkan merasa tidak aman memarkir motor diteras rumah sendiri.

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang membutuhkan kebaikan  dari masyarakat. Tetapi karena produsen kebaikan dimasyarakat sangat sedikit maka kebaikan yang ada tidak mencukupi kebutuhan alias minus. Sehingga orang berebut untuk mendapatkannya.

Sementara itu anggota masyarakat yang memproduksi (melakukan) kejahatan sangat banyak alias surplus. Sehingga di mana-mana kita menemukan kejahatan. Tidak hanya di pasar dan jalan yang sepi, tetapi juga di kantor-kantor, bahkan di lembaga pendidikan tinggi sekalipun.

Kejahatan di kantor-kantor inilah yang membuat kekayaan dan kesejahteraan tidak menyebar secara merata, tetapi terkumpul pada orang atau kelompok orang tertentu saja. Sialnya, sekelompok orang ini mendapatkannya dengan cara yang tidak benar alias zalim. Dan orang yang mendapatkan hartanya secara zalim akan selalu menggunakannya secara sombong.

Bersatunya kezaliman dengan kesombongan inilah yang membuat masyarakat terbelah dan mendendam.

Islam tidak pernah membenci kekayaan. Sebaliknya justru mendorong setiap muslim menjadi kaya dengan cara yang benar. Sebab, orang yang memperoleh kekayaannya dengan cara yang benar biasanya akan jauh dari sifat sombong dalam menggunakan kekayaannya.

Mereka akan melihat masyarakat miskin sebagai mitranya dalam menggunakan kekayaannya untuk membuat kebaikan. Sehingga kaya-miskin tidak membuat masyarakat terbelah dan penuh dendam. Setelah usaha dan ikhtiar, kaya miskin adalah ketentuan Allah yang harus kita terima.

“Katakanlah, ‘Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.’ Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi Rezeki yang terbaik.” (As Saba’: 39)

Wallahualam bi shawab. []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top