Cerita Bersambung

Negarabatin (39)

Begitulah, sesampainya di rumah di Pakiskawat disambut Inabatin, istri Pakbatin Yusri.

“Baru sampai, Mak?” sapa Inabatin sambil mengambil bawaan Kajjong Usanah.

“Iya,” jawab Kajjong Usanah.

“Inji….”

“Uyung, anak Zanaha,” Kajjong Usanah langsung memperkenalkan Uyung.

Namun, kakak Zanaha ini, yaitu anak tertua Kajjong Usanah, memang sudah mengenal Uyung karena sekeluarga sering pulang pekon. “Iya, memang sudah tahu, Mak,” kata Inabatin.

Kepada Uyung, Inabatin bicara, “Ai, Uyung ikut rupanya. Capek, Yung?”

“Mungkin capek. Beberapa kali muntah di jalan,” Kajjong Usanah bicara lagi.

Anak Inabatin ada dua, perempuan semua, yaitu Cikwo dan Cikngah. Setelah mandi, makan, istirahat. Ngobrol, bertukar kabar, … Uyung tak bersuara jika tidak ditanya.

Tidak banyak yang bisa diceritakan Uyung tentang Tanjungkarang. Usia Uyung saat itu kurang dari sembilan tahun.  Tempat berbelanja di Tanjungkatang dahulu Bambu Kuning namanya. Bersama Kajjong Usanah atau yang lainnya, Uyung berkunjung rumah sanak-famili, ada yang dekat di Pakiskawat saja, ada di Gubukbata, dan tempat lainnya. Kebetulan ada saudara yang disunat ketika Uyung datang ke Tanjungkarang.

Saat minap di Jatiluhur, Tanjungkarang, di tempat keponakan Kajjong Usanah, eh… pakai acara mati listrik segala.

“Ini, pas lagi mati lampu. Jadi, gelap-gelapan saja. Ada lilin tetapi tidak seberapa terang,” ujar Minan si empunya rumah.

“Tak apa-apa. Di pekon sudah biasa gelap. Paling-paling pakai lampu minyak saja,” kata Kajjong Usanah.

Tengah malam, listrik baru hidup.

Oo, listrik namanya… Untuk pertama kalinya Uyung tahu ada neon, bohlam, lemari es, dan macam-macam perkakas rumah yang menggunakan energi listrik di Tanjungkarang itulah. Di Negarabatin belum masuk listrik. Lampu petromaks menjadi andalan agar benderang. Jika petromak dimatikan, diganti lampu minyak.

Ketika di Karang, Inabatin sering mengajak Uyung berjalan-jalan.

“Yung, ikut Inabatin…,” kata Inabatin.

“Mau ke mana?”

“Ikut saja. Jalan-jalan melihat yang ada di Karang. Kan kamu baru pertama kali ke sini.”

Agaknya, Inabatin menyenangi Uyung. Mungkin karena keponakannya laki-laki. Dua anaknya perempuan semua.

Sekali mengantarkan Inabatin belanja di Bambukuning. Banyak barang yang dibeli dari…. ada toko yang menjadi langganan Inabatin. Barang-barang yang dibeli hendak dijual kembali. Ada warung kecil di samping rumah di Pakiskawat.

Sekitar seminggu di Tanjungkarang, Uyung dan Kajjong sudah kembali pula di Negarabatin. Yang penting Uyung sudah pernah ke Tanjungkarang. Samar-samar diingatnya apa saja kegiatan yang dilakukan di Tanjungkarang, ke mana saja, dan siapa saja puari yang di Tanjungkarang. Banyak yang tidak terlalu diperhatikannya.

***

Begitukah, sayang sekali Uyung kepada Kajjong Usanah. Sama dengan Kajjong Usanah, demikian pula halnya. Bagaimana tidak Uyung ini memang cucu tertua lelaki. Cucunya dari anak-anaknya yang lain yang lebih tua usianya dari Uyung perempuan semua.

Ah, walau demikian halnya, itu hanya perasaan Uyung saja. Usanah sayang dengan semua anak-umpu-nya, tidak ia beda-bedakan. Umpu-umpu-nya sering berkumpul, bermanja-manja, dan bertingkah macam-macam minta perhatian dengan Kajjong Usanah.

>> BERSAMBUNG

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top