Human

Buang Bebanmu…

Oleh Gufron Aziz Fuadi

MUNGKIN ada beberapa diantara kita yang pernah nonton film Tai Chi Master di awal dekade 90 an, yang dibintangi oleh Jet Li.

Apa yang kita ingat dengan film Tai Chi Master?

Film ini menceritakan perjalanan dua orang sahabat dari kuil Shaolin, semacam pesantren, Jun Bao, dan Tian Bao.

Setelah menyelesaikan masa belajarnya, mereka  turun gunung berkelana keluar kuil untuk melanjutkan hidup di dunia nyata.

Dari film ini ada beberapa  buah pelajaran yang cukup berarti.

Bagian pertama yang bisa kita dapatkan ketika menonton film ini yaitu ketika Jun Bao sang tokoh utama mengalami tekanan mental yang sangat berat. Tekanan tersebut diberikan oleh sahabatnya sendiri, Tian Bao. Seorang Sahabat yang sangat ia percayai bahkan telah Ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

Karena ketamakan Tian Bao untuk mendapatkan posisi tinggi dalam karir militernya , ia rela mengkhianati teman-temannya. Mengorbankan nyawa mereka, termasuk mencelakai Jun Bao, untuk memenuhi  ambisinya.

Jun Bao begitu sulit mempercayai kenyataan pahit tersebut, dikhianati oleh sahabatnya sendiri yang bahkan dulu sering ditolongnya.

Pelajaran kedua, saking beratnya tekanan mental yang dialaminya, Jun Bao depresi dan menjadi seperti  orang gila. Minum dari comberan bersama bebek, menulis di dinding dan berbicara dengan boneka kayu. Kehilangan kesadaran diri, sebagai alasan berlepas dari kenyataan yang telah terjadi. Hal tersebut tidak membuatnya semakin baik, bahkan kegilaannya semakin menjadi.

Sampai suatu ketika, Jun Bao diajak berkeliling ladang. Ia bertemu dengan seorang lelaki yang tengah memikul kayu bakar. Ketika itu, datang lah seorang teman lelaki pemikul kayu bakar yang  mengabarkan bahwa istri nya  akan segera melahirkan. Mendengar kabar gembira tersebut sang lelaki langsung bergegas pulang. Namun karena harus membawa beban kayu bakar yang cukup berat membuat lelaki tersebut berjalan begitu lambat.

Melihat hal tersebut, sang teman berkata pada lelaki itu, “Lepaskan bebanmu, sambutlah masa depan”.

Setelah mendengarkan kata-kata itu, kewarasan Jun Bao mulai kembali sedikit demi sedikit. Ia terus mengulang ulang kalimat itu dan merenungkan maksud kalimat yang diucapkan sang teman lelaki tadi. Begitu menemukan makna ucapan tersebut Jun bao akhirnya berusaha untuk melepaskan bebannya dan bersiap menyambut masa depan.

Ia sadar bahwa fokus memikirkan beban yang dialaminya tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Maka ia memutuskan untuk bangkit menyambut masa depan. Ia berusaha memperbaiki kesalahan sebelumnya.

Bagian ketiga yang saya dapati dari film ini adalah filosofi air. Setelah kesadaran Jun bao kembali. Jun Bao mulai mempelajari kitab Tai Chi yang diberikan gurunya di shaolin.  Salah satu ilmu yang dipelajarinya adalah filosofi air ini. Bahwa Air itu sebagai bagian dari alam memilki karakteristik-nya sendiri. Salah satunya adalah ketika kita menekannya, maka air akan melawan dengan gaya yang sama. Jun bao mengujinya dengan mencoba memasukan sebuah bola ke dalam gentong air. Kemudian ia menekan bola tersebut ke dalam air. Semakin dalam bola ditekan semakin besar gaya yang diberikan oleh air.

Begitu pula dalam hidup ini, sering kali kita mengalami berbagai macam tekanan hidup. Saking beratnya tekanan hidup yang kita alami seakan memaksa kita untuk memilih mati saja. Karena merasa tidak sanggup menghadapi tekan hidup. Sayangnya kebanyakan dari kita lebih memilih berfokus pada tekanan masalah, bukan berfokus memikirkan solusi yang bisa kita lakukan. Lebih memilih menikmati penderitaan yang terjadi daripada menikmati sulitnya perjuangan menyelesaikan masalah tersebut.

Kita seringkali lupa bahwa jalan keluar kadang muncul ketika selangkah lagi menuju putus asa. Tidakkah kita ingat akan firman Allah swt: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”(QS Al Baqarah 286).

Seperti halnya karakter air tadi semakin ia ditekan semakin besar gaya yang diberikan. Artinya semakin besar tekanan yang kita alami, berarti kemampuan kita dalam menghadapinya jauh lebih besar dari sebelumnya.

Kenapa harus begitu?

Karena, dalam hidup ini zaman akan terus berubah, jika kita tidak siap untuk berubah maka kita hanya akan terseret oleh laju zaman ini. Seperti halnya hukum alam yang terjadi. Hanya yang kuatlah yang mampu bertahan. So, fokuslah pada solusi jangan terlalu lama menikmati penderitaan, tapi cobalah nikmati susahnya perjuangan.

Karena, masa depan ditentukan oleh pilihan kita saat ini.

Wallahua’lam bi shawab. []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top