Human

Mengapa Perlu Belajar Kisah Perang?

Oleh Gufron Aziz Fuadi

BEBERAPA sore yang lalu  kawan-kawan Upa diskusi tentang pelajaran pelajaran yang ada dalam surat Taubah. Sampai pada topik betapa mulianya orang orang yang berjihad dan sebaliknya betapa hinanya orang yang menghindarinya.

Karena memang surat Taubah ini mengkisahkan dari mulai penaklukan Kota Mekkah, Perang Hunain, dan Perang Tabuk.

Perang penaklukan kota Mekah adalah sakah satu perang terbaik di dunia. Karena perang ini berlangsung tanpa pertumpahan darah.

Kata Sun Tzu: “Berperang dalam seratus pertempuran dan memenangkan seratus pertempuran bukanlah yang terbaik dari yang terbaik. Kemenangan yang tertinggi adalah mengalahkan musuh tanpa pertempuran, membuat musuh menyerah, membuat mereka melihat bahwa pihak lawan sangat hebat aehingga tidak ada gunanya untuk melawan walau sekecil apapun. Ini adalah kemenangan yang paling hebat!”

Perang Tabuk adalah perang terakhir yang langsung dipimpin oleh Rasulullah.

Pasukan yang dipimpin nya merupakan pasukan terbesar Arab dan Islam, 30.000 orang, menempuh jarak 800 km, dimusim panas dan kering serta dimusim menjelang  panen kurma di Madinah.

Sebabnya, karena ada informasi pasukan Romawi sedang bersiap menyerang Madinah dengan sedikitnya 50.000 orang belum ditambah dengan pasukan Arab pro Romawi. Diriwayatkan, total tidak kurang dari 70.000 prajurit.

Kisah umat terdahulu, yaitu Rasulullah dan para sahabat, baik damai dan perangnya, adalah kisah yang penuh pelajaran.

Perhatikan firman Allah Ta’ala:

لَقَدۡ كَانَ فِي قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةٞ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِۗ

Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Q.S. Yusuf, Ayat 111)

Ali bin Al Husein bin Ali bin Abi Thalib mengatakan:

كنا نعلم مغازي النبي صلى الله عليه و سلم وسراياه كما نعلم السورة من القرآن

“Dahulu kami belajar tentang kisah peperangan Rasulullah ﷺ dan berbagai ekspedisi tempur, seperti kami mempelajari Al-Qur’an” (Imam Ibnu Katsir, Al Bidayah wan Nihayah, 3/242)

Ismail bin Muhammad bin Sa’ad bin Abi Waqash berkata:

كان أبي يعلمنا المغازي ويعدها علينا ويقول: يا بني هذه مآثر آبائكم فلا تضيعوها “.

Dahulu ayahku mengajarkan kami berbagai kisah peperangan dan menyiapkan kami atas hal itu, dan berkata: Wahai anakku ini adalah pusaka nenek moyang kamu janganlah kamu menghilangkannya. (Al Jaami’ Liakhlaq ar Rawi wa Adab As Saami’, 2/195)

Inilah pusaka bangsa yang maju, bangsa yang merdeka, bangsa yang generasi mudanya memiliki spirit jihad, maka jangan pernah lupakan kisah perang Badar, Uhud, Hunain, Mu’tah, Tabuk, Yarmuk, Dzatu Salasil, Hittin,.. ajarkanlah semua itu ke anak-anak kita.

Agar mereka menjadi generasi yang tangguh, ulet, sabar, siap menghadapi pertarungan kehidupan.

Kenalkanlah anak-anak kita terhadap Umar, Hamzah, Abdullah bin Rawahah, Ja’far bin Abi Thalib, Khalid bin Walid, Qa’qa’, Mutsanna, Thariq bin Ziyad, Muhammad al Fatih,… Agar mereka menjadi model dan inspirasi.

Begitu pun kisah peperangan bangsa Indonesia melawan dan mengusir penjajah, dari Patiunus menyerang Portugis di Malaka, Perang Diponegoro, Perang Paderi, Perang Aceh, Bandung Lautan Api, Perang 10 November ’45, Palagan Ambarawa, Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang,  Jogja Kembali, dan perang mengusir penjajah di daerah masing-masing.

Jangan lupakan pula pahlawan negeri ini, Hasanudin, Antasari, Imam Bonjol, Diponegoro, Cut Nyak Din, Jendral Sudirman, Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, Hamka, Natsir,… Agar mereka tetap mencintai negerinya dan menghormati pahlawan bangsa sendiri.

Ceritakan kisah mereka, agar anak anak tahu mengapa nama mereka menjadi nama-nama jalan.

Semangat berkorban, cinta tanah air, sifat kesatria dan semangat berkolaborasi para pahlawan bangsa seharusnya menjadi karakter positif yang melekat pada generasi muda dan milenial.

Semangat nasionalisme dan kekuatan militer serta penguasaan ekonomi dan teknologi yang mumpuni akan membuat bangsa ini dihargai,  disegani dan tidak diremehkan.

Membangun kecintaan kepada agama, membangun kecintaan kepada negara dan bangsa tidak mungkin tidak mengisahkan peperangan yang pernah terjadi pada nenek moyang kita dulu.

Bangsa yang merdeka dengan merebutnya dengan darah dan nyawa dari penjajah akan memiliki semangat nasionalisme yang lebih kuat  dibanding dengan bangsa yang merdeka karena diberi.

“Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia.”

Wallahua’lam bi shawab []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top