Dari Mana Datangnya Quotes?
“UDO kok pinter bikin quote?”
Saya tertawa.
“Doeloe saya malah digaji untuk bikin qoute-quote itu.”
“Masa?”
“Ya, iya. Jika dummy di halaman koran menyediakan ruang untuk quote tulisan, ya saya bikinin quote-lah.”
“Pantasan… “
“Pantasan apa?”
“Quote dari Udo bagus.”
Saya kembali tertawa. Tapi, males njelasi bahwa quote ya quote. Quote bagus berasal dari tulisan bagus. Saya bikin quote ya mesti menelusuri sekujur tulisan (bisa artikel, cerpen, novel, buku nonfiksi, dll). Saya biasanya memilih pernyataan yang paling kuat dari seluruh bagian tulisan — menurut saya.
Quote jelas harus menarik. Sebab, ini salah satu cara, selain judul dan lead, untuk merebut hati pembaca agar berminat membaca tulisan atau kalau buku, mau membeli bukunya.
Makanya, sebagus-bagusnya quote, tidak akan banyak artinya jika tulisan dari mana quote ini berasal tidak dibaca secara keseluruhan dengan sebaik-baiknya.
Dengan membaca lengkap sebuah tulisan, kita tidak akan mudah ‘panas hati’, mengkritik habis-habisan atau lebih tepatnya mencari-cari kesalahan, mencela, dan menjelek-jelekkan quote/tulisan.
Sudah terlalu sering terjadi kesalahpahaman alias gagal paham akibat ketidaksabaran menuntaskan bacaan dan ketidakmampuan mencerap substansi sebuah tulisan.
Saya sempat ketawa-ketawa juga ketika sebuah lembaga menyelenggarakan lomba quote. Heran saya! Apanya yang mau dibikin qoute? Kenapa gak lomba menulis gitu?
Bikin tulisan atau karangan yang keren dulu. Baru saya atau siapa pun bisa bikin qoute yang keren dari tulisan atau karangan tersebut.
O, begitu ya Bang? Iya, begitu!
“Memang bahasa Indonesianya, quote itu apa?”
“Kutipan!”
…
Pertanyaannya, omongan atau tulisan kita layak kutip enggak.
Tabik. []