Human

Empat Tahun Pertama di (Bakal) FISIP Unila

Oleh Rusfian Effendi

MUNGKIN penerimaan mahasiswa perdana cikal-bakal FISIP Unila tahun 1985, saya satu-satunya mahasiswa jarak kampus dengan asal sekolah tidak sampai sepuluh meter, hanya dipisahkan jalan ke luar Unila menuju Kampongbaru. Saat itu ruang kuliah masih bagian dari Fakultas Hukum dan tidak berpagar pembatas .

Tamat STMN Tanjungkarang, saya ikut Seleksi Penerimaan Mahasidswa Baru (Sipenmaru) 1984, tetapi belum beruntung. Tapi, saya mendapat kesempatan  bekerja diajak Mas Prapto, kakak ipar Rosidi, teman kecil saya di PT Arsiban Konsorsium yang merupakan gabungan tiga perusahan, yaitu PT Arsiban Kencana, PT Witulan, dan PT Bangun Jaya Putra. Di perusahaan ini yang mengerjakan proyek jalan kereta api dari Tarahan ke Tanjungenim ini saya bekerja sebagai operator alat berat lining, taping leveling machine.

Dengan  gaji Rp126 ribu kala itu, saya rasa ‘lebih dari cukup’. Bahkan, saya bisa menabung tiap bulannya di Kantor Pos Labuhanratu. Saya tinggal di Mess Proyek di Pasar Natar dan sering pulang ke rumah. Sempat mengikuti tranning alat berat di Muaraenim dan Prabumulih  dengan trainer dari Australia Mr Armanu. Sebagai pekerja proyek konstruksi jalan kereta api, saya selalu  bergelut dengan oli dan solar tiap hari, dengan menyiapkan segala segala sesuatunya sebelum menuju lapangan untuk pemasangan rel jalan kereta api. Rel dan bantalan beton dirakit di stasiun Rejosari, diangkut kereta api, tiba di lokasi diturunkan dengan alat hidrolik, dilas antarrel baja dengan flashbut wellding, ditaburi ballas dengan ballas regulator. Lalu. dipadatkan dan diluruskan sesuai dengan ketinggian yang telah ditetapkan. Pulang sore ke mess untuk istirahat. Itulah rutinitas sebagai operator lining, leveling dan tamping machine.

Meskipun penghasilan ”‘lebih dari cukup”, keinginan untuk kuliah masih tetap menyala. Apalagi menyaksikan kakakku dan teman-temannya yang kulah di Fakultas Ekonomi Unila Angkatan 82 bermain ke rumah. Mendenger cerita teman kecilku Bagas Purwanto kuliah di IKIP  Medan dan Hadi Sutrisno yang biasa dipanggil Tono yang kuliah di Jogja, memacu semangatku untuk kuliah. Ada kata bijak yang mengingatkan saya, ‘Kegagalan adalah keberhasilah yang tertunda”. Di tengah kesibukan rutinitas kerja, saya sempatkan ke SMA swasta yang ada di Kedaton bahwa saya mau ikut ujian SMA dengan menunjukan bahwa saya sudah tamat STMN Tanjungkarang. Dengan tabungan yang ada saya dapat mengikuti ujian di SMAN 1 Tanjungkarang, dinyatakan lulus dan dapat mendaftar di Sipenmaru 1985. Saat pendaftaran Sipenmaru untuk pilihan  IPA Pilihan FT universtias favorit  mendaftar menggunakan Ijazah STM dan IPS mengguna ijazah SMA. Pilihan IPS bersifat spekulatif. Yang penting bisa kuliah di PTN.

Diterima di Sosiologi

Setiap akhir pekan pulang dan istirahat di rumah. Pada Senin pagi, 15 Juli 1985 saat mau berangkat bekerja menuju Stasiun Kereta Api tiba di Pasar Bawah, ada loper menawar koran dengan berita pengumuman Sipenmaru. Saya membeli Lampung Post dan segera membaca pengumunan Sipenmaru. Alhamdulillah, saya diterima di Sosiologi Unila. Saya senang alang kepalang dan tidak jadi berangkat kerja. Kembali pulang ke rumah, saya memberitahukan ke mamak (panggilan ibuku). Mengambil tabungan di kantor pos, mencukur rambut yang gondrong ikal menjadi cepak dan memberikan foto kepada teman-teman kecil dekatku seperti Bagas, Edi Latif, Gandang, dan Apet untuk merayakan kelulusan di Mess Natar. Bertemulah dua komunitas “anak proyek” dengan “anak pasar “. Tentu pahamlah apa yang disuguhkan.

Sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, saya melakukan regestrasi ulang sebagai mahasiswa baru Program Studi Sosiologi Fakultas Hukum Unila. NPM 85122067.  SPP saya setiap semesternya sebesar Rp36.750.  Kami mengikuti Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) 31 Juli—10 Agustus 1985. Seluruh mahasiswa baru Unila digabung dikelompok-kelompokan sebagaimana kegiatan penataran dalam jumlah banyak. Saya mengikuti opspek dan penataran P4 di Fakultas Ekonomi. Usai Ospek kami mulai mengikuti perkuliahan.

Program Sosiologi dan Ilmu Pemerintahan  Fakultas Hukum Unila menerima mahasiswa baru 100 orang yang terdiri dari 50 Sosiologi dan 50 ilmu pemerintahan. Namun, setelah registrasi yang mendaftar ulang tidak sampai seratus. Pada semester baru perkuliahan digabung kedua program studi ini, karena  mata kuliah yang sama yaitu Mata Kuliah Dasar Umum  (MKDU).  Jatah 21 SKS sama  dengan sembilan mata kuliah.

Akhir Agustus atau awal September dimulai perkuliahan mahasiswa baru. Beberapa guru STMN  heran kenapa saya kuliah di Fakultas Hukum. Saya cukup dikenal di STMN. Mungkin karena saya pernah menjadi pengurus Seksi Keamanan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang diketuanya Abunayah.

Latar belakang sosial, daerah, dan asal sekolah mahasiswa baru Sosiologi dan Ilmu Pemerintahan Fakultas Unila sangat beragam. Palda Eka Putra ditunjuk sebagai ketua kelas untuk memperlancar proses perkuliahan. Mahasiswa Program Sosiologi banyak cewek, sedangkan Ilmu Pemerintahan banyak cowok. Asal daerah nampaknya berimbang yang berasal dari Bandar Lampung dengan yang berasal dari luar. Dari usia banyak kelahiran tahun 1966, disusul 1965 dan 1967. Kelahiran 1968 yang saya tahu  satu orang dan pernah hadir di hati walau “betepuk sebelah tangan”. Sisanya kelahiran 1964 sama dengan saya. Ternyata waktu berjalan yang kelahiran tahun 1963, ada empat orang yang kutahu, yaitu Pairul, Rohadian, Mustopa dan Heru. Itu realitas adanya pluralistas dalam berbagai aspek kehidupan, manusia cenderung berintegrtasi bila banyak kesamaan. Inilah yang dirasakan di awal kuliah berteman dengan teman yang seusia. Baik yang sudah pernah kuliah, maupun yang baru diterima kulaih di PTN.

Masuk HMI

Di penghujung semester pertama  dari tanggal 23–30 Desember 1985, mengikuti Basic Training Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Pondok Pesantren Darusalam, Tegineneng, Kabupaten Pesawaran yang diselenggarakan Komisariat Fakultas Ekonomi Unila dengan Ketua Panitia Ayi Achadiyat. Ketua cabang saat itu (alm) Nurdin Bone.

Saat itu nama HMI tidak asing bagi saya. Kedua kakakku yang kuliah di Fakultas Hukum UGM menjadi dosen Fakultas Hukum Unila adalah bendahara HMI Komisariat Hukum UGM dan yang kuliah di Fakultas Hukum Unila Angkatan 77 tamat 1982, di tangki motornya ada stiker HMI. Kini keduanya sudah almarhum. Begitu pula ayahku generasi pertama prajurit TNI banyak cerita tetang HMI  karena awal berdiri banyak anggotanya menjadi Tentara Pelajar pada perang kemerdekaan. Usai pertempuran lima hari lima malam di Palembang berdirilah organisasi ini di kota pelajar, 5 Februari 1947. Teman kecil saya yang kuliah di Medan dan Jogja juga banyak bercerita tentang HMI dan kiprahnya.

Dengan begitu, suasana basic training tidak begitu mengagetkan bagi saya. Sudah banyak informasi suasana basic yang saya dengar. Saat materi retorika dengan modal nekat saya mempraktikkan sosok Habibie berbicara. Begitu juga  ada beberapa panitia dan pemateri yang saya kenal. Jadi, saya masuk HMI tidak ada yang mengajak, tetapi kesadaran historis-emosional semata, guna merajut silahturahmi dengan semangat keislaman dan keindonesiaan

Kuliah dan Aktivas Kemahasiswaan

Awal Januari 1986 mahasiswa Program Sosiologi dan Ilmu Pemerintahan menginjak semester II mendapat kesempatan diajak study tour ke Semarang yang diadakan Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas Hukum Unila.  Beberapa kami “mahasiswa baru”, di antaranya Rohadian, Tohir, Oksakadayan Solihin, dan lainnya. Cowok semua yang ikut kegiatan tersebut. Kami menginap di Asrama Haji, tidak jauh dari Simpang Lima Semarang, mengunjungi Candi Borobudur, objek wisata Sopeng.  

Dan astaga, di tempat ini saya terjatuh dari kuda.

Puncak acara, jamuan Sema Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) di kampusnya. Ketua Sema Undip cewek tampil prima dalam menyampaikan sambutannya. Sebaliknya, Ketua Sema Fakultas Hukum Unila grogi ketika berbicara di depan para hadirin.

Memasuki tahun kedua semester IV, ada beberapa mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 84 pindah Jurusan Ilmu Pemerintahan, perkuliahan kedua program studi sudah banyak yang tidak bersamaan karena materi kuliah sudah mengarah pada pilihan jurusan. Begitu juga interaksi pergaulan  antarmahasiswa sudah semakin mencair. Jika tadinya hubungan bersifat kesamaan identitaas, selanjutnya mengarah pada hubungan kesamaan karakter dan hobi.

Atas inisiatif Cahyono Eko Sugiarto, yang lebih dikenal sebutan Pak Ces, di penghujung tahun 1986, diadakan pemilihan Ketua Himpunan Mahasiswa (Hima) Sosiologi sacara langsung (one man one vote). Ada dua calon ketua, yaitu saya dan Rohadian. Sebelum pemilihan diadakan kampanye untuk mempengaruhi pilhan. Jurkam saya saudara Pairulsyah, Jurkam Rohadian adalah Suwarno. Pada saat perhitungan suara saya mendapatan suara terbanyak, pada saat pemilihan teman-teman HMI ikut bermain mendukung  kemenangan.

Dari hasil pemilihan ini diterbitlah Surat Keputusan Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung nomor 07/SM-FH/12/1986 tentang Personalia Kepengurusn Himpunan Mahasiswa pada Program Studi Sosiologi Fakultas Hukum Unila yang ditandatangani Ketua Umum Sema FH Tiaz Nuziar dan Sekretaris M. Syahrial Alamsyah. Mengetahui a.n. Dekan Pb Dekan III Drs. M. Sofie Akrabi. Saya dibantu Wakil Ketua Permadi T Utomo, Sekretaris Oksakadayani, Bendahara Riza Arlena, dan dibantu beberapa wakil dan bidang. Bendahara Himasos  “tidak pernah megang uang” karena tidak ada anggaran untuk aktivitas hima.

Walaupun jurusan baru di lingkungan FH Unila semangat beraktivitas di luar perkuliahan cukup semarak. Sebut saja, ikut kegiatan Teater UMKBS, di antaranya mementaskan lakon ‘Kursi” dengan sutradara D. Pramudya Mukhtar, mahasiswa FH Angkatan 84 di pelataran parkir belakang rektorat. Saya kebagian peran sebagai pemabuk. Saya sempat mengikut Lintas Alam Bukit Barisan (LABB) bersama teman-teman FH 84. Start dari Lapangan Saburai melintasi Bukit Barisan dan finish di hutan  Kawasan Gedongtatan. Acara yang cukup monumental yang diselenggarakan Himasos adalah “Pesta Kelanting” yang menampilkan mahasiswa Sos dan Pem. Sound dan lighting sewa atau meminjam sudah lupa, dengan temen Aben (Panggilan Beny Ali sekarang sudah Brigjen Pol), tetangga sebelah ruamh deket Koga. Membeli kelanting sebagai menu acara di gunung sulah. Acara semarak dari kita untuk kita murah dan meriah. Lagu yang ditampilkan pada acara,  “Ada Kamu’ yang dipopulerkan Irianti Erningpraja. Potongaan baitnya: … Hangat terasa/Bila  kutatap wajahmu/Gelintik cinta berdebar/meraga gelora di kalbu. Salah satu vokalis yang menyanyikan adalah Asman, Angkatan 86

Sementara kegiatan di himpunan  sering mengadakan diskusi di tempat kos Gang Satria, Kedaton, yaitu tempat kos Tutur, Dadang, dan Mustopa, dengan perantaran Syarief Basstaman yang lebih akrab dipanggil Obas pernah menghadirkan narasumber mantan Ketua Dema ITB Heri Ahmadi,  aktivis LSM Insan Teten Masduki, dan beberapa pembicara yang berseberangan dengan rezim dari Jakarta.

Saya dimasukkan sebagai pengurus HMI Komisariat Sospol pertama dengan ketuanya Dadang ishak Iskandar, dengan SK nomor034/A/KPTS/2/1408 ditandatangani Ketua Cabang Asrian Hendi Caya dan Sekretaris Tutur Sutikno, tertanggal 5 oktober 1987.

Memang, kadangkala sering terjadi ‘gesekan’ aktivis mahasiswa di kampus antara  anak-anak himpunan dan nonhimpunan, tetapi alhamdulillah masih dalam batas yang wajar. Hal ini didukung pergaulan saya di kampus “maen dua kaki’, aktivis HMI juga bergaul dengan ‘preman kampus’.

Berakhirnya kepengurusan Himasos pada tahun 1987, selanjutnya mendapat amanah sebagi wakil ketua Bidang minat bakat Senat Mahasiswa Persiapan FISIP Unila. Kalau tidak salah kepengurusan Sema persiapan ini hasil penunjukkan bukan hasil pemilihan. Sebagai ketua umum Tutur Sutikno dengan sekretartis Heramn Azedi. Sedangkan sekretasi bidang minat bakat M. Efendi, mahasiswa Angkatan 86.  Saat itu aktivis HMI mendominasi jabatan struktural kelembagaan mahasiswa di Unila.

Pada November 1987, mahasiswa FISIP mengikuti turnamen sepak bola antarfakultas, sebagai penanggung jawab bidang minat dan bakat selalu ada di lapangan, bahkan menajdi pemain. Saat pertandingan sepak bola melwan Fakultas Teknikterjadi perkelahian antarpemain, antarpemain saling otot-ototan,  dan adu jotos. Pertandingan dihentikan dan akhirnya bubar.

Malamnya kawan-kawan kumpul di rumah, langsung acara bergeser di Perkuburan Katholik di kaki Bukit Sukamenti merayakan perkelahian tadi sore sampai kebablan Ijon, mahasiswa Angkatan 86 mau nujah Manahan akibat pengaruh minuman.

Selain bertanggung jawab pada kegiatan minat dan bakat, mahasiswa juga ada yang mengikut kegiatan keagaaman, yaitu acara buka puasa bersama di rumah Iin, Gotongroyong yang dihadir bapak Lamhir Sinaga (sekarang dosen Universitas Bengkulu) dan buka bersama di rumah koga pada bulan mei 1987.

KKN di Sekampung

Memasuki semester 7 perkuliahan, tepatnya 20 Juni–20 Agustus 1988, kami mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama dua bulan. Sebelum keberangkatan ke desa kami peserta KKN setiap Sabtu diberi pembekalan. Pelepasan mahasiswa KKN oleh rektor menuju Kabupaten Lampung Tengah, kami diterima Bupati Lampung Tengah di Metro. Setiap desa ditempatkan empat mahasiswa KKN. Kami berempat dua putra dan dua putri dua orang dari FKIP, satu orang pertanian dan saya dari FISIP. Ditempatkan  di Desa Sumbergede yang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Sekampung.

Satu hari di lokasi sudah izin pulang untuk ambil motor di Natar untuk operasional KKN. Selain itu saya ditunjuk sebagai korcam, sehingga bila DPL ke lokasi saya selalui menemani. Lebih sepuluh kali saya pulang ke Bandar Lampung untuk berbagai kepentingan KKN atau yang lainnya. Bahkan, ketika ada konser Nicky Astria di Stadion Pahoman saya mangkir dari lokasi KKN menyaksikan pentas ‘The Nicky’ di Lampung.

Selama KKN kami ada program unggulan yaitu pelatiahn kader potensi desa yang diadakn dari tgl 31 Juli–3 Agustus 1988 dengan berbagai narasumber yang diabil dari tokoh di tingkat kecamatan. Untuk menyukseskan acara pelatihan kami menggalang dana samai ke bandar lampung.

Pulang KKN mengikuti beberapa mata kuliah yang masih tersisa sambal aktif di berbagai aktivitas di dalam dan di luar kampus, di antaranya mengikuti Musda KNPI di Islamic Centre sebagai peninjau. Ada dosen FISIP menjadi peserta mewakili Pemuda Muhammadiyah, (alm) Amir Kule yang begitu lantang mengkritisi laporan pertanggungjawaban. Akhirnya Bang Indra ZP terpilih sebagai ketua KNPI lampung. Di tengah-tengah kesibukan menyusun skripsi dan penelitian lapangan, pada Januari 1989, saya mengikuti Simposium Asean di GSG Unila.

Plt Ketua Sema, Ospek, dan Skripsi

Pada pertengahan tahun 1989, temen-temen Angkatan 85 banyak mengikuti KKN  ke desa, termasuk Ketua Sema Tutur Sutikno. Plt Ketua Senat Persiapan FISIP dimandatkan kepAda saya, terutama untuk melaksanakan kegiatan Ospek mahasiswa baru Angkatan 89, diperkuat Surat keputusan ketua pembukaan FISIP UnIla No 94/KPTS/K.FISIP/1989 yang ditandatangani tanggal 1 Agustus 1989 oleh Drs. A. Kantan Abdullah. Dengan surat mandat Ketua Sema dan SK Ketua Persiapan FISIP, saya diberi amanah terlibat pada kegiatan Opek mahasiswa angkatan 89.

Karena keterbatasan anggaran kegiatan, ada inisaitif mahasiswa baru mengumpulkan materai dan membuat surat pernyataan sebagai mahasiswa FISIP. Puncak acara Ospek tingkat fakultas diadakan acara keakraban ke pantai di Merak Belantung sebelum Kalianda.

Di tengah-tengah kesibukan sebagai Plt Ketua Sema, saya juga disibukkan dengan penelitian dan penyusunan skripsi sebagai tugas akhir sebagai mahasiswa Sosiologi Unila. Penyusun skripsi beres dan  di-acc maka  pada  tanggal 8 september 1989, saya melaksanakan ujian skripsi judul “Hubungan antara Kontrol Sosial Masyarakat dengan Kejahatan Pencurian: Studi di Kelurahan Gedungmeneng, Kecamatan Kedaton, Kotamadya Bandar Lampung”. Ketua Tim Penguji Drs. Abdul Kadir MS.; penguji Utama Drs. A. Kantan Abdulah sekretaris Drs. Abdul Syani menyatakan saya lulus dengan sedikit perbaikan. Pada tanggal 23 September 1989 pada acara puncak dies nataslis unila ke-24 diwisuda sebagai Sarjana Sosiologi FISIP Unila dan ijazahnya ditandatngani Rektor Prof Dr. Margono Slamet, karena saat  itu belum punya dekan.

Pada bulan oktober 1989 atas iniasitaif Tutur Sutikno, Ketua Sema dan tokoh HMI FISIP, beberapa aktivis HMI dan mahasiswa 89 di antaranya Fren dan Aris  (keduanya sudah almarhum) menyelengarakan potong kambing tanda syukur saya diwisuda sebagai sarjana. Acara kambing guling diadakan “di kebon” di Negeri Sakti Pesawaran.

Secara faktual saya bagian dari  lima orang angkatan 85 yang merupakan angkatan pertama FISIP Unila yang  terdiri  dari Rohadian, Suwarno, Suherman dan Theresia Sihaloho yang diwisuda perdana. Dalam perspektif himpunan, saya adalah alumni HMI FISIP Unila yang pertama. Dengan spirit yakin usaha sampai, insya Allah, setiap asa dapat menjadi realitas.

Demikianlah sedikit cerita kuliahan di FISIP Unila dari seorang lelaki yang lahir di DKT Penengahan Tanjungkarang, 15 November 1964, dibesarkan di Gang Kangguru, empat rumah dari Pasar Koga. Pendidikan dasar saya sampai S2 di Kedaton (Gedungmeneng dulu masuk Kecamatan Kedaton). Idolanya Nabi Muhammad Saw dan ayahnya. Diamanakan dua putri satu putra yang ketiganya masih menempuh penddikan di perguruan tinggi.

—————
* Ditulis untuk buku antologi Romantika di Kampus Oranye: Dinamika FISIP Univesitas Lampung dari Cerita Alumni (proses terbit).

** Rusfian Effendi, mahasiswa Sosiologi FISIP Unila (1984—1989).

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top