Anjay Ya Enjoy
MESKIPUN ada kamus, sebuah kata tidak selalu jelas artinya. Sangat bergantung dengan konteks. Itulah “ambigu” yang dalam KBBI didefiniskan sebagai bermakna lebih dari satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan sebagainya); bermakna ganda; taksa.
Makna leksikal “bisa” ada tiga dalam KBBI: 1) v mampu (kuasa melakukan sesuatu); dapat, 2) n zat racun yang dapat menyebabkan luka, busuk, atau mati bagi sesuatu yang hidup (biasanya terdapat pada binatang); n ki sesuatu yang buruk, yang dapat merusakkan akhlak manusia atau masyarakat, 3) n Wl sapaan kepada dukun yang berasal dari golongan bangsawan dan walaka yang biasa melakukan upacara adat pingitan.
Itu kata yang jelas-jelas ada di kamus. Apalagi kata “anjay” yang artinya belum lagi baku. Wajar jika kini menjadi kontroversi.
Ribut-ribut istilah ‘anjay’ terjadi setelah Youtuber Lutfi Agizal melapor ke Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Komnas PA pun meminta penggunaan kata ‘anjay’ dihentikan sekarang juga. Komnas PA menilai kata ‘anjay’ yang sedang populer dipakai anak-anak bisa berpotensi dipidana.
Konon, “anjay” merupakan plesetan dari anjing. Di Indonesia, kata anjing tidak hanya merujuk pada salah satu jenis hewan, tetapi juga dapat dimaknai sebagai ucapan yang kasar. Sebab, kata anjing sering kali digunakan dalam umpatan.
Yang benar? Kok yang dibilang anjay, enjoy-enjoy aja? Sebab, yang ‘dimaki’ malah merasa dipuji dan sama sekali tidak tersinggung. Kata lain, anjay adalah ungkapan rasa gembira dan menganggap orang luar biasa.
Terlepas dari pro dan kontra kata Anjay, variasi bahasa merupakan suatu keniscayaan, karena manusia sebagai penutur bahasa juga beragam. Namun, pemahaman tentang bahasa dan konteks penggunaannya juga perlu.
Aidah kidah, anjay benar deh bahasan dalam tulisan ini. []