Ambisi China Menguasai Dunia

Oleh Imron N Geasil
Judul buku: Strategi China Merebut Status Super Power
Penulis: Prof. Dr. Bambang Cipto, MA
Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2018
Tebal buku: x, 297 hlm + indeks
SALAH satu isu paling hangat dan menarik perhatian saat ini adalah tentang kebangkitan China. Kebangkitan China yang semula dikaitkan dengan keberhasilan China dalam membangun perekonomiannya dari ekonomi negara berkembang menjadi ekonomi terbesar di dunia. Dengan jumlah penduduk di atas satu milyar, China sebenarnya sudah merupakan kekuatan global yang tidak dapat dipandang remeh. Kemajuan-kemajuan China dalam bidang pendidikan, sains, teknologi, dan militer dengan cepat mengubah China dari negera berkembang menjadi kekuatan global. Dalam beberapa tahun terakhir publik internasional juga mulai membahas kemungkinan China tumbuh menjadi super power.
Kehadiran China sebagai super power kedua, setelah Amerika, bukan hal yang aneh atau mengejutkan. Sejak berakhirnya Perang Dunia II Amerika telah hidup berdampingan dengan Uni Soviet selaku super power yang lain (waktu itu). Baru pada awal 1990-an dengan runtuhnya Uni Soviet membuat Amerika sebagai satu-satunya super power yang masih bertahan hingga saat ini. Akan tetapi kemajuan China yang sangat pesat dalam bidang ekonomi, sains dan teknologi membuat China mulai diperhitungkan sebagai super power berikutnya.
Bagaimana China mempersiapkan diri menjadi super power, sebagaimana dikatakan penulis buku ini, disinilah letak fokus atau perhatian utama dari buku ini. Jika super power dipahami sebagai negara yang mampu meraih posisi puncak pada bidang ekonomi, sains, teknologi dan militer, maka pada sektor-sektor itulah semestinya China ditantang untuk berprestasi. Dalam kenyataan China memang memanfaatkan masa antara dimulainya kebijakan pintu terbuka, yang dicanangkan Deng Xiaoping, hingga naiknya Xi Jinping dalam tampuk kekuasaan presiden, dengan melakukan lompatan katak dalam bidang ekonomi, sains, teknologi, dan militer. Prestasi China dalam bidang-bidang utama dan strategis ini sangat tidak diragukan, bahkan pada bidang-bidang tertentu kadang-kadang melebihi kemampuan Amerika.
Menarik untuk dicatat bahwa Amerika selaku superpower tampaknya belum siap menerima kenyataan bahwa China sebagai kekuatan global akan terus tumbuh menjadi super power. Sikap yang ditunjukkan Amerika terhadap kebangkitan global China cenderung bersifat bermusuhan, khususnya pada era Presiden Donald Trump saat ini. Sikap ini berbeda dengan para pendahulunya yang cenderung mengembangkan kebijakan engagement atau kerja sama sambil tetap menjaga sikap kritis terhadap China. Trump menjadikan sikap bermusuhan terhadap China sebagai strategi untuk mendapatkan dukungan pemilih dan memang berhasil.
Jika memperhatikan perkembangan rivalitas Amerika vs China tampaknya Amerika belum siap dan belum bersedia menerima kehadiran China sebagai super power baru. Kebijakan Obama (saat menjadi Presiden) melakukan pengepungan terhadap China dengan dalih pengalihan perhatian Amerika dari kawasan Timur Tengah. Penerapan kebijakan kebebasan navigasi di kawasan Laut China Selatan. Kebijakan Perang Dagang sebagai upaya Trump untuk mengendalikan kebangkitan global ekonomi China.
Semua itu mencerminkan kegamangan Amerika menghadapi kebangkitan China sebagai kekuatan global yang tampaknya tidak mudah ditaklukkan. Amerika tampak belum siap menerima kehadiran super power lain dalam percaturan politik ekonomi global. Amerika berusaha meyakinkan publik dunia bahwa di dunia ini hanya ada satu super power yang berhak mengendalikan masa depan dunia. Setiap upaya untuk mengubah asumsi itu akan dihadapi dengan kekuatan militer.
Masalahnya adalah sejauh mana Amerika akan mampu menggerakkan otot militernya tanpa didukung oleh basis ekonomi dalam negeri yang kuat dan bertahan lama. Pengalaman Bush sangat jelas bahwa perluasan perang dalam jangka panjang hanya akan berakhir dengan krisis ekonomi sebagaimana terjadi pada 2008. Dengan kondisi ekonomi saat ini sebenarnya tidak bijak bagi Trump untuk menggelar peperangan besar dengan China.
Akan tetapi, sejauhmana sifat bermusuhan dengan China ini mampu menghentikan ambisi China merebut status super power adalah persoalan berbeda dan tergantung sepenuhnya pada China. Meskipun demikian, jika di masa lalu Amerika sangat sulit menerima keberadaan Uni Soviet sebagai super power lain, maka sulit diharapkan bahwa Amerika akan menerima dengan tangan terbuka kehadiran China sebagai superpower lain, Yang terjadi kemudian adalah rivalitas dua kekuatan global yang sudah mulai menghangat dengan ditabuhnya genderang perang dagang oleh Trump dan peningkatan militerisasi Laut China Selatan oleh China maupun Amerika. Apakah kedua negara akan membakar dunia dengan Perang Dunia III adalah masa depan yang masih belum dapat dipastikan keberadaannya. []
———————–
Imron N Geasil, Pembaca buku, tinggal di Yogyakarta
