Cerita Bersambung

Surat Cinta untuk Pithagiras yang Lupa Ditulis (03)

Pitha yang baik,

Duh, lama juga aku tak meneruskan menulis surat ini untukmu. Ada keraguan juga di hatiku adakah orat-oratku ini akan sedia kau baca. Jangan-jangan geresan pena… eh, sekarang aku menulis pakai ponsel, ini tak lebih dari sampah atau apalah sesuatu yang sama sekali tak memberi faedah.

Tapi, entah… malam ini ada satu dorongan yang tiba-tiba menyeruak dari dalam dada. Ayolah tulis selagi sempat. Esok tak ada yang tahu apa yang akan terjadi.

Maka, inilah kisah kita, ufp… kisahku selanjutnya. Mungkin sekadar cerita yang tak perlu benar dipedulikan. Toh, waktu tak mungkin kita putar kembali setelah kita kini berusia setengah abad lebih. Jangan diketawakan ya kalau sok romantis, sok nostalgis, dan sok melankolis.

Pitha yang menyenangkan,

Sejak awal bersua denganmu, berdekat-dekatan denganmu, walau cuma di kelas, walau kita juga tak banyak bicara, kecuali kalau berdebat… engkau memang senang berdebat dan, aku selalu kalah berdebat. Hehee… Terus terang, aku katakan sekarang, aku tak pernah rela engkau berakrab-akrab dengan sesiapa saja. Aku cemburu. Benar!

Tapi, celakalah diriku. Apa pula hakku, apalah dayaku, apa juga hal yang bisa menghalangimu untuk tidak bertemu, bercakap-cakap, berhahahihi, bahkan pergi bersama dengan sesiapa pun. Siapalah aku… seorang bocah kecil ingusan yang tak punya kelebihan, tak punya kemampuan, dan tak punya keberanian apa-apa untuk memikat hati seorang dara manis sepertimu.

Yah, biarlah aku nikmati saja keindahan pertemanan kita. Agak aneh sebenarnya. Aku sering merasakan sesuatu yang mengganjal, meski tak terlalu mengganggu persuaan-persuaan kita, percakapan-percakapan kita, ketawa-ketiwi kita atau perdebatan kecil di antara kita. Mungkin aku saja… engkau tidak, acap bersikap kaku. Itu karena ada perasaan yang menyelinap di lubuk hati ketika menemui senyum, tawa, dan tingkah-polahmu.

Kacau-balau hatiku!

Tambah kacau karena semua itu tak terkatakan, tak pula tersuratkan sampai kemudian diungkapkan setelah berpuluh-puluh tahun. Sangat, sangat terlambat. Mungkin tak berguna. Tapi, sekali lagi, sekadar bercerita membuka sedikit rahasia hati. Tak lebih.

>> BERSAMBUNG

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top