Bandar Lampung Kota Tapis Berseri
BANDARLAMPUNG atau Bandar Lampung? Menurut Kantor Bahasa, yang benar sesuai kaidah ditulis “Bandarlampung”. Kaidah dan Tata Cara Penulisan Nama Rupabumi, di antaranya menyebutkan, “Jika nama spesifik memuat nama generik didalamnya dan berbeda dari nama generik yang bersangkutan, maka nama spesifik yang memuat nama generik harus ditulis dalam satu kata. Contoh: Tanjungpandan, Kotamubago, Bukittinggi, Gunungsitoli.”
Namun, beberapa institusi dan beberapa pihak, termasuk beberapa media di Lampung, menuliskan terpisah: “Bandar Lampung”. Argumennya, UU Pembentukan Provinsi Lampung menyebutkan Lampung beribu kota di Bandar Lampung (ditulis terpisah). (Baca: Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 tahun 1998 tentang Perubahan Tata Naskah Dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II se-Indonesia, dan Keputusan Wali Kota Bandar Lampung nomor 17 Tahun 1999).
Kalau begitu, mana yang harus diikuti, Bandarlampung atau Bandar Lampung?
Basing!
Kalau saya terbiasa menulis: Bandar Lampung.
Omong-omong, ternyata banyak juga yang tidak bisa membedakan Bandar Lampung dan Lampung. Mengatakan Lampung, padahal yang dimaksud Bandar Lampung.
Saya kasih tahu ya. Lampung itu provinsi yang terdiri dari 15 kota/kabupaten. Nah, Kota Bandar Lampung yang dikenal juga Kota Tapis Berseri adalah ibu kota Provinsi Lampung. Dulu Kota Bandar Lampung bernama Kotamadya (Kodya) Tanjungkarang Telukbetung–sering diringkas Tante–yang terbentuk dari dua kota kembar, yaitu Tanjungkarang dan Telukbetung.
Itu sudah. Sekarang ada lagi masalah, bagaimana menyingkat Bandar Lampung? Waktu mau mendaftar UMPTN tahun 1990, kotak-kotak kolom alamat tak bisa memuat kata “Bandar Lampung” secara lengkap. Tidak tahu meringkasnya, saya menulis “B Lamp.”
Terus beberapa kali bolak-balik Bandar Lampung–Bandung, saya jadi berpikir, bukankah Bandung adalah akronim Bandar Lampung. Perhatikan kata di dalam kurung: (Band)ar Lamp(ung). Bukankah membentuk akronim “Bandung”.
Tapi, kebanyakan akronim. Itu tidak sehat, kata ahli bahasa. Makanya, saya agak sebal juga menemukan akronim Balam untuk Bandar Lampung.
Ah, Bandar Lampung masih terlalu panjang rupanya dan karena itu perlu disingkat. Jika terpaksa, jangan akronimlah. Bandar Lampung, mendingan disingkat BL atau yang biasa dipakai: Bdl.
Tabik. []