Panggung

Tiyuh Suluk: Yang Nyata dan yang Luar Logika dari Budaya Lokal Lampung

Oleh Akhmad Sekhu

NEGARA kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa  membuat Indonesia begitu kaya akan keragaman budaya dan tradisi. Bahkan, setiap suku bangsa punya kearifan lokal masing-masing.

Berangkat dari fenomena ini, PH Kreasi Jingga mengangkat khasanah kearifan lokal daerah Lampung dengan film dokumenter berjudul ‘Tiyuh Suluk’. Sebuah film yang berkisah tentang perjalanan spiritual seorang pemuda yang dibesarkan dengan sesuatu yang tidak hanya yang masuk akal, terlogika, dan nyata saja, tetapi juga sesuatu yang di luar logika yang juga punya ‘kehidupannya’ sendiri.  Bahwa sebuah hidup yang nyata ini berdampingan dengan hidup yang tak kasat mata.

Ruth Marini, Sutradara Film Dokumenter ‘Tiyuh Suluk’. (FOTO: DOK PRIBADI)

Kearifan Lokal

“Film dokumenter ‘Tiyuh Suluk’ ini mengangkat budaya Lampung, “ kata RAY Dewi Kusuma, pemilik PH Kreasi Jingga dalam acara Syukuran Produksi Film Dokumenter Tiyuh Suluk di Gedung Pusat Perfilman H Usmar Ismail (PPHUI), Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (12/12/2021).

Dewi menerangkan alasan pihaknya memproduksi film dokumenter Tiyuh Suluk yang mengangkat kekayaan budaya Lampung. “Setiap daerah punya kekayaan cerita yang perlu kita gali karena setiap daerah tentu punya kearifan lokal masing-masing. Film ini sangat kental kearifan lokal, “ ujarnya.

Menurut Dewi, film dokumenter ‘Tiyuh Suluk’ dapat menyuguhkan kepada anak-anak kita bahwa pariwisata kita begitu sangat indah. “Jadi kita tidak hanya memproduksi film horor, drama atau laga, yang fiksi, tetapi juga memproduksi film dokumenter yang mengangkat kisah nyata, “ ujarnya.

Dewi berharap semoga film dokumenter ini pun bisa menjadi suguhan yang bagus dan memberikan sebuah pelajaran, film yang edukatif, bahwasannya film bukan hanya tontonan tapi juga bisa menjadi tuntunan. “Agar kita mengenal budaya dan kearifan lokal daerah Lampung, “ tegasnya.

Dewi juga berharap, semoga produksi film kita semakin maju. “Kita bisa kembali menciptakan karya-karya film yang indah, terutama tentang pariwisata yang begitu banyak dan beraneka ragam dari segi budaya dan destinasi yang ada, “ ujar Dewi Kusuma sumringah.

Manfaat

Pada sisi lain, Poduser Film Dokumenter Tiyuh Suluk FX Purnomo menyampaikan pendapatnya tentang film tersebut. “Ini film dokumenter panjang yang syutingnya di Lampung,” ungkapnya mantap.

Menurut Ipong, sapaan akrab FX Purnomo, Film Dokumenter Tiyuh Suluk masih tahap pra-produksi, yakni riset sudah dilakukan, kemudian sekarang survei dan hunting lokasi.

“Rencananya akhir Desember atau paling lambat awal januari 2022 syuting, “ papar sutradara film ‘Boven Digoel’ (2017).

Saat ditanya kenapa memilih Ruth Marini yang menyutradainya, FX Purnomo menjelaskan Ruth Marini orang Lampung yang tentu memahami sekali dan sangat menguasai khasanah budaya dan kearifan lokal daerah Lampung.

Harapan FX Purnomo, film dokumenter ini dapat bermanfaat dan dapat diterima masyarakat, baik nasional maupun internasional. “Kita rencanakan agar film ini dapat mengikuti berbagai festival film di Amerika dan Eropa, “ pungkas FX Purnomo yang sudah sangat berpengalaman mengikuti berbagai festival film di Amerika dan Eropa.

Jujur

Adapun Sutradara Film Dokumenter ‘Tiyuh Suluk’ Ruth Marini menyatakan sebuah karya harus lahir dari empati dan sebuah kejujuran. “Jujur terhadap peristiwa, jujur terhadap karakterisasi tokoh yang ada di dalamnya, maupun jujur dalam setiap prosesnya, “ ujarnya.

Perempuan kelahiran Lampung, 18 Agustus 1984 ini menerangkan, bagaimana film mengungkap sebuah realitas paling ‘tersembunyi’, atau ‘abal’ sekalipun. “Sehingga mampu menjadi ‘buku’ bagi para penontonnya, “ beber aktris yang bergabung dengan Teater Satu Lampung dan kemudian mendirikan Sanggar Aktor Cilik Indonesia dengan beranggotakan puluhan anak yang terjun ke dunia perfilman dan televisi.

Menurut Ruth, film dokumenter ‘Tiyuh Suluk’ berkisah tentang perjalanan spiritual seorang pemuda yang dibesarkan dengan sesuatu yang masuk akal, terlogika, dan nyata saja ini menarik bagi dirinya. “Tentang bagaimana akhirnya kita semua tahu ada sesuatu di luar logika yang juga punya ‘kehidupannya’ sendiri, bahwa sebuah hidup yang nyata ini berdampingan dengan hidup yang tak kasat mata, “papar peraih penghargaan Aktris Monolog Terbaik dalam Festival Monolog se-Indonesia pada tahun 2017.

Lalu, lanjut Ruth Marini, tentang bagaimana kita menerima, bahwa dimana pun sebuah kehidupan itu berlangsung, selalu ada nilai yang bisa kita pahami. “Selalu ada pesan yang tersembunyi, kisah ini membuka mata saya bahwa hidup bukan hanya tentang ‘hidup saya’ atau ‘hidup kamu’, tapi hidup adalah tentang ‘kita semua’ utuh. Bagaimana sebuah perjuangan dan sebuah pilihan itu harus ditentukan pada akhirnya, “ pungkas Ruth Marini filosofi sekali. 

“Tiyuh Suluk” berceritatentang Andra, seorang pemuda asal Jakarta yang sedang melakukan wisata sejarah yang terdapat di Tulangbawang Barat, Provinsi Lampung. Ia sangat terpukau dengan peninggalan-peninggalan yang ada disana. Ketika ia masuk dan sedang menikmati salah satu benteng bersejarah, ia ketemu dengan seorang lelaki yang sedang bersyair merdu.

Seperti sebuah sihir, Andra mendekati lelaki itu dan berbincang sampai akhirnya ia mau diajak pergi ke sebuah kampung yang tak dikenal. Sebuah kampung yang seluruh penduduknya adalah perempuan. Di kampung yang indah dan tentram itulah, Andra merasakan keganjilan-keganjilan. Hingga akhirnya ia sadar, bahwa ia telah dipersiapkan sebagai pengantin di sana. []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top