In Memoriam Mochtar Hasan


SEKIRA tahun 2000-an, Kantor Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lampung di kawasan Enggal, Bandar Lampung diisukan dibakar orang gila. Celakanya, belum mengecek ke lapangan, berita ini sudah dimuat koran tempat saya bekerja.
Keruan saja pengurus PKB Lampung mencak-mencak. Saya pun diminta ke kantor PKB dan mendapati kantor yang dikatakan terbakar dalam keadaan baik-baik saja. Keterangan dari beberapa pengurus bahwa “berita” yang beredar bersumber pada SMS –kala itu belum ada WA atau Facebook—sesama pengurus untuk guyon saja.
Dari sini, saya bertemu dan berbincang lama dengan Ketua PKB Lampung H. Mochtar Hasan, S.H. yang juga Wakil Ketua DPRD Lampung.
Dalam beberapa peristiwa atau kasus, saya juga ditugaskan untuk memintakan keterangan dari mertua PYM SPDB Pangeran Edward Syah Pernong, Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23 atau ayahanda dari Ir Nurul Adiyati, Ratu Mas Inton Dalom Ratu Kepaksian Pernong (istri Edward Syah Pernong) ini. “Harus wawancara dengan Pak Mochtar. Kalau tidak, berita ini tidak bisa diturunkan,” tegas redaktur saya kala iitu.
‘Perintah’ ini tak cuma sekali. Pria kelahiran Kampung Rajabasa, Kotaagung, Tanggamus, 2 Desember 1932 memang tokoh penting yang memang harus dicari dan dimintakan keterangannya.
Terkait dua jabatan itu, banyak hal yang harus mendapat tanggapan dari Mochtar Hasan mengenai isu sosial politik. Mewawancarainya memerlukan ekstra kesabaran. Selain banyak tamu, ia termasuk sulit ditemui. Tapi, kalau sudah ditanya, ia sangat tegas, jelas, dan gamblang menjawab.
Wajar saja karena lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini lama berkarier di birokrasi, mulai dari Kepala Biro Pemerintahan Pemprov Lampung (1965-1966), Sekda Provinsi Lampung (1966—1973), lalu pada 1973 ke Depdagri, Kepala Biro Hukum Depdagri (1978-1986),Direktur Pemerintahan Umum Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah (PUOD) (1986), Komisaris BUMN PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II), Widyaiswara Depdagri (1992) sampai pensiun 1998, ia kembali ke Lampung.
Tahun 1964, suami dari Mis Zaurah ini pindah status dari PNS FH Universitas Sriwijaya menjadi PNS Pemda Provinsi Lampung.
Tahun 1962, ia menjadi pelopor pembukaan Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Cabang Univeritas Sriwijaya di Bandar Lampung. Lalu, pendirian Fakultas Syariah dan Fakultas Tarbiyah Cabang IAIN Raden Fatah (Palembang) di Bandar Lampung dan pendirian Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Lampung. Pada 1965 ia ditunjuk menjadi Direktur APDN Lampung yang pertama. Mochtar pula yang menjadi Rektor pertama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan pada 1967.
Melihat kiprah ayah dari Berly Hasanal, Evi Usriyani, Nurul Adiyati, Zuriyat Al Ansyari, Savitri Numatias, dan Intan Nuryeni ini wajar jika Mochtar Hasan dimasukkan menjadi salah satu sosok pilihan Lampung Post yang diabadikan dalam buku 100 Tokoh Terkemuka Lampung (2008).
Kini orang penting dalam pembangunan Bumi Ruwa Jurai ini telah pergi meninggalkan kita semua. Innalilahi wainna ilaihi rajiun. Mochtar Hasan telah berpulang ke rahmatullah pada Senin, 2 Sepitember 2019 pukul 08.45 di RS Cinere, Jakarta Selatan.
Pengalamannya yang sangat kaya sempat Mochtar Hasan tuangkan dalam buku Suka Duka Meniti Karier Melalui 3 Zaman (2007). Selain karya dan pengabdian, Mochtar Hasan juga banyak melahirkan kader pergerakan yang mampu mewarnai pembangunan Lampung pada masanya seperti, Mukhktar Lutfi, Malhani Manan, dan lain-lain. Semoga semua itu menjadi bekal terbaik bagi sesepuh Nahdlatul Ulama (NU) Lampung ini. Amiin.
