Sosok

Muhammad Mahiir Abdulloh : Misi Literasi dalam Ekspedisi

ORANG-ORANG biasa melakukan perjalanan ke daerah-daerah tertentu sekadar berlibur. Berfoto di alam-alamnya yang indah dan menikmati panorama baru bagi mereka merupakan hal yang paling dicari. Hasilnya, banyak tempat-tempat indah yang berterbaran di beranda media sosial. Tapi, ada beberapa orang yang rela mengeluarkan uang pribadi serta pikiran dan tenaganya untuk misi tertentu. Salah satu orang yang melakukan misi tertentu dalam perjalanannya ialah Muhammad Mahiri Abdullah.

Mahiir adalah pemuda asal Jakarta yang telah menjelajahi 33 Provinsi di Indonesia. Kini, ia menginjakkan kaki di Lampung, yang dimulai dari Pesisir Barat, Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Kota Bandarlampung menggunakan sepeda.

Pemuda yang akrab dengan literasi tersebut menamakan perjalanannya sebagai ekspedisi Penjelajahan Nusantara. Keinginannya dalam ekspidisi ini tidak sekedar mengenal budaya atau alam. Tapi, ia ingin menyebarkan virus literasi di berbagai daerah Indonesia.

Banyak hal yang ia dapat dari perjalanannya. Keindahan alam dalam ilmu pengetahuan berdasarkan pengalamannya menempuh perjalanan pun tak terkecuali. Bahkan, berkat perjalanannya itu, ia menemukan sesuatu yang bernilai dari Indonesia.

Berikut petikan wawancara Wartawan Lampung News Muhammad Alfariezie dengan Muhammad Mahiir Abdullah.

Bagaimana Tanggapan Anda tentang Lampung?

Saya hanya berkata ramah. Saya tidak bisa berbicara banyak karena durasi yang singkat di daerah ini. Saya hanya melintasi Pesisir Barat, Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Bandarlampung.

Dari perjalanan itu, saya tidak menemukan kejahatan seperti yang diberitakan media lokal maupun nasional. Setiap orang yang temui dan saya sapa, pasti menyapa balik.

Bagaimana Anda tidur selama menempuh perjalanan ekspedisi ini?

Saya biasa tidur di warung-warung kopi tempat biasa supir-supir trek beristirahat. Berkumpul dengan orang baru dapat menambah pengetahuan. Obrolan-obrolan dari masyarakat bisa menambah motivasi juga untuk tetap melanjutkan ekspedisi.

Izin dulu tidak sih jika ingin tidur di warung-warung kopi?

Ini menyangkut etika pesepeda. Ada etika pesepeda yang sudah tahu kalau warung itu tempat para supir beristirahat maka tanpa izin seseorang itu langsung tidur. Tapi, ada juga beberapa pesepada yang memiliki etika untuk izin terlebih dahulu jika ingin numpang tidur. Ya hal yang paling mendasar hanya masalah etika dari komunitas atau individu si pesepeda itu sendiri sih.

Apakah Anda langsung menuju tujuan ketika sampai suatu daerah atau justru bersantai terlebih dahulu untuk menikmati suasana alam atau keramah tamahan penduduk?

Tidak menentu. Kalau daerah yang saya kunjungi hanya sekedar melintas doang maka otomatis saya bisa lebih santai untuk menikmati yang ada di wilayah itu. Namun, saya tidak bisa bersantai jika mengunjungi daerah yang memang memiliki tujuan. Seperti, jika saya ke papua. Di sana saya bisa tidak bisa santai-santai seperti orang liburan. Di sana, saya harus menuntaskan misi untuk membangun tempat literasi atau tempat baca. Tidak mungkin misi saya terealisasi jika saya justru seperti orang berlibur.

Nah, memang berapa lama sih di Papua?

Provinsi yang paling lama saya kunjungi adalah Papua. Bersama beberapa pemuda yang asli orang Papu, alhamdulilah saya diberi kesempatan untuk menginiasiasi dan merintis taman baca. Dalam melakukan hal itu cukup susah. Tapi, menyenangkan karena dari sana saya mendapat banyak pengalaman.

Sebagai perintis maka hal pertama yang saya lakukan untuk membuka taman baca di Papua adalah mengenalkan diri saya, mengenal budaya di sana, mengedukasi masyarakat untuk membaca bahkan mengajari beberapa masyarakat membaca.

Edukasi yang saya dan kawan-kawan lakukan adalah mencari tahu kebutuhan paling darurat yang dibutuhkan masyarakat Papua. Misal, masyarakat papua butuh pendidikan dan kesehatan maka buku yang kita datangkan pun lebih banyak tentang pendidikan dan kesehatan.

Bagaimana Anda mendapatkan buku-buku untuk masyarakat Papua?

Tentu saja perjuangan kemerdekaan Indonesia takkan terwujud tanpa bantuan orang banyak. Nah, saya dibantu kawan-kawan relawan yang berada di Jakarta. Kawan-kawan yang di Jakartalah yang mengumpulkan buku-buku dan mengirimkannya ke Papua menggunakan jasa pengiriman Pos Indonesia.

Dengar-dengan Anda gagal merealisasikan target sepuluh tempat literasi. Sebabnya?

Perubahan regulasi dari jasa pengiriman adalah faktor utamanya. Kalau tahun 2018 tidak begitu rumit untuk mengirim buku. Tapi, sejak 2019 ada sistem baru untuk mengirim buku ke luar kota. Menurut saya, itu agak rumit. Buku yang ingin dikirimkan ke daerah-daerah musti diseleksi dulu di Dinas Pendidikan. Nah, di situlah yang membuat semangat kawan-kawan atau relawan literasi mengendur.

Kenapa sih mengemban misi literasi dalam ekspedisi Anda? Mengapa tidak jalan-jalan saja sebagaimana wisatawan?

Bagi saya literasi itu penting. Karena itu, saya ingin meninggalkan jejak yang baik di tiap daerah yang saya kunjungi. Apalagi di daerah-daerah tertentu saya melihat masih minim sekali daya liteasi masyarakatnya. Kalau hal itu terus dibiarkan secara turun temurun maka tidak etis juga. Apalagi sebagai manusia kita mampu berbagi ilmu.

Oke. Sekarang balik lagi ke bersepeda berkeliling 34 provinsi. Apa saja yang Anda persiapkan untuk melakukan penjelajahan yang tak biasa ini?

Untuk menempuh perjalanan yang jauh kita musti merencanakan segala sesuatu dengan macang. Rencana sangatlah penting untuk menanggulangi hal-hal yang tak diinginkan. Jika kita sudah merencanakan saja masih memiliki rintangan di tengah jalan, nah, apalagi jika tidak merencakan.

Lalu, bagaimana manejemen perjalan yang baik menurut Anda?

Tata cara saya dalam manajemen perjalanan adalah bertanya pada diri sendiri menggunakan format apa, kapan, di mana, siapa, mengapa dan bagaimana. O iya, hal itu harus ditanyakan pada diri sendiri dan dijawab oleh diri kita sendiri. Tujuannya agar kita bisa menentukan sendiri konsep  perjalanan.

Untuk lebih detail maka hal yang harus ditanyakan pada diri kita sendiri adalah rutenya, kondisi jalan, budaya daerah tujuan, sepeda yang kita gunakan, kondisi fisik kita hingga pendanaan. Kalau semua itu udah oke maka hal yang kemudian kita lakukan adalah membuat konsep ke dua. Konsep nomor dua ini penting guna menyiapkan diri kita untuk sesuatu yang tak terduga.

Contoh, misal kita dari pulau A ingin pergi ke pulau B. Tapi, ternyata cuaca buruk sehingga kapal tidak ada yang berlayar. Nah, jika kita punya rencana yang matang maka kita bisa tetap melanjutkan perjalanan menggunakan rencana ke dua. Misal ternyata dari pulau A ke pulau C dapat dilakukan karena cuaca baik-baik saja sehingga banyak kapal yang akan berlayar. Nah, karena kita memiliki perencanaan yang matang maka perjalanan kita tak terganggu.

Bagaimana jika kita tidak bisa kembali ke Pulau B karena sudah kita lewati?

Balik lagi ke perencanaan awal. Kalau kita punya waktu luang maka kita bisa menuggu cuaca membaik sehingga dari pulau A bisa melalui pulau B kemudian ke pulau C. Tapi, kalau kita memiliki pekerjaan atau jika kita seorang mahasiswa, maka tak memiliki waktu luang untuk menyelesaikan target.

Ada enggak tips khusus untuk melakukan ekspedisi secara bersepeda?

Kita harus mengukur kemumpuan diri sendiri. Penting untuk mengukur jarak maksimal kita. Kita harus tahu berapa kemampuan kita pada jalan yang rata maupun yang mendaki. Kita tidak bisa asal tebak berapa kemampuan kita. Hal ini saya namakan sebagai Manejemen perjalanan. Kalau kita tahu kemampuan jarak tempuh kita maka waktu yang kita rencanakan tidak akan terlalu melebihi target.

Lalu, apa yang menginspirasi Anda untuk melakukan ekspedisi keliling Indonesia?

Inspirasi itu datang sejak saya duduk di bangku SD. Apa yang menginspirasi saya? Sederhana saja. yang menginspirasi saya adalah peta Indonesia dan Dunia. Saya pernah tidak sengaja mengukur peta Indonesia. Ternyata, jarak dari sabang sampai merauke itu hanya sejengkal. Apakah Indonesia itu kecil? Tidak. Ketika saya mengukur Singapure, Thailand dan malaysia ternyata kurang sejengkal. Untuk memenuhi jengkal saya, ternyata luas Indonesia melebihi Singapur, Thailand, Malaysia dan empat hingga lima negara di benua Eropa. Saya berpikir, jika mengelilingi Indonesia maka jarak yang saya tempuh sama saja dengan mengunjungi berbagai negara di belahan dunia.

Sekarang, apa hal paling berkesan bagi Anda dari 33 Provinsi yang sudah Anda datangi?

Semua berkesan. Semua memiliki perbedaan yang membuat saya selalu kangen. Mulai dari alam, budaya hingga masyarakatnya. Tapi, ada satu yang membuat saya paling berkesan, yaitu ketika saya di Flores.

Orang Flores selalu mengimbangi siapa yang menyapa mereka. Ketika kita mengeluarkan nada yang keras untuk menyapa mereka maka mereka pun melakukan hal yang sama. Selain itu, mereka tidak pernah berbasa-basi dalam menawarkan kebaikan.

Yang membuat saya berkesan adalah karena ternyata Indonesia Timur tidak seperti yang diberikan media. Media banyak mengabarkan, Indonesia Timur orangnya keras-keras. Ternyata itu berbanding terbalik. Mereka ramah dan selalu menawarkan kebaikan kepada pendatang.

Ada tidak ketimpangan sosial yang Anda temukan di daerah Indonesia Timur?

Kita hidup di negar berkembang. Salah satu permasalahan negara berkembang adalah ketimpangan sosial. Salah satu ketimpangan sosial yang saya temukan adalah di Labuhan Bajo. Ternyata, aliran air pam atau air bersih lebih diperuntukkan hotel-hotel dibangkan kepada masyarakat.

Lalu, apa penilaian Anda terhadap Alam Indonesia?

Tidak ada alam yang buruk di Indonesia. Tapi, keindahan alam yang menurutnya paling indah adalah di Papua. Namun, saya tidak mau bercerita banyak karena enggan membesarkan keindahan alam di sana. Kenapa? Takut tidak bisa menjaga dan justru menjadi senjata makan tuan bagi warga papua. Kenapa? Kalau keindahan dan kekayaan Papua kita ceritakan hingga terdengar orang luar negeri yang tamak maka limbah-limbah akan mencemari lingkungan indah Papua.

Orang Papua pernah mengungkapkan perasaannya kepada saya. Mereka sudah bahagia memakan sagu, lantas kenapa harus datang makanan luar?

O iya, bukannya di Papua masih sering terjadi konflik? Bagaimana, Anda bisa bertahan di sana?

Saya tahu di sana ada konflik. Tapi, kan saya sudah merencanakan segala sesuatu. Untuk mengunjungi Papua saya lebih dulu mencari tahu mana daerah aman dan mana daerah konflik. Selain itu, sebagai pendatang kita musti memiliki etika. Kita harus paham apa yang tidak boleh dilakukan dan dikatakan di daerah orang. Ingat, jangan sekali-sekali sengaja melanggar jika tak mau hal-hal buruk terjadi.

Bagaimana perasaan Anda ketika menginjakkan kaki di tanah Papua?

Saya bahagia karena tidak menyangka, pelajaran di sekolah sekolah menjadi kenyataan. Saya bisa mengobrol banyak hal dengan orang yang berbeda dan menyenangkan, saya bisa menyentuh salju di gunung Papua.

O iya, Anda memulai perjalana dari Timur dulu baru mengarah barat Indonesia. Itu kenapa, mengapa tidak ke barat dulu baru ke Timur?

Orang Tawaf dari mana arahnya? Itulah jawaban pertama. Jawaban kedua adalah fisik dan semangat masih bergelora. Karena semangat itu saya berpikir untuk memulai dari daerah-daerah yang memiliki akses tak mudah dilalui dan biaya hidupnya mahal.

Terakhir, indah mana Indonesia bagian barat atau timur?

Waduh, nanti orang timur dan barat bisa marah karena jawaban saya. Tapi, tidak apa-apa, biar saya jawab.

Indonesia bagian barat merupakan daerah yang memiliki megahnya insfrastruktur sedangkan Indonesia Timur adalah daerah yang mempunyai keindahan alam yang luar biasa. []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top