Sosok

Hensyl Thomas Riska: Terpenting, Pandemi Segera Berakhir

PANDEMI Covid-19 melanda dunia, tak terkecuali Indonesia hingga daerah-daerah di tiap provinsi. Banyak sekali sektor yang terdampak sisi negatif. Tentu saja, selain kesehatan adalah ekonomi, baik mikro dan makro. Hal ini tak terkecuali sektor pariwisata. Mulai dari yang modern hingga ruang terbuka hijau buatan pun turut berkabung. Pegawai-pegawai terpaksa dipulangkan karena tidak memungkinkan untuk mendatangkan banyak pengunjung.

Salah satu destinasi wisata yang juga terdampak pandemi covid 19 adalah Puncak Mas. Padahal, tempat itu adalah lokasi yang asyik untuk berlibur bersama keluarga, teman hingga yang ingin menikmati kesendirian sembari mencicip makanan dan minuman seperti kopi asli Lampung. Selain itu, beberapa tahun ke belakang, destinasi wisata tersebut amat digandrungi wisatawan lokal maupun luar daerah.

Seiring waktu, pemerintah pusat dan daerah pun sepakat untuk melonggarkan PSBB. Peraturan berubah menjadi Budaya baru yang disebut New Normal. Perlahan-lahan, tempat-tempat wisata mulai dibuka untuk umum, termasuk Puncak Mas.

Bagaimanakah kondisi terkini destinasi tersebut usai berbulan-bulan absen menerima kunjungan? Adakah pelajaran dari pengalaman destinasi wisata itu? Berikut petikan wawancara wartawan Lampung News Muhammad Alfariezie dengan Pemilik Tegal Mas Island dan Puncak Mas Hensyl Thomas Riska di Kafe Kopi Tanow, Puncak Mas, Minggu (21/12).

Sebagai pembuka, bisa ceritakan sedikit sejarah singkat dan konsep wisata Puncak Mas?

Dulu, lokasi ini hanya ditanami pohon-pohon durian. Lokasi ini hanya diperuntukkan keluarga. Tapi, karena kita lihat tempat ini berpotensi maka suami saya berinisiatif untuk membuat lokasi wisata yang instagramable, seperti di daerah dekat laut itu lho. Kalau tidak salah namanya Muncak. Tapi, pemandangan di sana hanya laut dan gunung-gunung. Sedangkan dari Puncak Mas, kita bisa melihat keindahan kota, laut dan juga gunung.

Anak-anak sekolah ikut berjasa lho dalam mempromosikan Puncak Mas. Mereka yang duluan datang dan memosting hasil selfie dan weefie di sini ke dalam instagram dan media sosial lain sehingga orang-orang menjadi tahu kalau di Bandarlampung ada destinasi wisata baru yang patut dikunjungi.

Ow, jadi dulu kebun duren toh. Kenapa tidak dipertahankan sebagai wisata kebun durian sekalian?

Sempet. Sempet. Awal buka, kita sekeluarga masih mempertahankan pohon-pohon durian. Tapi, kami mendapat masukkan dari seorang pengunjung.

Waktu itu, ada pengunjung yang wajahnya terdapat bekas luka karena kejatuhan buah durian. Dia cerita banyak tuh sama kita. Dari situ, muncul inisiatif untuk tetap melestarikan pohon durian yang sebagian untuk memperindah atau berteduh dan menyejukkan suasana. Tapi, sebagaian dijadikan rumah-rumah pohon.

Pengunjung tidak perlu khawatir akan kejatuhan durian. Kami selalu mengambil buah durian di area spot bermain hingga foto demi kenyamanan dan keselamatan bersama.

Apa yang terjadi pada Puncak Mas ketika pandemi melanda?

Pada Maret, ketika anak-anak diliburkan, adalah awal kami menutup destinasi wisata. Bermula dari Pemda Pesawaran yang memberi amanah untuk menutup sementara lokasi wisata kami, yakni Pulau Tegal Mas. Nah, Demi keamanan dan kesehatan pegawai dan keluarga serta pengunjung maka mau tidak mau, kami pun menutup Puncak Mas. Walau, pada saat itu, pemkot Bandarlampung tidak mengirimkan surat perintah agar kami menutup lokasi wisata ini.

Bagaimana dengan karyawan yang bekerja di destinasi wisata Anda?

Tepat 1 April, kami berinisiatif untuk memulangkan beberapa karyawan karena memang tidak ada aktivitas apapun, kecuali perawatan sarana dan prasarana. Namun, 70% karyawan Pulau Tegal Mas tetap bertahan karena masih dalam tahap pembangunan Villa. Sedangkan office boy di Puncak Mas, kita pulangkan semua. Mau bagaimana lagi.

Bagaimana nasib karyawan yang dipulangkan, apakah saat ini dipekerjakan kembali?

Tentu dong. Destinasi wisata kami, termasuk Pulau Tegal Mas dan Puncak Mas kembali dibuka untuk pengunjung pada 12 Juni ketika New Normaldigebyarkan ke publik. Sebagian karyawan ada yang kembali. Tapi, ada beberapa yang tidak. Mungkin, karena sudah mendapatkan alternatif pekerjaan lain.

Apa yang Anda siapkan ketika awal membuka kembali destinasi wisata?

Tentu saja protokol kesehatan sesuai prosedur yang diterapkan pemerintah. Saya dan anak-anak kan sering juga main ke sini untuk mengontrol dan menghirup udara segar.

Hal pertama yang harus kita ingat adalah kesehatan keluarga dulu deh. Kalau kita perduli dengan keluarga, pasti juga secara otomatis akan perduli terhadap orang lain.

Dari awal masuk hingga semua spot, mulai tempat makan sampai area bermain sudah kami pasang himbauan berupa tulisan untuk selalu menggunakan masker dan jaga jarak. Selain itu, pembawa acara musik, selalu mengingatkan menggunakan pengeras suara agar pengunjung selalu mematuhi protokol kesehatan.

Lalu, yang sebelum pandemi kami hanya menyiapkan tempat cuci tangan hanya di satu titik. Kini, diseluruh spot, ada tempat cuci tangan. Kurang lebih ada 20 tempat cuci tangan dan lengkap dengan sabun serta handsanitizer.

Apa tidak rugi untuk menyiapkan semua protokol kesehatan itu?

Kalau saya pribadi berpikir tidak dari untung atau rugi, atau seberapa banyak modal yang keluar. Tapi, efek kesehatan— dan yang terpenting, supaya tidak ada klaster baru sehingga pandemi ini bisa segera hilang.

Memang kita menambah modal untuk membuat saluran air baru. Tapi, kami juga terbantu karena kondisi air cukup di daerah ini.

Sebagai pengusaha destinasi wisata, sempat frustasi tidak sih karena pandemi ini?

Frustasinya sih bukan terhadap bisnis. Tapi, jangka waktu pandemi yang seakan tidak pernah usai itu. Saya mengira pandemi ini akan segera berakhir hanya dalam waktu tiga bulan. China kan tidak begitu lama. Tiga bulan saja, negara itu sudah kembali. Tapi, ternyata, di Indonesia, malah hingga hari ini belum selesai-selesai. Ya tapi, tidak baik juga ya, jika larut dalam ketakutan dan kesedihan. Terpenting patuhi protokol kesehatan dan jaga imunitas tubuh kalau untuk saat ini.

Dari segi bisnis tidak begitu khawatir? Memang destinasi wisata ini dibangun untuk bisnis atau hiburan keluarga?

Ya seperti yang saya ceritakan di atas tadi. Tempat ini, pertama sekali, hanya kebun duren yang diperuntukkan keluarga. Tapi, setelah melihat lokasi tempat wisata lain dan kita pun bisa membuat itu maka suami mencoba membangun beberapa spot foto. Ternyata, animo masyarakat untuk berkunjung ke sini cukup besar. Jadilah, sekarang ini kita memiliki berbagai spot. Bahkan akan menambah spot lagi lho. Seperti, kolam renang, Labirin, Glamor Camping hingga taman bunga.

O iya, bagaimana tuh tahap dan proses pembangunan Puncak Mas?

Suami saya orang yang yakin pada pendirian dan selalu berusaha untuk mewujudkan impian. Sedikit demi sedikit. Mulai dari spot foto, lalu rumah pohon, kemudian taman. Baru deh dari keuntungan penjualan tiket maka pembangunan area-area yang lain menyusul dan sekarang menjadi seperti ini.

Kalau saya sih tidak heran Puncak Mas akan menjadi seperti sekarang ini. Bidang pekerjaan suami memang kontraktor. Jadi, dia sudah paham bagaimana membangun lahan kosong menjadi sesuatu yang bernilai, baik bagi keluarga maupun orang lain.

Sebelum dan pascapandemi, ada berapa karyawan yang sudah menyumbangkan tenaga dan pikirannya di Puncak Mas?

Kurang lebih jumlah karyawan kami sekarang 25 orang. sedangkan sebelum pandemi, kurang lebih ada sekitar 40 hingga 50 karyawan yang bekerja di sini.

Ya seperti yang saya katakan tadi, bahwa ada beberapa karyawan yang mungkin ketika dipanggil kembali tapi sudah memiliki alternatif pekerjaan.

Apa beda saat awal Pandemi dan saat New Normal?

Pengunjung yang datang ke Pulau Tegal Mas atau Puncak Mas pada saat sebelum pandemi tidak hanya dari rombongan kantor-kantor atau luar daerah. Tapi, perorangan juga.

Sekarang, ada juga sih yang perorangan. Tapi, lebih banyak rombongan dari perusahaan-perusahaan atau instansi pemerintahan. Selain itu, ada beberapa keluarga yang datang dari luar kota atau provinsi.

Protokol yang bagaimana sih yang Anda terapkan di Puncak Mas?

Yang pasti ketika pertama kali turun kendaraan harus sudah mencuci tangan. Kami sudah menyiapkan beberapa tempat cuci tangan lengkap dengan sabun dan tisu, di depan gerbang masuk. Selain itu, tentu saja wajib menggunakan masker.

O iya, pada awal-awal buka pun kita sempat berjualan masker di depan gerbang lho. Kan, waktu itu masker masih mahal. Tapi, sekarang karena harganya sudah terjangkau maka tidak lagi.

Kita akan memberi masker secara gratis kepada pengunjung yang memang tidak membawa. Namun, rata-rata pengunjung sudah membawa masker masing-masing sebelum kemari.

Bagaimana animo wisatawan ketika destinasi wisata ini kembali dibuka untuk umum?

Awal-awal masih sepi. Mungkin, orang-orang masih khawatir. Sampai lebaran pun masih sepi pengunjung karena waktu itu masih lockdown.

Puncak Mas mulai kembali agak ramai ketika bulan Agustus dan liburan hari raya kurban. Mungkin, orang-orang sudah pada bosen diam di rumah saja. Jadi, mereka membutuhkan suasana yang segar. Konsep wisata kita kan memang menggabungkan keindahan alam hingga wahana bermain yang terbilang modern.

Bagaimana keuntungan sebelum dan saat pandemi?

Rata-rata pengunjung pada hari Senin hingga Jumat, saat belum pandemi mencapai 200 hingga 300 orang. Untuk Sabtu dan Minggu mencapai 1000 hingga 1500. Sedangkan ketika pandemi, hanya 100 hingga 150 orang saja untuk weekday. Begitupun ketika Sabtu dan Minggu, pada masa pandemi hanya setengah saja yang berkunjung. Tapi, itu sudah cukup. Karena kalau full bisa berindikasi tidak mematuhi protokol kesehatan. Apalagi kalau pengunjung datang berbarengan.

Kalau pengunjung sendiri lebih lebih banyak yang berasal dari luar atau Lampung saja?

Awal mula orang-orang Lampung saja. Seiring waktu dan sejak ada jalan tol maka banyak tamu yang datang dari Jambi, Palembang, Bengkulu, Jakarta dan beberapa daerah Jawa lain.

Bagaimana penginapan Puncak Mas di masa Pandemi ini?

Tetap dibuka. Tapi, sangat kami jaga. Jadi begini, sekarang kami tidak membuka penginapan secara full. Jika ada tiga penginapan maka yang dibuka hanya dua dan yang di tengah mesti kosong. Kecuali, jika yang menggunakan ketiga penginapan itu berasal dari satu keluarga atau rombongan.

Untuk perawatan kamar penginapan sendiri, bagaimana?

Kita ada dua puluh kamar. Semua kamar itu pasti kita semprot disinfektan. Pokoknya sekarang ini kesehatan nomor satu. Enggak papa deh keluar modal lebih, yang penting saya yang menjalani bisnis dan orang yang ingin berlibur tetap sehat sehingga pandemi akan segera berakhir dan kita bisa kembali pada keadaan normal.

Kalau untuk makanan, bagaimana Anda menjaga kualitas kesehatan dan kebersihan?

Tentu saja kita jaga dong protokol kesehatan dan kebersihannya. Kita kan tidak mau ada pengunjung yang sakit usai menyantap makanan yang ada di sini.

Kami sudah menyiapkan beberapa orang yang khusus mengontrol makanan dan pembuatnya hingga yang disajikan selalu higienis. Walau, ada beberapa kantin yang bukan milik Puncak Mas, melainkan ada rekan bisnis. Tapi, tetap saja itu menjadi tanggung jawab Puncak Mas. Untuk itu, kami selalu menjaga kualitas makanan. Bahkan, penjualnya pun wajib menggunakan masker dan sarung tangan.

Kalau untuk menjaga kesehatan karyawan sendiri ada tidak?

Kalau sekarang kita memberi vitamin kepada mereka. Sedangkan dulu, kita juga sempat mengajak para karyawan untuk suntik vaksin flu. Itu dilakukan berbarengan dengan keluarga besar kita. Itu salah satu upaya kita untuk melindungi karyawan dari virus korona saat pertama kali mencuat ke publik.

Apa Anda tidak khawatir dengan pengunjung yang berasal dari zona merah?

Saya percaya kalau orang yang ingin berlibur itu pasti tidak dalam keadaan sakit. Hal itu saya sampaikan juga kepada setiap karyawan agar mereka tidak khawatir. Yang penting, kita mematuhi protokol kesehatan. Seperti, mencuci tangan dan memakai masker. Dan, jangan lupa minum vitamin serta menjaga imunitas tubuh secara selalu berpikir positif dan makan-makanan yang sehat serta berolahraga yang cukup.

Saat ini bagaimana keuntungan yang didapat?

Kalau bicara keuntungan tentu saja belum stabil dan belum mencapai seperti saat belum pandemi. Tapi, sekarang ini yang terpenting kami tidak menombok dalam urusan bayar listrik, biaya kebersihan hingga perawatan sarana dan prasarana.

Kalau untuk Tegal Mas, bagaimana?

Nah, itu yang paling terdampak. Banyak wisatawan yang mengubah jadwal. Bahkan, ada beberapa yang membatalkan. Alasan mereka beragam. Tapi, yang paling pasti karena ada beberapa keluarga yang terpapar.

Terakhir, apa sih yang ditawarkan Puncak Mas hingga orang-orang mesti berlibur ke sini meski masih pandemi?

Yang ingin kita berikan ke masyarakat adalah keindahan dan kesegaran serta kesejukkan. Di sini kan terbilang ruang terbuka hijau. Berbeda dengan mall-mall yang tertutup.

Udara tempat ini masih asri dan jauh dari kebisingan. Jadi, cocoklah buat orang-orang yang jenuh di rumah. Tapi, ingin menghirup udara segar.

Selain itu, tentu saja kita sudah menyiapkan beberapa spot foto dan ada wahana bermain. Spot foto unggulan kita ada yang di rumah pohon dan wahana bermain sepeda gantung yang saat ini diminati wisatawan. Di wahana sepeda gantung pun bisa untuk dijadikan spot foto lho. O iya, jangan khawatir juga untuk ke sini. Akses jalannya bagus dan dapat ditempuh semua kendaraan. Selain itu, kami selalu mematuhi protokol kesehatan. []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top