Sajak-sajak Eddy Pranata PNP
SETELAH HUJAN REDA
Setelah hujan reda dan engkau melanjutkan perjalanan malammu
ke dermaga, apa yang berdenyut dalam dadamu?
Segera naik ke atas sampan membelah selat ke Nusakambangan
bergerak ke bawah menara mercusuar Tanjung Sodong
berdiri di atas bongkah karang melempar kail ke dalam laut
atau engkau memilih bertahan di bibir dermaga
melukis rembulan yang tampak pucak, lalu bergulingan sambil terus
berzikir: astaghfirullah. Engkau ternyata naik ke atas sampan
membelah selat Nusakambangan lalu berdiri di atas bongkah
karang melempar kail ke dalam laut tidak begitu jauh dari
menara mercusuar Tanjung Sodong seraya terus berzikir.
Jaspinka, 2020
SUNGAI
Kalau dari hulu air sungai keruh, kau yakin sampai ke hilir
Juga keruh? Sekali waktu susurilah sungai itu
Engkau akan dihadapankan pada hal-hal yang mengagetkan
Batu-batu bicara, tebing-tebing merintih, rumpun bambu
Bersedih. Juga sampah-sampah yang hanyut meneriakkan
Segala hal yang bernama kepedihan.
Jaspinka, 2020
SUDAH BERAPA LAMA BERDIRI DI DERMAGA
Sudah berapa lama engkau berdiri di dermaga Sleko
Di bawah gerimis senja, dan perahu-perahu merapat
Berbanjar-banjar digoyang-goyang ombak gelombang
Engkau pulang membawa harapan yang pecah
Di sekitar Nusakambangan sudah tidak banyak ikan
Engkau pun kemudian beranjak dari dermaga
Pergi kota lain yang jauh, memecah matahari
Dan menarik-narik buhul nasib yang kusut.
Jaspinka, 2020
PADA SETIAP BULIR KEBAIKAN
Pada setiap bulir kebaikan yang engkau tanam dan engkau lupakan
Di lain waktu yang tidak diduga dan tidak dibayangkan
Akan datang balasan dari langit lewat tanganNya
“Tak ada yang sia-sia setiap engkau menanam bulir kebaikan
Juga setiap baris puisi yang engkau tuliskan
Tangan dari langit akan menyeretmu ke kursi kemuliaan
Maka menanam dan menulislah di seluruh tempat dan ruang
Dengan sepenuh cinta dan kesetiaan.”
Jaspinka, 2020
CAHAYA KATA-KATA
Dari setiap serpih kebaikan yang engkau sembunyikan
Diam-diam engkau tengah menyimpan cahaya kata-kata
Yang mahasunyi adalah serbuk edelweis di puncak pendakian
Yang mahacahaya adalah getar jiwa dalam zikir malam
Diam-diam engkau tengah menyimpan cahaya kata-kata
Pada setiap puisi yang engkau tuliskan.
Jaspinka, 2020
——————-
Eddy Pranata PNP, meraih anugerah Puisi Umum Terbaik Lomba Cipta Puisi tahun 2019 yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Hari Puisi Indonesia. Juara 1 Lomba Cipta Puisi Sabana Pustaka tahun 2016, Nomine Penghargaan Sastra Litera tahun 2017 , 2018, 2019. Nomine Krakatau Award 2017 dan 2019. Sejak tahun 2014 mengelola Jaspinka (Jaringan Sastra Pinggir Kali) Cirebah, Banyumas Barat, Indonesia. Buku puisinya: Improvisasi Sunyi (1997), Sajak-sajak Perih Berhamburan di Udara (2012), Bila Jasadku Kaumasukkan ke Liang Kubur (2015), Ombak Menjilat Runcing Karang (2016), Abadi dalam Puisi (2017), dan Jejak Matahari Ombak Cahaya (2019).