Cerita Bersambung

Pertemuan (2)

Ini memang zaman refresif. Walau di FISIP diajarkan ilmu politik, mahasiswa dilarang main politik praktis. Begitulah kata yang berkuasa. Tapi, yang namanya mahasiswa, tidak suka diikat-ikat. Dibelenggu! Mereka ingin lepas bebas merdeka. Mahasiswa sospol apalagi. Masa diajar politik, tetapi tidak boleh praktik. Masa pula tega membiarkan rakyat yang ditindas oleh mereka yang beruang dan yang berkuasa.

Maunya pemerintah, mahasiswa itu belajar sungguh-sungguh, jangan banyak tingkah. Kuliah yang utama. Boleh aktif di organisasi intra dan ekstrakampus. Tapi, jangan keluar dari koridor yang sudah digariskan pemerintah. Tidak boleh protes, tidak boleh mengkritik, tidak boleh demo, tidak boleh sok peduli pada penderitaan rakyat kecil, tidak boleh menghalangi pembangunan walau pembangunan justru merugikan dan menambah kesengsaraan

rakyat kebanyakan, tidak boleh menghina pejabat meskipun kerja mereka sangat hina, tidak benar, dan malah bersama pengusaha yang beruang menindas rakyat yang tidak berdaya, agar untung besar. Tidak boleh….

Maunya pemeringtah, mahasiswa belajar sungguh-sungguh. Jangan banyak ulah. Tugas mahasiswa ya belajar. Nah, yang patuh, percaya saja: kuliah-pulang-belajar. Besoknya begitu lagi: kuliah-pulang-belajar. Begitulah seterusnya. Kejar IP (Indeks Prestasi) tinggi-tinggi agar kuliah cepat kelar, cepat bekerja, cepat pula kawin. Aih, tetapi kenyataannya tidak seindah yang dibayangkan. Walaupun IP besar jika tak punya koneksi bukan hal mudah hendak langsung bekerja.

Mahasiswa boleh pula aktif di organisasi intra dan ekstrakampus. Cuma tak boleh melewati garis yang sudah diberikan pemerintah. Tak boleh berpolitik praktis.

Tapi, namanya juga mahasiswa, sudah diajar politik pula, tidak bakal mereka diam melihat kelakuan penguasa yang tidak benar, melihat ketidakadilan, melihat penderitaan orang kecil ditindas orang yang beruang, melihat pengusiran rakyat kebanyakan dari tanah mereka sendiri untuk lahan pemodal yang sering pula disokong oleh yang berkuasa dan yang memiliki senjata.

Walau tidak banyak, ada di antara mahasiswa yang tidak bisa diam saja. Harus dilawan! Tak bisa dibiarkan saja.

Tentu saja selain dari itu, mahasiswa karena kemudaan, mereka tidak lepas dari pacar, bertemu dan bersama, kasih-sayang, berpisah pula setelah itu. Itulah kelakuan anak muda.

Mahasiswa itu seperti kata Soe Hok Gie: Buku, Pesta, dan Cinta. Mesti asyik, mesti menarik.

Maka, dimulailah kisah ini.  

>> BERSAMBUNG

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top