Sosok

Kuncen Ruang Kreatif

Oleh Heri Wardoyo

IBARAT tubuh, pers harus dilengkapi organ yang sempurna agar bisa tumbuh-kembang menggapai pucuk-pucuk kedewasaannya. Jika berita mirip badan pers, tajuk jadi jantungnya, maka opini dan hamparan non-news lainnya adalah paru-parunya.

Di luar itu, seperti disinyalir HB Jassin, surat kabar atau pers  sudah lama berperan dalam perkembangan kesusastraan Indonesia. Artinya, selain fungsi-fungsi jurnalistik, pers Indonesia juga berfaedah dan ikut menatah “rumah besar” kebudayaan  Indonesia — sastra masuk di dalamnya.

Begitulah, di antara berita-berita keras dan feature, koran atau media massa pada umumnya juga memberi ruang bagi pertukaran pendapat, bahkan perbalahan di halaman Opini (imajinasikan sebagai “ruang seminar tempat kita menggeladi aneka pemikiran). Halaman ini kontennya tajuk rencana, artikel, esai, kolom, dan surat pembaca.

Kolumnis “Buras” Lampung Post Bambang Eka Wijaya menulis: kenapa tulisan opini yang menjadi rangka baja pada beton pilar ke empat negara demokrasi? Karena tulisan opini, sebagai pergulatan intelektual (apa pun levelnya) selalu menghadirkan putik permenungan lewat sajian argumen, pencerahan sisi pemaknaan, hingga simpul. Inilah anasir penting yang kehadirannya menjadi standar pemuatannya.

Koran atau media umumnya juga menyediakan ruang setara bagi pemuatan puisi, cerpen, esai seni, resensi buku, musik, film, dan kawan-kawan sebangsanya.

Kedua corak konten media ini, wacana dan karya seni-kreatif, lumayan urgen untuk memberikan kesempatan kepada penulis, baik wartawan maupun nonwartawan,  menyumbangkan pemikiran konstruktif dan karya imajinatif. Di sisi lain, pembaca akan mendapatkan kelegaan cara pandang, minimal bisa berefleksi mengenai kehidupan negara-bangsa.

Di sisi inilah, Udo Z Karzi hampir sepanjang karier jurnalistiknya berperan, baik sebagai penulis maupun sebagai penjaga rublik Opini dan Budaya. Ia pernah menjadi redaktur Opini bersamaan dengan redaktur budaya sejak di pers mahasiswa Teknokra dan Republica Unila (1991-1996), berlanjut ke Sumatera Post, Lampung Post, Borneo News, dan Fajar Sumatera (1998-2015). Hampir semuanya sekantor dengan saya!

Dan, Udo Z Karzi khusuk melakoni pekerjaannya. Dia selalu ekstase…. []

————————-
* Ditulis untuk buku Mencari Lampung dalam Senyapnya Jalan Budaya: Kado 50 Tahun Udo Z Karzi (dalam proses terbit).

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top