Kabar Buku

Tiga Novel Dono

IJAL, teman SD dan SMP, sesama Rojali (Rombongan jak Liwa) penggila film-film Warkop DKI. Dan, saya jadi ikut-ikutan gila menemani dia nonton di bioskop-bioskop tahun 1990-an.
Setamat SMAN Liwa 1989, ia tinggal dan bekerja di Metro. Tapi, sebulan sekali sering malah dua kali sebulan, ia mesti mampir dan menginap di kosan saya.
Sehari-dua hari kami hunting bioskop-biaskop di Tanjungkarang dan Telukbetung: Golden, Raya, King, Enggal, Quin, Kim, dll. Kami kunjungi semua, semua judul film yang diputar di bioskop itu dari untuk dicatat di kepala, dan mulai menyusun jadwal nonton nonton. Bisa 3 kali sehari pukul 13.30, pukul 15.00, dan pukul 19.30. Kalau ada midnight, berarti empat kali sehari dengan 3–5 judul film sehari. Sehingga, dalam dua hari kami menonton 6–10 judul film.
Meskipun begitu, saya yang pengangguran, ehh… anak kuliahan tapi kosan, hampir tak sepeser pun keluar biaya. Semuanya, tiket, ongkos, dan konsumsi ditanggung Ijal.
Ya gimana lagi. Ijal kan jomblo yang banyak duit. Karena itu, ia suka mentraktir saya yang miskin. Hehee…
Tentu, tak semuanya film Warkop DKI. Kebanyakan film perang, silat atau kung fu. Film drama yang saya suka, Ijal tak senang. Karena menemani, ya saya ngikut aja. Hehee…
Terus terang, dulu walaupun sering nonton film Warkop DKI, saya kurang begitu menikmati film-film mereka seperti Maju Kena Mundur Kena, Atas Boleh Bawah Boleh, Bisa Naik Bisa Turun, Mana Bisa Tahan, Pencet Sana Pencet Sini, Masuk Kena Keluar Kena, dst. Mungkin karena sense of humor saya kala itu kurang. Bisa jadi orang sebioskop ngakak, melihat kekonyolan Dono, saya manyun aja.
Beberapa tahun kemudian barulah saya bisa tertawa-tawa menyaksikan film Warkop DKI yang pernah saya tonton bareng Ijal.
Dan eehh… bintang dari tiga sekawan (Dono, Kasino, dan Indro) itu, menurut saya, Dono. Subyektif saja karena saya menergoki Wahyu Sardono, nama lengkap Dono, menulis di media. Dono juga dosen Sosiologi di almamaternya, UI.
Ketika tahu Dono menulis novel yang temui di toko buku, saya langsung borong ketiga-tiganya:
~ Bila Satpam Bercinta (1991)
~ Cemara-cemara Kampus (1999)
~ Dua Batang Ilalang (1999).
Tapi, enggak tahu di mana atau enggak tahu siapa yang pinjam, //Bila Satpam Bercinta// hilang dari Lepau Buku. Sampai kemudian, saya cari, ketemu dari Buka Lapak, dan baru saja sampai malam ini.
Inilan tiga novel Dono yang bisa bikin saya ngekek dan terharu walau tak sampai harus tersedu-sedu. Hehee…
Dono memang keren!

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top