Human

Kurban dan Pengorbanan

Oleh Gufron Aziz Fuadi

HARI Raya Iduladha sudah lewat. Penyembelihan udhiyah (hewan kurban) pun sudah lama usai. Beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru Hijriyah.

Menyembelih hewan kurban karena dan untuk Allah adalah simbol dari tunduk, patuh dan cinta kita kepada Allah.  Karena tidak ada cinta tanpa pengorbanan. Tidak ada conta tanpa kepatuhan dan tanpa ketundukan.

Karena kita berharap dan bertekad cinta kita kepada Nya adalah selamanya maka pengurbanan, tadhiyah, kita juga harus sepanjang waktu.

Seseorang yang sudah menekatkan diri untuk menjadi dai dengan mengatakan nahnu du’at qobla kulli syai’, tidak mungkin tidak siap untuk berkorban.

Seorang dai akan selalu merasa bahwa tadhiyah bagaikan rukun dalam amal. Yang tidak akan sah apalagi sempurna bila ada rukun yang tertinggal. Bila rukun tertingal atau terabaikan, maka tujuan dari amal dan perjuangan tidak ajan tercapai.

Seorang ulama KH. Hasan mengatakan: “Yang dimaksud dengan at tadhiyah (pengorbanan) disini adalah Pengorbanan jiwa raga, harta, dan waktu serta segala sesuatu dalam rangka mencapai tujuan.

Dan tidak ada kata dakwah di dunia ini tanpa adanya rasa pengorbanan. Jangan merasa bahwa pengorbanan akan hilang begitu saja demi meniti jalan fikrah ini. Tapi itu tak lain adalah sebuah ganjaran yang melimpah dan pahala yang besar. Dan barangsiapa yang tak mau berkorban dengan kami, maka ia berdosa. Karena Allah Ta’ala telah menegaskan hal itu dalam banyak ayat Al Quran. Dengan memahami ini, maka Anda akan memahami doktrin “Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi”

Sabda Rasulullah saw: Ajruki ’ala qadri nashabiki.  Ganjaranmu tergantung kadar lelahmu… (H.R. Muslim dari Aisyah ra.)

Keberhasilan Rasulullah dalam perang Badar dan oerang lainnya sangat terkait dengan kesiapan para sahabat dalam ber-tadhiyah.

Saat beliau dan sahabat tidak bertemu dengan kafilah dagang Quraisy  yang ajan dicegatnya, justru Allah mempertemukan dengan pasukan perang Quraisy dengan jumlah tiga kali lipat dengan persenjataan yang lengkap di Badar.

Kesiapan sahabat Abu Bakar, Umar, Miqdad serta ungkapan sahabat Anshor Said bin Muadz berikut ini dalam menghadapi perang Badar menjadi contoh yang sempurna bahwa jihad selalu membutuhkan pergorbanan. Said bin Muadz mewakili para sahabat Anshar mengatakan:

“… Sesungguhnya saya akan berbicara tentang orang Anshar dan saya akan menjawab keraguan tentang keadaan mereka. Pergilah engkau (rasulullah) ketempat mana saja yang engkau kehendaki, dakilah gunung mana saja yang kau inginkan, ambillah harta kami sekehendakmu, perintahkanlah kepada kami apa saja yang engkau inginkan. Harta kami yang engkau ambil adalah lebih kami cintai dari pada harta kami yang tidak engkau ambil. Perintah apapun yang engkau titahkan kepada kami maka kami selalu mengikuti perintahmu. Demi Allah! Jika engkau berjalan sampai ke Barkal Ghamdan niscaya kami akan mengikutimu. Demi Allah sesungguhnya jika kita sampai di tepi laut lalu engkau mencebur ke dalamnya niscaya kamipun akan menceburkan diri kami ke laut untuk menyertai mu…”

Tadhiyah macam apa ini?

Coba perhatikan lagi: “Ambillah harta kami sekehendakmu, perintahkan kepada kami apa yang engkau inginkan. Harta kami yang engkau ambil adalah lebih kami cintai dari pada harta kami yang tidak engkau ambil…”

Para Shahabat, mereka lebih senang bila bisa ikut serta dalam dakwah dan jihad dari pada duduk sinambi leyeh leyeh dirumah nya. Mereka lebih suka dan merasa terhormat bila hartanya tergunakan untuk da’wah dan jihad dari pada bersarang di kantong dan tabungan depositonya. Mereka menangis dan sedih kalau mereka tidak bisa mengorbankan apa ya dimilikinya untuk kepentingan dakwah dan perjuangan.

Maka, wajarlah bila hanya dalam sepuluh tahun Islam telah berkembang ke seluruh jazirah Arab. Sepuluh tahun kemudian menaklukan super power Persia dan sepuluh tahun kemudian merebut sebagian wilayah adi kuasa Romawi.

Cinta dan cita cita selalu membutuhkan pengorbanan atau tadhiyah, sebagaimana  diungkapkan oleh Rhoma Irama dalam lagu “Pengorbanan”:

Perjuangan tak ‘kan terelakkan

Dalam menempuh kehidupan

Pengorbanan pasti dibutuhkan

Dalam setiap perjuangan

Berkorban demi pengabdian

Berkorban demi perjuangan

Berkorban demi cita-cita

Bahkan berkorban demi cinta

Pengorbanan dengan keikhlasan

Sungguh suatu kemuliaan

Pengorbanan harus diniatkan

Dalam mencapai ridla Tuhan

Allah berfirman dalam Al Baqarah, 267: “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”

Wallahua’lam bi shawab. []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top