Sajak-sajak Asarpin Aslami

PENGANTAR
Diam-diam (alm) Asarpin Aslami melahirkan 503 judul puisi dalam bentuk manuskrip berjudul “Balam-balam” (2010). Saya, Udo Z Karzi, beruntung karena menyimpan dengan baik semua puisi karyanya ini.
Berikut 10 puisi Asarpin Aslami.
ANAK-ANAK
anak-anak,
kalian setan semua
KELUARGA
keluarga adalah tungku neraka
BUKU
Bukuku adalah guru
musim dingin yang sedih
dan beku
KUTU
tanpa kuku
bagaimana mengusir kutu
yang mengganggu kepalaku?
tanpa kutu
sia-sia waktu
TANPAMU
tanpamu
hidup seperti biasa
hanya saja
aku kehilangan sesuatu
yang lucu
TELAH
telah kau butakan aku
dengan kata-katamu
kini giliranku merajammu
dengan mantraku
RINDU
sejuk terasa di kalbu
itu tandanya kau rindu
kehadiran syairku
TUA
masa tua menakutkan
mendekatkan Maut
ke jantungku
LUPA
kusembunyikan rahasiaku
agar lupa dari semua manusia
amnesia, amnesia
JADI
kau menyepi sendiri
dari pergaulan semua makhluk
kau mati sendiri, kubur sendiri
METAFORA
metafora dari neraka
sorga kelamin kita
————
Asarpin Aslami, lahir di Pekon Negeri Ngarip, Tanggamus, 8 Januari 1975–meninggal di Bandar Lampung, 2 April 2022. Ia menyelesaikam sarjana di Fakultas Ushuluddin IAIN (UIN) Raden Intan, Bandar Lampung (2000) dengan skripsi “Magi Dari Timur: Tinjauan Antropologi dan Fenomenologi”. Menulis opini, esai, dan tinjau buku sejak 2007 di berbagai media. Ia juga sempat menjadi pengisi rubrik tetap “Lampung Tumbai” di Lampung Post Minggu. Kumpulan cerita buntak (cerpen berbahasa Lampung)-nya, Cerita-cerita jak Bandar Negeri Semuong (2009) memenangkan Anugerah Sastra Rancage 2010.
