Pustaka

‘Hoi’ Mengokohkan Keindonesiaan

AKHIRNYA buku puisi Iwan Jaconiah, Hoi! (Terbit Press, Bogor) bisa saya baca dengan asyik akhir pekan lalu. Yang saya terima dari Wandi Barboy Silaban (terima kasih ya Boy) adalah cetakan kedua, Desember 2020 (cetakan pertama, Desember 2018). Artinya, buku puisi ini mendapat sambutan hangat dari banyak kalangan.  Tak kurang sastrawan Remy Sylado, Presiden Pesatuan Nusantara Moskwa Prof Dr Vilen V Sikorski, dan Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmal Farid membubuhkan endors mereka di sampul belakang.

Sependapat dengan Damhuri Muhammad dalam esai penutup puisi-puisi Iwan, bahwa sajak-sajak Iwan yang di antaranya banyak bicara kaum eksil di Rusia mengokohkan rasa keindonesiaan . Justru, ketika sedang jauh Tanah Air.

Kerinduan, daya tahan hidup, dan rasa kemanusiaan banyak dibicarakan Iwan dalam puisi-puisi di buku ini. Serasa mengembara di negeri para empu sastra yang mengagumkan, saya menikmati betul semua puisi. Benar belaka bahwa membaca sastra adalah upaya menjadi manusia.  

Saya merasa, puisi terakhir berjudul “Manusia: Kepada Penikmat Kopi ” menjadi semacam konklusi tentang hidup dan kehidupan:

Lalu ke mana nasib kau obral
sementara kupu-kupu masih terbang
aku sudah usai menyeka aral
tutup mata. tak ada guna bingung, bung!

……

Lalu mana bendera yang tak bisa kau kibar
saat matahari using
sabit setengah bengkok, remang
              tanah gersang
satu hilang
seratus kisah aku tulis
               sebelum habis
menelan ampas kopi

Saya suka!  Tabik, Bung. []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top