Anshori Djausal: Selalu Mencari Tahu Perkembangan Budaya Lampung

Oleh Muhammad Alfariezie
AWAL ketertarikan Anshori Djausal terhadap Seni dan Budaya Lampung bermula ketika ia berusia 30 tahun. Sejak remaja ia telah menetap di Bandung. Namun, ia banyak menghabiskan waktu di Kota Bumi, Lampung Utara sewaktu kecil. Namun, ia harus ke luar daerah untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi karena saat itu di Lampung belum memiliki fakultas terbaik untuk teknik sipil.
Terlalu lama di luar Lampung membuatnya lupa terhadap kebudayaannya sendiri. Ia sempat bingung ketika kembali ke Lampung. Bermacam-macam pertanyaan tentang kebudayaan Lampung bersatu padu menjadi sumber inspirasi untuk mengenal lebih dekat apa, siapa, mengapa dan bagaimana Provinsi Lampung. Dari situ ia melakukan perjalanan untuk mencari tahu kebudayaan Lampung. Berkat kesungguhannya mencari tahu jati diri Lampung maka ia banyak juga yang ia dapat untuk mengenalkan Lampung ke khalayak ramai.
Kiprahnya dalam membangun Lampung hampir tak terhitung. Ia banyak melakukan sesuatu untuk daerah ini. Mulai dari menerbitkan buku sastra, buku penelitian tentang budaya Lampung, hasil Fotografinya, hingga membuat motif Tapis untuk gerbong ke kereta di Stasiun Tanjung Karang dan membangun menara Siger yang saat ini dikenal sebagai daerah nol Kilometer Lampung sekaligus menjadi Ikon masyarakat Lampung.
Berkat pengetahuan serta kiprahnya dalam membangun Provisi Lampung yang berlandaskan kebudayaan tersebut, Anshori Djausal kerap menjadi teman sharing anak-anak muda dan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang datang kepadanya untuk menanyakan kebudayaan serta perkembangan seni di Lampung. Dia pun selalu menyambut anak-anak muda untuk membicarakan banyak hal tentang Lampung sesuai pengetahuan yang saat ini menjadi miliknya.
Anshori Djausal pun kerap diundang sebagai pemateri perkembangan dan sejarah seni dan budaya. Sebagai kolektor dan praktisi seni serta kebudayaan, pengalamannya adalah hal penting bagi generasi penerus agar dapat dikembangkan sehingga dikemudian hari akan muncul karya seni atau penelitian baru terhadap budaya Lampung yang memberi nilai baru bagai daerah ini. Dalam memberikan materi pun Anshori Djausal selalu menggunakan atribut seni dan budaya Lampung. Hal itu semakin membuatnya berkarakter dan dikenal sebagai pemerhati budaya Lampung.
Kini, ketika dia telah pensiuan sebagai Dosen Teknik Sipil Universitas Lampung, ia masih berkeinginan untuk mengabdikan diri sebagai warga Lampung yang memiliki andil bagi kebudayaan aslinya. Dia masih ingin berjalan-jalan ke berbagai daerah Lampung demi mencari tahu perkembangan budaya yang ada di daerah yang ia kunjungi, ia masih ingin membangun beberapa tempat wisata dan penangkaran hewan serta tanaman untuk mengedukasi dan memberi tempat yang nyaman bagi warga Lampung dan ia ingin mengabadikan moment indah yang ditemukan di wilayah Sai Bumi Ruwa Jurai. []
- BIODATA
- Nama: Anshori Djausal
- Lahir: Kotabumi, Lampung, 13 Maret 1952
- Istri: Herawati Soekardi
- Anak: 1. Alia Larasati, 2. Meizano A, 3. Gita Paramita, 4. Anisa Nuraisa
- Pendidikan:
– SD hingga SMP di Kotabumi, Lampung
– SMAN 3 Bandung (1970)
– Sarjana Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (1980)
– Magister Teknik Sipil ITB (1991) - Alamat Rumah: Jalan Griya Persada Blok II/B No. 8 Way Halim Permai, Bandarlampung
- Jabatan: Ketua Akademi Lampung (AL)
- Publikasi: Menulis beberapa buku teknik, arsitektur, budaya, dan puisi.
