Sajak-sajak Agusri Junaidi
SINERGI
Karena setiap manusia memiliki bobot, maka ia bisa meningkatkan bobot orang lain dalam penggabungan yang saling mendayagunakan.
Mereka yang tak menyadari bobot orang lain karena silau akan bobotnya sendiri, tak memiliki timbangan yang adil dalam kehidupannya. Seolah ia berpikir atau merasa begitu saja dirinya berbobot tanpa campur tangan orang-orang yang menggabungkan bobot dengan dirinya.
Itu sebab konsep-konsep kerja sama selalu diperbarui sehingga partai pun perlu berkoalisi, dan perusahaan masuk kartel.
Namun sekiranya itu penting, kiranya kesadaran untuk maju bersama adalah lebih penting sifatnya.
Ketika manusia tak lagi saling menindas dan saling memanfaatkan yang menguntungkan bersama.
2020
SKETSA YANG TERLUPAKAN
Sebuah setsa yang tak pernah menjadi lukisan terpapar diatas ambisi, dirajam hujan amarah perlahan kertasnya koyak
ingin kau lukiskan seorang tua tengah membimbing anak-anaknya, yang tak pernah menjadi bijaksana, mengapa?
Ia pikir, tiada guna menjadi begawan, hidup mesti mencari. Di mulai dari nol sisa usia hanya sekedar ingin dikenang oleh waktu yang semakin pendek
orang-orang saling memanfaatkan
berhitung laba dan rugi
tak hiraukan jauh ke depan
Aku terpikir sketsa yang belum berjudul itu sepertinya akan segera dilupakan,
tak pernah menjadi lukisan.
2020
SEPI YANG MEMBUNUH
Bagai Aliarcham mati sebab sepi dan malaria.
Di Tanah Merah Digul, pada makamnya dituliskan:
Obor yang dinyalakan di malam gelap-gulita ini, kami serahkan kepada angkatan kemudian
Aku masih beruntung. Sepi ku tak beroleh malaria,
hanya rindu pada yang ramai,
ingin aku lesap dalam lautan manusia.
Mencari sepi dalam keramaian
Meski aku sendirilah sepi,
tetap saja bosan aku pada sepi
yang kini sungguh sepi.
2020
PEMERINTAHAN CORONA
Jika saja corona ini memiliki pemerintahan, berniat mengkolonisasi sebuah negeri, lalu ia perah semua yang ada hingga darah menetes dari perasan tubuh-tubuh luka ,
maka aku bertanya, siapa pemimpinnya,
raja atau presidenkah?
Dan jika corona ini mengkolonialisasi banyak negeri, atas dasar motivasi apakah? Apakah ingin menjarah hasil bumi atau mengeruk mineral di dalam bumi negeri-negeri itu?
Maka aku kembali bertanya, bagaimana bentuk pemerintahannya, monarki atau republik kah?
Sebab corona menjajah semua negeri, hingga para pemimpin dunia resah, dan vaksin belum ditemukan entah sampai kapan, adakah mereka berniat mendirikan imperium sebagaimana Julius Caesar dan Jengis Khan?
Maka aku juga bertanya apakah mereka akan memerintah dunia ini atas nama Tuhan?
Jika pemerintahan corona benar-benar ada, menindas setiap negeri, maka ia memiliki kaki tangan, yang mengambil keuntungan dari bencana,
maka aku akan bertanya, belum cukupkah semua air mata para buruh yang kehilangan kerja,
kapitaliskah mereka atau sosialis?
dapatkah kau gantikan dengan hanya janji, untuk menghadang revolusi?
Sebab di negeriku telah subur pohon kemiskinan.
2020
MAY DAY
Di satu Mei
tak terdengar teriakan buruh
Hanya terdengar tangis empat
juta orang kehilangan pekerjaan
Satu Mei yang sepi
Tak ada riuh aksi,
tenggelam dalam parade
pandemi corona
Sementara beribu orang tenaga
asing masuk negeri ini
pribumi terkunci sepi,
tiada daya menghidupi anak istri
Di Satu Mei yang sepi
tak ada aksi tak ada long march
hanya buruh yang mengaduh,
mengadukan nasib pada siapa?
menggelandang di ibu kota
tak mampu bayar kostan
tak ada uang tanpa pekerjaan
Satu Mei, buruh hanya bernyanyi
di ruang-ruang yang kosong
begitu sepi, menunggu anarki
2020
—————
Agusri Junaidi, lahir dan besar di Lampung. Puisi-puisi dan cerpennya tersebar di berbagai antologi dan media online. Buku puisinya: Lelaki Yang Menyimpan Kata-kata di Saku Benaknya (2019) dan Wajah Musim (2020).