Sajak-Sajak Damay Ar-Rahman
HADIAH ITU
Seumpama kata puisimu
telah tercurahkan dalam sisi kalbu
buka sekotak surat belasan tahun lalu
lihat!
terbayang kenangan
meski tertinggal masa
layar-layar kaca dimensi berkuasa
takkan mengalahkan cinta nyata
ini akan menghilangkan nestapa
senyuman melinangkan air mata
menyeru untuk bahagia
MENGHADAPI KEPERGIAN
Dalam langkah ini
Getaran hebat mengguncang
Membunyikan suara dengung
Awan terang berubah mendung
Lalu merundung berbentuk topan kabut
Berpusar menuju tepi
Menghabisi setiap semut-semut
Seonggok tanah lembab membawa
tanda-tanda kepunahan
Orang-orang berlari ketakutan
meninggallkan penyebutan siksa
Sebagian hanya berjalan menganggap surge
Sampai kepulangan telah tiba
KERAMAT
Sehabis duka
Ada celah untuk bahagia
Berbagi cerita dalam doa-doa diri dan ibu setia
Tanpa kata romansa
Ayah berpeluh lelah melawan derasnya hujan dan
teriknya siang
Ayah ibu, memang bukan berijazah tinggi
Meski tanpa julukan profesi
Mereka adalah indentitas seorang anak
Ucapannya adalah keputusan Tuhan tanpa abai
Jika bukan sekarang, balasan cercaan kita akan
terbayar di kemudian
Mereka memiliki kekuatan besar dibandingkan
kehancuran dunia
Mereka memberi jalan penghidupan untuk kembali
sesuai kehendak-Nya dengan terpuji
Habiskan sisa makanan jika belum mereka sudahi
RUANG TENGAH
Pergilah ke rumah itu
Temui beberapa barang untuk dimakamkan
Pemiliknya
lama tak pulang
Sebab perkara
besar
Anak-anaknya
meninggalkan sepucuk surat duka
Sebelum dihujani kutukan
Masih terlihat meraba dinding dan tanah
Selepas menutup pintu
segala kemewahan di ruang gelap tanpa cahaya telah
berakhir
HARMONI KERINDUAN
Tak terhitung
Setiap rasa cinta yang kau murahkan
Saat aku tlah tertanam dalam serpihan angan
Kau selalu membangkitkan dan meyakini akan keindahan
Pada sisi-sisi gelap menyelimuti
Kau hadir seperti magnet yang menarikku pada sumbu
bercahaya lembut
Sinarnya menghilangkan luka
Menghilangkan keputus asaan
Menyanjungkan engkau tanpa bersuara
Batin tentram menepis pahitnya hidup
Seperti syair-syair idaman kekasih suci
Menaruh bunga memenuhi ladang nurani
Kemunculan kau seperti udara dan embun pagi
Dan malam yang mengistirahatkan
Membawa kesempatan untuk mencinta
Meski pada dunia berbeda
KENANG-KENANGAN
Hujan merintik
Di balik jendela cendana
Sendu menikmati rasa
Jiwa sudah membara
Musik klasik membahana
Ruang semakin menyejukkan dengan aroma cinta
Candu dengan seduhan kopi
Di atas meja berlapis kain coklat muda
Memandangi coraknya
Memberi nuansa yang merekah ke samudra
Tenggelam dalam fantasi
Di kesendirian yang semakin sunyi
Bagaikan air yang membutuhkan kendi
————
Damay Ar-Rahman, alumnus Universitas Malikussaleh dan IAIN Lhokseumawe. Sehari-hari
mengajar dan sebagai penulis lepas. Ia telah menerbitkan sembilan buku di antaranya Aksara Kerinduan (2017), Serpihan Kata (2018), Senandung Kata (2018), Bulan di Mata Airin (2018), Dalam Melodi Rindu (2018), Akhir Antara Kisah Aku dan Kamu (2020), Di Bawah Naungan Senja jilid 1 & 2
(2022), dan Musafir (2022).
Tulisannya dimuat Republika, Media Indonesia,
Serambi Indonesia, Jawa Pos Radar Lawu, Riau Pos, Sinar Indonesia Baru, Riau
Sastra, Literasikalbar.com, Utusan Borneo, E-Jurnal Doea Jiwa, dan lainnya.
Beberapa kali mengisi kelas menulis dan menjadi pelatih sastra. Saat ini
penulis menetap di Lhokseumawe, Aceh. Ig/Fb @damay_ar-rahman