Pemuda, Pemimpin Indonesia Emas 2045
Oleh M.D. Wicaksono
KEPEMIMPINAN merupakan bentuk keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuanya. Bakan kepemimpinan perlu diasah dan dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman. Oleh karenanya pengembangan kepemimpinan di usia muda menjadi penting dalam belajar dan mempraktekannya dalam berbagai organisasi kepemudaan yang dipilihnya. Pemimpin hebat saat ini telah tertempa pengalaman yang panjang dalam rangkaian waktu saat mudanya.
Pemuda dan juga mahasiswa merupakan irisan yang perlu dimaknai sebagai kesempatan emas dalam mengembangkan dan mengaktualisasi diri melalui belajar dan belajar. Belajar tidak hanya di pendidikan formal, namun pendidikan informal dan non formal menjadi tempat menempa diri dalam membekali diri. Namun yang harus diingat dan tidak boleh dilupakan bahwa sejarah mengajarkan bahwa perjuangan bangsa dipelopori dan dipimpin oleh pemuda. Tonggak kebangkitan nasional, sumpah pemuda dan proklamasi kemerdekaan, pemuda berada di barisan terdepan. Rasanya semangat ini perlu dibangkitkan seiring dengan peringatan Sumpah Pemuda, 28 Oktober.
Era global yang dibarengi dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian cepat. Rasanya perlu sikap dan kemampuan dalam penguasaan dan antisipasi akan dampak negatifnya. Kemampuan literasi digital menjadi keniscayaan yang harus dikuasai. Empat pilar literasi digital terdiri dari keterampilan digital (digital skills), etika digital (digital ethics), budaya digital (digital culture) dan keamanan digital (digital safety) menjadi kompetensi diri pemuda Indonesia.
Selain itu kondisi saat ini yang cepat berubah, ketidakpastian dan kompleks atau saat ini dikenal dengan VUCA menjadi sebuah tantangan bagi seorang pemimpin. VUCA merupakan akronim Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity. Berdasarkan teori kepemimpinan Warren Bennis dan Burt Nanus pada 1987, yang menggambarkan situasi politik-keamanan yang berubah cepat di era 1990an sejak keruntuhan Soviet hingga Perang Teluk.
Volatility, saat dunia berubah cepat, tidak stabil, dan tak terduga. Tidak ada yang dapat memprediksi tahun 2020 menjadi tahun paling buruk bagi hampir semua sektor usaha di dunia. Uncertainty, saat masa depan penuh dengan ketidakpastian, sehingga sejarah dan pengalaman masa lalu tidak lagi relevan memprediksi probabilitas dan sesuatu yang akan terjadi.
Complexity, saat dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya dengan masalah dan akibat lebih berlapisdan saling memengaruhi. Di sisi lain kondisi eksternal yang semakin rumit, serta Ambiguity, saat lingkungan semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami, sehingga menimbulkan banyak penafsiran dan persepsi. Oleh karenanya kemampuan mengantisipasi VUCA menjadi penting.
Pemimpin organisasi harus mengelola organisasi dengan cara baru yang gesit untuk menghadapi tantangan VUCA tersebut. Bob Johansen dari Institute for the Future dalam bukunya Leaders Make the Future (2009) menyarankan pemimpin organisasi melakukan hal berikut: Hadapi Volatility dengan vision, terima perubahan sebagai bagian dari lingkungan kerja, serta buat visi jelas di masa depan yang juga bersifat fleksibel. Uncertainty dengan undersatanding, mendengar dan melihat sekeliling dalam memehami dan mengembanghkan cara berpikir dan bertindak baru.
Hadapi complexity dengan clarity, berkomunikasi secara jelas dengan tim guna mengembangkan tim dan melakukan kolaborasim sehingga tim dapat bekerja cepat dan efektif. Ambiguity dengan agility, dengan mendorong fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, kolaboratif dan ketangkasan tim kerja. Mengembangkan budaya ide yang ditandai dengan kreativitas dan pemberian apresiasi.
Generasi Z yang lahir tahun 1996-2010 mendominasi usia mahasiswa saat ini perlu dicermati sifat dan karekter yang dimilikinya. Generasi yang berada dalam segala kemudahan dari segi fasilitas, akses dan juga kestabilan finansial keluarga menjadi anak yang jauh lebih pintar, berprestasi dan sehat. Generasi ini juga sangat mahir mengoperasikan internet maupun media sosial karena semakin canggihnya teknologi pada masa ini. Namun dampak negatif dari internet bagi generasi ini yang kemudian cenderung lebih konsumtif dan boros. Selain itu, permasalahan mental health juga banyak dialami generasi ini karena banyaknya tekanan yang dialami.
Hal lain yang perlu ditumbuhkembangkan adalah sikap dan jiwa nasionalisme dan kebangsaan. Empat konsensus dasar yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tungga Ika harus terus dimantapkan secara terus menerus. Tantangan di era VUCA tanpa memiliki sikap nasionalisme dan kebangsaan yang kuat menjadi mudah terombang-ambingkan, terlebih keberagaman yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia.
Ingat yang disampaikan Proklamator dan Presiden RI pertama Ir. Soekarno “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia”. Menandakan arti penting pemuda termasuk didalamnya mahasiswa dalam membangun bangsa Indonesia dan peradaban dunia. Terlebih saat ini dalam menuju Indonesia Emas 2045, dimana mereka saat itu berada di usia dan posisi emas dalam kepemimpinan Indonesia. Ingatlah, Kita Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu Tanah Air Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu Bangsa Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia. Selamat Hari Sumpah Pemuda. []
—————-
M.D. Wicaksono, Widyaiswara Ahli Madya BPSDM Provinsi
Lampung, alumni TOT Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Lemhannas RI.