Human

Sinetron Anak (Sekolah) dan Pengembangan Karakter Bangsa

Televisi. | Fixabay

Oleh Suheri

Seorang guru bertanya kepada murid-muridnya

Pak Guru : Apa cita-citamu?

Murid: Menjadi guru

Pak Guru: Cita-citammu, Sinta?

Sinta; menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Pak Guru: Apa cita-citamu Jono?

Jono: Menjadi suami Sinta, Pak Guru

(Cuplikan dialog sinetron Jono, Joni, Jontor). 

SINEMA elektronik (sinetron) bertemakan dunia anak-anak (sekolah) tidak pernah kering untuk digali dan dieksploitasi oleh para sineas. Sinetron tersebut bermunculan  dan memunyai kesamaan tema ketika sebuah sinetron anak mendapat rating yang tinggi, yang kemudian secara ‘latah’ stasiun televisi menayangkan sinetron sejenis.

Sinetron anak (sekolah) Jono, Joni Jontor,  yang ditayangkan oleh Global Tv, merupakan salah satu sinetron yang sedang tayang di samping sinetron, Si Kriwil, Tebe  dan Kaka Cantik, Si Biang Kerok Cilik, Jiung Pendekar Cabe Rawit.  Jono, Joni, Jontor, bercerita tentang ‘kenakalan dan sifat jahil’ yang dimiliki oleh Jono, sehingga ulahnya terkadang menjengkelkan, usil, dan membuat tertawa, serta menghibur.

Si Kriwil, (ditayangkan oleh Global Tv), menceritakan seorang anak (pedalaman) yang pergi ke kota untuk  mencari ayahnya. Ia dibekali sebua tongkat ‘ajaib’ dan ilmu gaib yaitu segala urusan,  persoalan yang dihadapinya akan beres, bila Si Kriwil memegang hidung dan memutar-mutarnya. Ajaib, luka dapat sembuh, rumah yang berantakan segera rapi, dan sebagainya. Sinetron Tebe dan Kaka Cantik, (ditayangkan oleh Indosiar), tidak jauh beda dengan Si Kriwil, yakni Tebe yang selalu mendapat kemujuran karena tidak dapat dikerjai atau dicelakai tokoh antagonis yang dipanggul ‘Bos,’ karena selalu diselamatkan oleh peri Kaka Cantik. Bahkan belakangan, dimunculkan tokoh Tarzan kecil dan Anak Jin baik, yang berteman dengan Tebe. Si Kriwil dan Tebe, memunyai kesamaan yaitu menjual keajaiban, mistik, menggampangkan persoalan.

Sementara Si Biang Kerok Cilik, dan Jiung Pendekar Cabe Rawit,(ditayanghkan oleh SCTV),memunyai kesamaan. Beje, merupakan anak Si Biang Kerok,(Benyamin) yang berseteru dengan Si Kribo (Aliya) anak Beti, teman sepermainan Benyamin. Dengan latar Betawi yang kental, perkelahian selalu mewarani perjumpaan Beje dengan Kribo, atau Beje dengan Jarot. Perkelahian dilakukan dengan jurus-jurus silat Betawi. Hal yang sama pada Jiung, Pendekar Cabe Rawit, kata ‘pendekar’ mengindentifikasikan dunia persilatan. Jiung, walaupun pandai berkelahi, tetapi tidak dengan mudah mengeluarkan jurus-jurus silatnya, kecuali untuk melawan kejahatan.

Dulce et Utile

Sinetron anak (sekolah) tersebut, ditayangkan pada jam-jam ‘prime time’, tentunya ditonton oleh anak-anak diseluruh Indonesia. Mereka tentunya terhibur dengan keanehan, kelucuan, keajaiban, yang diperlihatkan oleh tokoh-tokohnya. Apa yang dilihatnya tentu akan tidak mudah dilupakan, bahkan kalau perlu ditiru, dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan bertingkah laku sama halnya tokoh dalam sinetron itu.

Bertingkah laku seperti tokoh dalam sinetrion yang ditontonya itulah, yang terkadang bertentangan dengan pengembangan karakter bangsa. Sifat-sifat tokoh yang buruk seperti, jahil, iri dengki,  ingin mendapatkan sesuatu secara instan, tidak mau bekerja keras, melawan orang tua, tidak jujur, dan sebagainya, lebih mudah dan diikuti anak-anak tinimbang sifat –sifat yang baik yang dikembangkan sebagai  karakter bangsa,  seperti : religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, bersahabat, peduli sosial, dan sebagainya.

Peran Stakeholder

Sinetron dinyatakan lolos sensor oleh Badan Sensor Film (BSF) Indonesia. BSF hanya mendasarkan diri pada apakah sinetron itu memuat unsur SARA, pornografi, perjudian, dan KPI berdasar pada hal tersebut. Orang tua terkadang tidak mendampingi ketika anaknya menontot televisi, serta tidak memilih acara yang sesuai untuk ditonton. Sehingga bila satu sisi pemerintah melalui dunia pendidikan telah,  sedang, dan akan menanamkan pendidikan karakter bangsa, sementara pada saat yang sama, stakeholder kurang mendukung hal tersebut, maka pengembangan karakter dikhawatirkan tidak berdaya guna  dan berhasil guna.

BSF dan KPI, serta lembaga terkait,  sudah seharusnya mengajak dan menyosialisakan tentang karakter bangsa kepada rumah produksi sinetron dan pemilik stasiun televisi swasta untuk membuat sinetron anak (sekolah) yang selain menghibur juga mendidik atau bermanfaat. Sinema anak-anak seperti Jenderal Kancil, Cinderlla ( tempo dulu), atau Laskar pelangi, layak menjadi inspirasi dalam pembuatan sinema anak. Semoga. []

——————-
Suheri, Guru SMAN 1 Sukadana, Lampung Timur.

* Artikel pilihan dari Workshop Menulis Artikel untuk Media SMP IT Baitul Muslim, Way Jepara, Lampung Timur, Rabu, 2 Agustus 2023.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top