Human

Guru Bangsa yang Berliterasi

Oleh Adi Setiawan

ADAKAH pembaca yang pernah membaca tulisan Sukarno yang berjudul Indonesia Menggugat atau tulisan Mohammad Hatta yang berjudul Indonesia Merdeka. Begitu pun karya Suwardi Suryaningrat atau akrab dengan nama Ki Hajar Dewantara dengan tulisannya berjudul Andai Aku Seorang Belanda. Ataupun karya Tan Malaka yang berjudul Menuju Republik Indonesia?

    Karya-karya tersebut adalah buah pemikiran dari para guru bangsa. Dari tulisan tersebut terjadilah revolusi besar yang membuat Belanda risih hingga menghadiahi para guru bangsa Indonesia itu dengan hukuman penjara dan hukuman buang. Masih kembali teringat dengan ucapan Mohammad Hatta Belanda lebih takut dengan tulisan yang tajam dibandingkan dengan tembakan salvo”?Hal ini menunjukan jika melalui sebuah tulisan dapat mengubah suatu zaman. Mereka adalah guru bangsa yang rajin berliterasi hingga mampu menuangkan ide dan gagasan mengenai masa depan Indonesia. Mereka menyisihkan sebagian uang dan waktu yang mereka  miliki untuk membeli buku dan mempelajarinya. Hingga tersampaikan gagasan mengenai kemerdekaan pada pemerintah kolonial.

Kita dapat simpulkan bahwa tulisan adalah wahana yang dapat menghantarkan pada sebuah ruang perubahan. Maka, kegiatan literasi, di antaranya kegiatan membaca dan menulis adalah suatu hal mutlak yang harus dilakukan sebagaimana yang dilakukan oleh para guru bangsa kita tersebut.

Namun, saat ini di lapangan peran guru sebagai agen perubahan jika kita kaitkan dengan literasi belum dapat berjalan secara maksimal. Masih ada kendala bagi guru untuk melakukan kegiatan literasi khususnya di lingkungan sekolah. Kendala tersebut sesungguhnya timbul dari guru itu sendiri. Tampaknya masih ada sebagian guru yang belum memahami pelaksanaan literasi hingga keberhasilan kegiatan literasi di sekolahnya belum dapat berhasil.

Guru seharusnya lekat dengan dunia literasi apabila ingin berhasil dalam kegiatan pembelajaran, selayaknya guru bangsa kita dahulu yang berhasil memerdekakan bangsa ini yang tidak terlepas pula dari kegiatan literasi yang mereka lakukan. Jika guru telah paham mengenai pelaksanaan literasi maka akan lebih mudah dalam mengemas pembelajaran. Memang menjadi sebuah tantangan bagi pendidik untuk dapat membiasakan diri berliterasi. Namun kembali pada profesi guru, seharusnya guru lebih terdepan dibanding siswanya dalam berbuat kebaikan. Memberikan keteladanan termasuk kebiasaan berliterasi.

Target utama pelaksanaan literasi di sekolah adalah siswa, namun nampaknya pelaksanaan literasi di sekolah belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Sebagai contoh mengenai literasi baca-tulis dengan memberikan waktu 15 menit membaca buku belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Hal ini terjadi tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengelola kelas hingga dapat menciptakan suasana literasi. Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena sering abainya guru dengan kebiasaan literasi bagi dirinya sendiri sehingga untuk mempengaruhi siswa berliterasi sebagian guru belum mampu. Walaupun juga ada keberhasilan literasi buah dari guru-guru literat.

Keberhasilan literasi sesungguhnya berawal dari hati, lisan dan tangan guru-guru kita. Jika guru telah terbiasa berliterasi maka akan dapat menghadirkan suasana literasi di kelas. Jadi sebelum menginginkan siswa kita yang berjiwa literasi sudah sebaiknya mempersiapkan terlebih dahulu ‘guru bangsa yang berliterasi’,para pendidik yang memiliki jiwa literasi selayaknya Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, Tan Malaka, dan guru-guru bangsa lainnya yang telah sukses membawa Indonesia merdeka.

Para guru bangsa yang kita sebutkan jika kita menoleh pada biografi, mereka adalah para pembelajar, para pembaca dan pemikir. Masihkah guru-guru Indonesia juga bersikap selayaknya mereka? Menjadi guru bukan berarti telah purna tugas kita dalam belajar. Namun, guru adalah insan yang harus belajar sepanjang hayat. Hal ini demi tercapinya keberhasilan pendidikan kita. Melalui jiwa yang semangat, literasi akan menjadi hal yang mudah dilakukan oleh seorang guru. Mari sisihkan waktu dan uang yang kita miliki untuk meningkatkan kegiatan literasi. Hingga kita dapat menjadi motor bagi peserta didik kita dalam berliterasi.

Demikianlah sambung kata dari saya. Memang tidak ada formula manjur dari saya untuk literasi, tetapi saya mengajak bapak-ibu guru khususnya dan pembaca umumnya untuk menanamkan kebiasaan literasi dalam hati bapak-ibu terlebih dahulu, melaksanakan literasi lebih awal dibandingkan siswa. Bukan hanya sekadar guru yang menyuruh peserta didiknya membaca dan menulis namun mari kita menjadi guru inspirator, motivator, fasilitator bagi peserta didik kita dalam kegiatan literasi. Kita berharap literasi yang berawal dari guru, akan berbuah pada kesuksesan siswa. Guru yang berliterasi adalah salah satu guru bangsa yang sejati. []

———————
Adi Setiawan, guru SMA Negeri 1 Sekampung, Lampung Timur

* Terbaik Kedua Workshop Menulis Artikel untuk Media SMP IT Baitul Muslim, Way Jepara, Lampung Timur, Rabu, 2 Agustus 2023.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top