(Jangan Bilang) Lampung Tak Maju-Maju!
TERIMA kasih Bima Yudho Saputro. Tiktok-mu cukup menghibur dan merangsang saya menuliskan ini.
Penasaran saja dengan apa yang dibilang sama Bima si pemilik akun TikTok @awbimaxreborn, Senin. 10/4/2023, saya dengar beberapa kali omongan dia.
Dia kata, Lampung tak maju-maju karena:
1. infrastruktur terbatas, banyak sekali proyek yang mangkrak dengan contoh (cuma satu) Kotabaru, jalan rusak satu km satu km bagus;
2. sistem pendidikan di Lampung yang lemah; penyaringan peserta didik di banyak kecurangan;
3. tata kelola (apa?) yang lemah, korupsi di mana-mana, birokrasi tak efisien, hukum tidak ditegakkan dan lemah banget, dan suap jadi makanan sehari-hari; dan
4. tergantung pada sektor pertanian, tapi sektor ini fluktuatif dan tidak stabil.
Begitu melihat tiktokan, saya langsung ngakak! Lumayan menghibur, apalagi saat melihat gaya penyampaian yang dia (Bima) sebut sebagai presentasi “Alasan Mengapa Lampung Gak Maju-maju”.
Semua pointer atau indikator yang dia ajukan itu bisa diperdebatkan. Tapi, saya tak menjadi tertarik untuk membahasnya
Saya jadi ingat tentang angka kemiskinan di Lampung yang sempat menjadi provinsi termiskin kedua di Sumatra, lalu termiskin ketiga, dan alhamdulillah sekarang berdasarkan data Biro Statistik (BPS), Maret 2022 masih termiskin keempat dari 10 provinsi di Sumatra.
Ini 5 Provinsi termiskin di Sumatra:
1. Aceh: 14,64%
2. Bengkulu: 14,62%
3. Sumatera Selatan: 11,90%
4. Lampung: 11,57%
5. Sumatera Utara: 8,42%
Syukurnya Lampung juga tak masuk 10 Daerah Termiskin di Indonesia, yaitu
1. Papua: 26,80%
2. Papua Barat: 21,43%
3. Nusa Tenggara Timur: 20,23%
4. Maluku: 16,23%
5. Gorontalo: 15,51
6. Aceh: 14,23%
7. Bengkulu: 14,34%
8. Nusa Tenggara Barat: 13,82%
9. Sulawesi Tengah: 12,30%
10. Sumatera Selatan: 11,95%
(Sumber: Profil Kemiskinan di Indonesia September 2022, Badan Pusat Statistik (BPS).
Memang pertumbuhan ekonomi Lampung, menurut laporan BPS hanya 4,28%, jauh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,31% pada tahun 2022. Tapi, agaknya tidak ada signifikasinya antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan.
Contohnya saja Papua yang menjadi provinsi termiskin (26,80%) ternyata memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi (8,97%). Atau, Sumatera Selatan yang kemiskinannya persis di atas Lampung tenyata pertumbuhan ekonominya juga jauh di atas Lampung, yaitu 5,23%.
Angka-angka ini secara ekonomi setidaknya memperlihatkan adanya peningkatan kesejahteraan di masyarakat Lampung.
Lampung juga tak miskin-miskin amat geh. Buktinya Bima bisa sekolah ke luar negeri dengan biaya jut-jutan yang berdasarkan pengakuannya sendiri atas “beasiswa” dari papi-maminya sendiri.
Belum lagi kalau melihat indikator-indikator lain yang bisa dijadikan alat ukur dalam melihat gerak pembangunan di Lampung dalam berbagai sektor seperti pariwisata, industri, perdagangan, dan lain-lain.
Belum lagi kalau mau tahu lebih tentang dinamika musik, sastra, dan seni-budaya lainnya di provinsi yang dijuluki Negeri Para Penyair ini.
Jadi, jangan bilang Lampung tak maju-maju geh!
Btw. Daripada ngomong yang jelek-jelek tentang Lampung mending liat muli-muli Lampung menarikan Tari Melinting. Sikop-sikop kan.
Posisi Strategi Lampung di Sumatra
Daripada ngoceh bauk tentang Lampung, cobalah baca data-data ini.
Lampung mempunyai posisi strategis sebagai gerbang Sumatra yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Mobilitas penduduk yang tinggi dengan Pelabuhan Bakauheni di Provinsi Lampung dan Pelabuhan Merak di Provinsi Banten menjadikan lalu lintas laut Selat Sunda tersibuk di Indonesia.
Wajar juga jika kemudian Lampung menjadi daerah penyangga Pulau Jawa. Bahkan, Lampung yang dalam berbagai aspek (urusan) lebih dekat ke Jawa ketimbang ke arah utara Sumatra sampai-sampai dijuluki “Provinsi Jawa Utara”.
Dari segi geopolitik, Lampung adalah daerah pertama di luar Jawa-Bali yang (harus) mendapatkan perhatian dalam pertarungan (kontestasi) Pemilu dan Pilpres setiap lima tahun sekali.
Lampung, berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, adalah provinsi terpadat di Sumatra, yaitu 262 jiwa/km2 mengalahkan Kepulauan Riau dengan kepadatan penduduk 247 jiwa/km2 dan Sumtera Utara 206 jiwa/km2; meskipun jumlah penduduknya (9.082.000 jiwa) nomor dua terbanyak setelah Sumatra Utara yang berpenduduk 14.936.000 jiwa dan di atas Sumatera Selatan yang berpenduduk 8.551.000 jiwa.
Luas wilayah Lampung, yaitu 34.623,80 km2 malah hanya menempati urutan ke-7 dari 10 provinsi di Pulau Sumatra. Provinsi terluas adalah Sumatra Selatan (91.592,43 km2), disusul Riau (87.023,66 km2) dan Sumatra Utara (72.981,23 km2). Provinsi terkecil di bawah Lampung adalah Bengkulu (19.919,33 km2), Kepulauan Bangka Belitung (16 424,06 km2) dan Kepulauan Riau (8 201,72 km2).
Berikut data BPS tahun 2021.
Kepadatan Penduduk Sumatra menurut Provinsi (jiwa/km2)
1. Lampung 262 jiwa/km2
2. Kepulauan Riau 247 jiwa/km2
3. Sumatra Utara 205 jiwa/km2
4. Sumatra Barat 133 jiwa/km2
5. Bengkulu 102 jiwa/km2
6. Sumatra Selatan 93 jiwa/km2
7. Aceh 92 jiwa/km2
8. Bangka Belitung 90 jiwa/km2
9. Riau 75 jiwa/km2
10. Jambi 72 jiwa/km2
Jumlah Penduduk Sumatra menurut Provinsi
1. Sumatera Utara 14.936.000 jiwa
2. Lampung 9.082.000 jiwa
3. Sumatera Selatan 8.551.000 jiwa
4. Riau 6.494.000 jiwa
5. Sumatra Barat 5.580.000 jiwa
6. Aceh 5.334.000 jiwa
7. Jambi 3.585.000 jiwa
8. Kepulauan Riau 2.118.000 jiwa
9. Bengkulu 2.033.000 jiwa
10. Bangka Belitung 1.473.000
Luas Sumatra menurut Provinsi
1. Sumatera Selatan (Palembang) 91.592,43 km2
2. Riau (Pekanbaru) 87.023,66 km2
3. Sumatera Utara (Medan) 72.981,23 km2
4. Aceh (Banda Aceh) 57.956,00 km2
5. Jambi (Jambi) 50.058,16 km2
6. Sumatera Barat (Padang) 42.012,89 km2
7. Lampung (Bandar Lampung) 34.623,80 km2
8. Bengkulu (Bengkulu) 19.919,33 km2
9. Bangka Belitung (Pangkal Pinang) 16 424,06 km2
10. Kepulauan Riau (Tanjung Pinang) 8 201,72 km2
Sengaja benar saya mengolah data BPS ini, meskipun tak yakin ada yang mau baca. Apatah lagi oleh tiktoker dan para nitizen yang mahabenar.
Tabik. []