Pustaka

NU Lampung Mulai dari Dulu hingga Kini

Buku Sejarah & Pertumbuhan NU di Lampung - Ila Fadilasaro } Ist

Oleh Akhmad Syarief Kurniawan

Judul: Sejarah dan Pertumbuhan NU di Lampung
Penulis: Ila Fadilasari     
Penerbit: PW LTN NU Lampung
Tahun terbit: Desember, 2021
Tebal : xx + 219 hlm
ISBN: 978-602-73592-5-3

BERBICARA tentang sejarah jamiyyah perkumpulan NU Lampung sangatlah istimewa, mempunyai durasi panjang, objektif, tahu latar belakang psikologis, sosial, budaya sekaligus politik saat itu, cermat, dan harus teliti, seperti buku yang telah diterbitkan PW LTN NU Lampung ini, dan ditulis oleh aktivis perempuan NU Lampung, Ila Fadilasari.

BERBICARA tentang sejarah jamiyyah perkumpulan NU Lampung sangatlah istimewa, mempunyai durasi panjang, objektif, tahu latar belakang psikologis, sosial, budaya sekaligus politik saat itu, cermat, dan harus teliti, seperti buku yang telah diterbitkan PW LTN NU Lampung ini, dan ditulis oleh aktifis perempuan NU Lampung, Ila Fadilasari.

Salah satu tokoh khusus yang menyebarkan dakwah Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah an Nahdliyyah sekaligus jamiyyah perkumpulan NU di Lampung, dulu dengan sebutan keresidenan Sumatera Selatan adalah berkat jasa KH. Fadhil Aminuddin santri Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Jombang, yang berasal dari Ulu Danau, Sumatera Selatan (kini masuk Kecamatan Sindang Danau, Kabupaten OKU, Sumatera Selatan), ia mondok di  Tebuireng, Jombang sejak 1925 – 1930, dan kemudian pada 1930 ia kembali ke kampung halamannya, halaman 28.

Ketika dikampung halaman,KH. Fadhil Aminuddin muda menikah dengan seorang perempuan dikampung Ulu Danau itu. Setelah menikah kemudian ia merantau ke Desa Tanjung Raja, kawasan Bukit Kemuning (kini wilayah Kabupaten Lampung Utara), disinilah ia menggelar pengajian dari rumah kerumah, mengajar ngaji kepada anak-anak dimadrasah hingga ia mendirikan jaringan NU, sejak itulah Cabang NU Lampung pertama kali adalah NU Cabang Tanjungraja, sebagai Rais Syuriah NU, H. Akib dan Ketua Tanfidziyah, H. Mat Thaib, halaman 35.

Sejak tahun 1940, eksistensi jaringan NU di keresidenan Lampung mulai menggeliat dan tercatat dalam sejarah sudah ada lima (5) NU Cabang, yakni NU Cabang Tanjungraja, NU Cabang Telukbetung, NU Cabang Menggala, NU Cabang Krui, NU Cabang Kotaagung, halaman 45.

Setelah melewati era Pra kemerdekaan, dan pasca kemerdekaan dan seiring dengan beralih status keresidenan Lampung menjadi tingkat 1 Lampung, maka dalam hal ini terbentuklah pengurus PWNU Lampung, dengan Ketua KH. Marhasan Sanjaya Sultan Sejagad Sealam, beliau salah satu tokoh NU yang dekat dengan Ketua Umum PBNU, KH Idham Khalid. Ada tiga wilayah yang disebut “anak emas” Idham, yaitu ; Yogyakarta, Kalimantan dan Lampung. Idham sering ke Lampung, dan Marhasan pun kerap ke Jakarta berkoordinasi dengan pengurus pusat, halaman 139.

Ketua PWNU Lampung ke-2, adalah KH. M. Zahrie, tokoh NU dari Talangpadang, Tanggamus, sekaligus pendiri ketua umum Pesantren Modern NU (PEMNU), Talangpadang. Ketua PWNU Lampung ke-3 adalah Volta Djeli Panglima. Ketua PWNU Lampung ke-4 adalah H. Romas Dajaja Seputra.

Ketua PWNU Lampung ke-5 adalah KH. Khusnan Mustofa Ghufron masa khidmat 1992-1997, dan 1997-2002, beliau adalah pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren Darul A’mal 16 C Kota Metro. Pada era beliaulah Provinsi Lampung menjadi tuan rumah Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama NU, yang digelar GSG Universitas Lampung dan Islamic Center Rajabasa, Bandar Lampung, halaman, 188.

Ketua PWNU Lampung ke-6 adalah KH. Khairudin Tahmid, masa khidmat 2002-2007, hasil Konferwil PWNU Lampung pada Oktober 2002, di Islamic Center, Bandar Lampung.

Ketua PWNU Lampung ke-7 adalah KH. Ngaliman Marzuqi, masa khidmat 2007-2012, hasil Konferwil PWNU Lampung di Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung Timur.

Ketua PWNU Lampung ke-8 adalah KH. RM. Sholeh Bajuri, masa khidmat 2012-2017, hasil Konferwil ke-9 PWNU Lampung di Pondok Pesantren Darussa’adah, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah, pada 7 – 9 Desember 2012 M.

Ketua PWNU Lampung ke-9 adalah Prof. Dr. KH. Moh. Mukri, M.Ag, masa khidmat 2018-2023, hasil Konferwil ke-10 PWNU Lampung di Pondok Pesantren Darussa’adah, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah, pada 8-10 Maret 2018 M. pada era beliaulah Provinsi Lampung masuk dalam tinta emas sejarah peradaban NU, Lampung menjadi tuan rumah Muktamar ke-34 NU.

Buku yang ditulis mantan jurnalis TEMPO sekaligus Metro TV ini menjabarkan dalam tujuh (7) tulisan utama, yakni; Indonesia dan Lampung Tempo dulu, Bintang Sembilan dari Tanjung Raja, para ulama pejuang Aswaja, NU Lampung dalam Muktamar, Pergolakan di masa transisi, Menuju Modernisasi organisasi, dan Epilog.

Buku istimewa mantan aktifis PMII Fisip UNILA ini sangat  berharga sebagai salah satu pintu utama, gerbang pembuka literasi sejarah jamiyyah perkumpulan NU di tingkat Kabupaten/Kota atau Cabang NU di seluruh wilayah Lampung yang terdiri dari 15 Kabupaten/Kota, baik yang lahir di masa orde baru atau pemekaran pasca reformasi, sehingga ada tali kesenimbangunan sejarah NU yang dirangkai dengan indah dan mudah diteladani oleh generasi muda NU masa kini atau generasi millennial, supaya tidak lupa sejarah dan peran perjuangan jasa para ulama Lampung, sejak era kolonial hingga era millenial.

Buku ini akan lebih indah dan pembaca takjub jika (pada revisi nanti) di lampirkan pada lembar akhir buku di cantumkan lampirkan Surat Keputusan (SK) PWNU Lampung yang telah diterbitkan oleh PBNU dari masa ke masa, sejak era KH. Marhasan Sanjaya Sultan Sejagad Sealam hingga era Prof. KH. Moh. Mukri, M.Ag, sehingga pembaca mudah menelaah, meneladani, menyelami, sekaligus memetakan kharisma tokoh-tokoh NU di provinsi Lampung.   

Buku setebal 219 halaman ini wajib dibaca, dimiliki sekaligus menjadi buku saku atau kompas generasi muda NU Lampung khususnya dan Indonesia pada umumnya jika ingin bicara lebih mendalam tentang NU di Bumi Ruwa Jurai ini. Buku ini sebagai pemantik cakrawala awal  literasi sejarah jamiyyah perkumpulan NU di Lampung, bisa dikembangkan dalam perspektif lain yang lebih luas, seperti sejarah Badan Otonom NU atau khidmat pemberdayaan Lembaga-Lembaga NU baik secara budaya, pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain. Selamat membaca. []

—————
Akhmad Syarief Kurniawan, warga NU, tinggal di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top