Novel ‘Kidung Anjampiani’ Raih Penghargaan Sastra 2022

Oleh Christian Saputro
KIDUNG Anjampiani karya dari sastrawan dan jurnalis Bre Redana meraih Penghargaan Sastra 2022 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk kategori novel.
Pengumuman penerima Penghargaan Sastra 2022 ini dilakukan dalam acara Puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2022 yang disiarkan secara daring melalui kanal YouTube Badan Bahasa, Jumat, 28/10/2022.
Novel Bre Redana ini berhasil memikat dewan juri dan mengungguli empat nomine kategori novel lainnya yang diumumkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 18/10/2022 lalu: Dias Novita Wuri (Jalan Lahir), Ni Nyoman Ayu Suciarti (Biang), Pinto Anugrah (Segala yang Diisap Langit),dan Udo Z. Karzi (Negarabatin, Negeri di Balik Bukit).
Terbit 2022, Kidung Anjapiani adalah novel terbaru Bre Redana, setelah karyanya Majapahit Milenia (2019) dan Dia Gayatri (2020).
Novel Kidung Anjampiani mengolah literatur sejarah dari era Majapahit, dengan tokoh utama yaitu Kuda Anjampiani. Dalam sejumlah kidung, disebutkan ia adalah anak dari Ranggalawe sang Adipati Tuban yang merupakan salah satu pengikut terbesar Raden Wijaya, peneroka awal tanah Majapahit.
Berbagai kemelut politik, konflik hingga perang di wilayah Majapahit, dijejalkan dalam novel ini, yang jika ditilik, akan merujuk ke beberbagai naskah kuno hingga dongeng yang hidup dalam masyarakat Jawa. Anjampiani bertualang di dalamnya sebagai seorang pujangga, yang tak menyukai politik tapi mau tak mau itu mempengaruhi perjalanan hidupnya.
Tapi tak hanya soal politik dan perang, novel ini juga sarat akan petualangan asmara, kisah cinta Anjampiani dengan Dewi Sekartaji Asmara yang mempesona.
Empat nama lain juga yang meraih penghargaan sastra untuk kategori lain. Mereka adalah Asef Saeful Anwar yang meraih penghargaan untuk kumpulan cerpennya Pada Sebuah Radio Dangdut. Asef menyisihkan dua nomine lainnya: Kiki Sulistyo (Muazin Pertama di Luar Angkasa) dan Lamia Putri Damayanti (Nona Penyimpan Rahasia).
Lalu, penyair Ahda Imran dengan buku puisi Lidah Orang Suci yang terpilih dari empat nomine kumpulan puisi: Gody Usnaat (Bertemu Belalang), Ilda Karwayu (Binatang Kesepian dalam Tubuhmu), Julia F. Gerhani (Ibuku Mengajari Bagaimana Mengisi Peluru), dan Royyan Julian (Korpus Ovarium).
Gus Martin dengan judul Rahu meraih penghargaan kategori naskah drama setelah menyisihkan Dolfry Inda Suri dengan judul karya (Calon Arang The Musical), Indah Mustika Santhi (M(el)aut), Tentrem Lestari (Pintu-Pintu Tan Ayu: Buku Bingkai Sketsa-Sketsa), dan Zulkarnain Al Idrus (Hang Tunam: Kumpulan Naskah Drama Komedi).
Untuk kumpulan esai sastra, penghargaan diberikan kepada Arif Bagus Prasetyo dengan judul buku Saksi Kata. Empat nomine kumpulan esai lainnya: Dr. Fadlillah dengan judul karya (Teori Sastra Malin Kundang Kompleks: Sebuah Pertimbangan), Faruk H.T. (Alibi Patriaki), Hairus Salim H.S. (Mengintip Indonesia dari Lerok dan Oetimu), dan Zen Hae (Sembilan Lima Empat).
Kemdikbudristek melalui Badan Bahasa menghelat berbagai lomba dan festival sejak awal Oktober lalu, berupa pemilihan Duta Bahasa Nasional, festival digital Musikalisasi Puisi, lomba mendongeng dengan bahasa isyarat, festival film pendek berbahasa daerah, dan banyak lagi event lainnya.
Bahasa Indonesia Unggul
Dalam kesempatan itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan, bahasa Indonesia diciptakan untuk merajut beragam suku, agama, etnis, dan golongan menjadi satu kesatuan. Oleh karena itu, bahasa Indonesia memiliki keunggulan dalam hal sifatnya yang terbuka.
“Bahasa Indonesia dengan leluasa menyerap banyak kosakata, istilah, serta konsep, baik dari bahasa asing maupun bahasa daerah. Hal tersebut dapat kita lihat dari entri Kamus Besar Bahasan Indonesia (KBBI) yang terus bertambah,” ujar Nadiem.
“Namun, dewasa ini bahasa Indonesia menghadapi tantangan yang makin rumit yang salah satunya disebabkan oleh perkembangan teknologi yang makin cepat. Hal itu membuktikan bahwa bahasa kita terus berkembang,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Badan Bahasa berusaha meningkatkan peran bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan serta sebagai bahasa yang mampu mengartikulasikan perkembangan teknologi dan mengekspresikan pengalaman-pengalaman baru generasi muda.
“Badan Bahasa berkomitmen untuk terus mengakselerasi perkembangan bahasa Indonesia melalui pemanfaatan teknologi yang tepat guna,” tutur Nadiem.
Dia pun berpesan, agar ibu dan bapak guru dapat memanfaatkan inovasi-inovasi teknologi dari Badan Bahasa ini dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah.
“Demikian pula halnya dengan pegiat bahasa dan sastra Indonesia. Sebarkan praktik baik Anda dalam menggunakan produk-produk teknologi kami kepada masyarakat yang lebih luas,” imbuh dia.
Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa E. Aminudin Aziz menyampaikan, selebrasi tahun ini telah menjaring antusiasme yang luas di kalangan anak muda di tanah air hingga luar negeri.
“Bulan Bahasa dan Sastra 2022 bukan hanya acara seremonial dan perayaan semata, melainkan juga pemantik ingatan kita untuk tetap mengobarkan semangat dalam menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,” ucap Aminudin.
Acara Puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2022 juga diisi dengan peluncuran Antologi Cerita Anak Indonesia. Dilanjutkan dengan peluncuran sejumlah platform digital penunjang praktik bahasa, di antaranya yaitu aplikasi Padanan Istilah (Pasti), Halo Bahasa versi Ios, laman Buku Digital (Budi), laman Penerjemahan Daring (Penjaring) serta laman Simulasi UKBI Adaptif Merdeka. []
