Sosok

Ke Leiden, Arman AZ Bersicepat Rampungkan Katalog Manuskrip Lampung

Oleh Christian Saputro

PENELITI Independen yang juga sastrawan Lampung Arman Az terpilih menjadi salah satu pemenang Lingling Wiyadharma Fellowship 2022. Fellowship tersebut diumumkan  belum lama ini oleh Scaliger Institute Perpustakaan Universitas Leiden (UBL) Lingling Wiyadharma Fellowship.

Alumni Universitas Leiden, Hans van der Valk,  mendirikan Dana Lingling Wiyadharma untuk mengenang mendiang istrinya Lingling Wiyadharma. Pertama kali bertemu dengan istrinya di awal tahun tujuh puluhan ketika dia bekerja sebagai diplomat pada Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.

Tujuan Dana Lingling Wiyadharma untuk studi-studi Indonesia adalah mendorong pemanfaatan pelbagai koleksi tentang Indonesia di UBL.

Sastrawan Arman Az bersama pemenang lainnya yaitu  Kandidat doktor Chin Nyuk Tin dari Nanyang Technological University, School of Humanities, Singapore dan Kandidat Master Filologi Evi Fuji Fauziyah dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran, Bandung akan berangkat ke Belanda mengikuti program fellowship ini merupakan bagian dari Dana Lingling Wiyadharma.

Arman Az pada kesempatan ini akan mengerjakan katalog manuskrip dari Provinsi Lampung. Naskah-naskah Lampung dikumpulkan dan diserahkan ke perpustakaan Leiden oleh Herman Neubronner van der Tuuk (1868-1869).

Sedangkan Chin Nyuk Tin dari Nanyang Technological University, School of Humanities, Singapore akan melakukan penelitiannya yang mengusung tema : “Agent of Change and Exchange: Sino-Malay Translation for the Making of the Peranakan Chinese in Netherlands Indies (1881-1951)”. Ketiganya yang merupakan angkatan pertama pemenang fellowship ini dijadwalkan sudah tiba di Leiden, Belanda tiba Oktober 2022 ini

Sementara Kandidat Master Filologi Evi Fuji Fauziyah akan meneliti “Tiga Jñana: The Codicological Studies of an Old Sundanese Codex Unicus at the Leiden University Library”.

Program  fellowship ini setiap tahunnya menawarkan kesempatan dan dukungan dana terutama kepada para peneliti muda untuk melakukan penelitian selama maksimal tiga bulan di bagian koleksi-koleksi UBL tentang Asia Tenggara dan khususnya tentang Indonesia.

Sedangkan undangan pengajuan proposal mendapat banyak tanggapan dari  Komite penilai terdiri dari Diana Suhardiman (Guru Besar Pengelolaan Sumber Daya Alam, Iklim, dan Ekuitas, Universitas Leiden dan Direktur KITLV), Nico Kaptein (Guru Besar Islam di Asia Tenggara, Universitas Leiden), dan Marije Plomp sebagai penasihat (Subject Librarian Asia Tenggara, UBL).

Tentang Arman AZ

Arman AZ dikenal dikenal sebagai pegiat budaya yang juga melakukan penelitian secara mandiri tentang budaya Lampung. Anak    kedua  dari lima bersaudara.kelahiran Telukbetung,, 30 Mei 1977 mengaku suka menulis sejak dibangku SMP.

Beberapa tulisan termuat dalam buku antologi bersama: Cetik (Dewan Kesenian Lampung, 1999), Grafiti Imaji (Yayasan Multimedia Sastra, 2002), Cermin dan Malam Ganjil (FBA Press, 2002), 20 Tahun Cinta (Senayan Abadi, 2003), Wajah di Balik Jendela (Lazuardi, 2003), Mengetuk Cintamu (Senayan Abadi, 2003,  Anak Sepasang Bintang (FBA Press, 2003), Bunga-Bunga Cinta (Senayan Abadi, 2004), Yang Dibalut Lumut (CWI-Diknas, 2004), dan Mencintaimu (Logung Pustaka, 2004).

Buku kumpulan cerpen tunggalnya, Embun di Ujung Daun (Logung Pustaka, 2005). Arman juga menulis novel bertajuk: Loper Koran Cilik (Gema Insani Press, 2005).  Lalu cerita anaknya: Payung Warna-Warni (DAR! Mizan, 2003), Senjata Makan Tuan (Beranda Hikmah, 2004), dan Dena dan Bidadari (Beranda Hikmah, 2005).

Terkini Arman Az justru mengakrabi menulis nonfiksi, karya-karyanya antara lain: Monograf Lampung Lampau (2021), Katalog Naskah Kuno Lampung di Tropen Museum & Volkenkunde (2020), Surat-surat dari Lampung (2019), Undang-undang Adat Krui (2019), dan Toba & Samosir Untuk Dunia (2011).

Sebagai peneliti independen, Arman AZ berharap ke depan di Lampung akan hadir lembaga seperti Lingling Wiyadharma Fellowship yang mengucurkan dana penelitian untuk kepentingan daerah.

“Mudah-mudahan ke depan banyak orang-orang Lampung yang kaya tetarik untuk menggelontorkan dana hibah untuk beasiswa juga penelitian yang berkaitan dengan kebudayaan Lampung,” harap Arman AZ yang pernah menulis skenario film documenter Van Der Tuuk. []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top