Human

Berbahagia Menjadi Distributor Rezeki Allah

Oleh Gufron Aziz Fuadi

ADA kawan yang bilang saat melihat sebuah properti, ini rumah sepertinya sudah sangat lama ditempel plang: “Dijual cepat tanpa perantara”. Tapi, sampai sekarang tidak laku-laku.

Kata kawan yang lain, mengapa coba nggak laku laku? Rahasianya ada di dua kata: Tanpa perantara!

Mengapa?

Sebab, tanpa perantara, pertama, membuat iklan itu menjadi terbatas. Kedua, karena penjualnya terkesan pelit, tidak mau berbagi. Padahal didalam obyek jual tersebut boleh jadi ada hak orang.

Dengan kata, tanpa perantara,  penjual tidak menjadikan dirinya sebagai distributor Allah dalam memberi rezeki kepada hamba-Nya.

Karena enggan menjadi distributor rezeki Allah kepada orang lain itulah, maja obyek jual itu tidak laku terjual.

Banyak teman yang jadi pengusaha sukses, karena sejak awal dia berniat menjadi distributor rezeki Allah kepada orang lain. Baik dengan banyak bersedekah maupun dengan membuka lapangan pekerjaan.

Ada beberapa kawan yang membuka usaha online, ada yang maju dan berkembang tetapi ada juga yang stagnan. Yang perkembangannya stagnan setelah ditelisik karena dia malas untuk menambah karyawan, katanya selama masih bisa ditangani sendiri mengapa harus menambah karyawan yang hanya akan menambah pengeluaran/beaya produksi.

Dia tidak sadar, karena semuanya mau dikerjakan sendiri, maka pekerjaan utamanya sebagai usahawan, memperluas jaringan koneksi, relasi, dan pasar menjadi tidak maksimal bahkan terbengkalai.

Di pihak lain, yang dari awal berusaha punya niat menjadi distributor rezeki Allah kepada orang lain, maka dia tidak sayang dan segan untyk merekrut karyawan untuk dipekerjakan disemua lini yang dibutuhkan. Sehingga dari mulai sektor produksi, distribusi dan pemasaran busa digarap secara maksimal, dan ini berimbas positif dengan meningkatnya omset perdagangan mereka.

Pada kasus yang kedua ini, banyak yang mendapatkan kebahagiaan. Dari mulai pengusaha yang senang karena usahanya maju dan rezekinya bertambah banyak, para pekerja juga senang karena bisa mendapatkan gaji dan mungkin bonus lainnya dan usaha lain yang terkait seperti usaha ekspedisi.

Pengusaha model kedua ini tahu, bahwa uang untuk membayar gaji karyawan nya adalah memang hak atau rezekinya karyawan yang tidak akan mengurangi jumlah rezekinya. Karena Allah tidak pernah salah dalam membagi dan mendistribusikan rezekiNya kepada yang berhak.

Kebahagiaan pengusaha model ini juga mendapatkan kegembiraan tambahan yaitu saat melihat para karyawannya berbahagia saat menerima gaji dan bonus.

Sehingga, boleh jadi, bila ada pengusaha yang usahanya stagnan disebabkan oleh ketiadaan niat dalam hatinya untuk berbagi rezeki kepada orang lain.

Ada teman yang bilang, saya mau mengembangkan usaha saya ini bukan karena saya belum puas dengan rezeki yang Allah berikan kepada saya, tetapi karena saya ingin membuat lapangan pekerjaan sebanyak mungkin yang saya mampu. Dan ini adalah bentuk rasa syukur saya kepada Allah yang tidak henti-hentinya memberikan kenikmatan-Nya.

Rasa syukur itu sepertinya sepele, tetapi banyak orang yang melalaikannya. Karena memang kita tidak bisa bersyukur kecuali dengan bantuan Allah. Itulah mengapa nabi Sulaiman terus memohon kepada Allah agar dirinya bisa tetap terus besyukur,

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Robbi auzi’nii an asykuro ni’matakallatii an’amta ‘alayya wa ‘alaa waalidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu, wa ashlih lii fii dzurriyyatii, innii tubtu ilaika wa innii minal muslimiin.

“Ya Rabbku, berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, dan supaya aku dapat berbuat amal shaleh yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Al-Ahqaf [46]: 15)

Ada ujaran bijak mengataka: “Bila berbagi kesedihan dapat mengurangi beban penderitaan, maka berbagi kegembiraan akan menambah kebahagiaan.”

Wallahua’lam bi shawab. []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top