Human

Sikok Bagi Duo

Oleh Gufron Aziz Fuadi

MASYARAKAT di wilayah Sumbagsel tentu tidak asing dengan istilah ini, apalagi setelah viral melalui tik-tok yang ditampilkan oleh seorang MC kondangan, Meli Dedi dari Lubuklinggau Sumsel. Sikok bagi duo artinya satu dibagi dua.

Pembagian ini tidak mesti harus sama besar, tetapi bisa jadi dibagi dua sesuai kedudukannya, tanggung jawabnya, andil atau saham masing masing.

Berbagi itu penting. Karenanya tidak kurang dari 39 ayat dalam Alquran yang berbicara masalah infak atau sedekah, salah satunya al-Baqarah: 195. “Dan berinfaklah kamu (bersedekah) di jalan Allah dan janganlah kamu mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”.

Rasulullah ﷺ bersabda:  “Saling memberi hadiah lah kalian, maka kalian akan saling mencintai.”

Kata para ahli, berbagi dengan sesama akan mengurangi rasa stres dan membuat hidup menjadi lebih menyenangkan. Sepintas hal ini mungkin tidak masuk akal, mengingat berbagi berarti mengurangi milik kita untuk diberikan kepada orang lain. Tetapi pada prakteknya, berbagi membantu produksi hormon dopamin di dalam otak yang akan meningkat ketika kita merasa bahagia, termasuk saat berbagi atau bersedekah.

Hormon dopamin adalah salah satu hormon yang menstimulus perasaan bahagia.

Berbagi itu tidak mudah. Oleh karena itu kemampuan berbagi ini harus dilatih sejak kecil. Sayangnya, banyak orang tua lebih senang mengajarkan anaknya dengan hitungan tambah, kurang dan kali. Hitungan bagi atau pembagian baru didapat setelah anak anak masuk sekolah.

Mungkin itu sebabnya mengapa banyak orang merasa sulit untuk berbagi tetapi pintar kalau menambahkan dan mengalikan.

Bahkan, anekdot berbagi dengan ungkapan: kite sire, kite sire yang sepertinya berbagi pun hakekatnya adalah menambah miliknya. “Ini untuk kite (saya, orang pertama) ini untuk sire (kamu orang ke-2), ini untuk kite dan ini untuk sire (orang ke-3) dst…”

Berbagi hasil secara adil atau sesuai andil dan jasa bermanfaat untuk menjaga sebuah kelompok agar bertahan dalam waktu lama. Konon, grup lawak Bagito bisa bertahan lama karena menerapkan konsep itu. Menurut sohibul hikayat, saat ketiga orang personil lawak itu akan mendaftar lomba lawak, bertemu dengan komedian senior Kris Biantoro yang kemudian menyarankan, bila grup ini ingin bertahan lama maka gunakanlah prinsip dan nama Bagito yang merupakan singkatan dari “bagi roto”. Dan ini terbukti Bagito grup bertahan cukup lama dan menjadi grup lawak papan atas.

Bahwa kemudian mereka akhirnya bubar, mungkin prinsip bagiroto nya sudah bergeser atau mungkin juga mereka mulai tersisihkan atau kalah lucu oleh dunia politik yang lebih lutju, dan membuat personil Bagito pun terjun ke dunia politik. Wallahua’lam…

Ada ungkapan orang tua yang mengatakan, bila hasil kerjasama sudah dibagi tidak sesuai dengan andilnya masing masing maka itu alamat kerjasama mendekati bubaran. Dan bila itu terjadi dalam kelompok kejahatan, baik itu mafia judi dan narkoba atau geng koruptor maka itu tanďa mereka akan segera ditangkap oleh polisi atau KPK.

Mengapa?

Sebab pengkhianatan tidak dilakukan oleh orang jauh, tapi oleh orang dalam yang merasa diperlakukan tidak adil atau tidak sesuai. Atau bahkan diam diam ditinggal, tidak dilibatkan lagi.

Karena itu sangat penting diperhatikan oleh kelompok mafia atau geng koruptor dan kejahatan lainnya, ikutilah prinsip sikok bagi duo atau bagito kepada semua anggotanya. Kalau ternyata bagito sudah dilakukan tetapi masih tertangkap juga itu namanya apes. Sesuai dengan kata pepatah: Sepandai pandainya tupai melompat akhirnya akan jatuh juga…

وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا

“Dan katakanlah, ‘Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.’ Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.” (Al Isra’: 81)

Wallahua’lam bi shawab. []

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top