Sosok

Jejak Perjalanan Kreatif dan Ode Buat Sang Guru Besar

Oleh Christian Heru Cahyo Saputro



PAMERAN Virtual Berlangsung Terus-Menerus — menyingkap nostalgia studi tatkala usia muda pelukis Bambang Suroboyo mulai berproses menjadi pelukis profesional di Pasar Seni Ancol.

Memori deburan ombak pantai Ancol yang tenang, tak pernah berhenti membelai pasir putih yang terhampar di sepanjang pantai Harapan tempat Bambang SBY, menambatkan jung kehidupannya sebagai pelukis.

Bakat seni otodidak dan proses pembelajaran secara alamiah dengan imaginasi liar tak terbendung, telah mengantarkan obsesinya sebagai seniman di arena Pasar Seni Ancol tempat pelukis profesional berkarya dan menjual karyanya (1976).

Banyaknya bidang seni yang Bambang SBY geluti menjadi sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan cukup untuk hidup dari berkesenian. Awal masuk Pasar Seni Ancol Bambang bergabung di Sanggar Nira, belajar melukis dengan pelukis A. Wakijan bersama pelukis Widagdo Pelukis Istana Negara dan membuat kerajinan souvenir.

Di saat luang, Bambang ikut bergabung bersama Teater Pasar di bawah pimpinan Tizar Purbaya. Yang punya program tetap setiap bulan pentas, di arena terbuka Pasar Seni Ancol.

Bakat kuatnya di bidang musik mendorongnya untuk membuat kelompok musik ngamen dan bergabung di grup kroncong Pasar Seni. Kemudian juga mengajar gitar klasik di Sekolah Musik Vidi Vici (Cabang Pasar Seni Ancol) di bawah pimpinan Ully Sigar Rusady.

Ketika ada program penataran pelukis muda, Bambang juga ikut sebagai peserta, disaat itulah Bambang mengenal Harijadi Sumodijoyo, pelukis legendaris multi talenta yang jadi gurunya. Dari Harjadi, Bambang dapat arahan untuk tetap fokus belajar melukis saja, jangan terlalu banyak cabang seni yang dipelajari.

Ada satu pesan yang selalu terngiang-ngiang dari gurunya, Harijadi S, “Belajaro melukis wae lhe mengko kowe iso kesenian opo wae (Belajar melukis saja, Nak, nanti kamu akan bisa kesenian apa aja).”

Pesan guru besar Harijadi S ini sangat membekas dan hingga kini menjadi pedoman Bambang dalam menjalankan aktivitasnya di berbagai bidang seni.

Semuanya ditinggalkan dan mulai fokus hanya pada seni rupa. Menjadi pemain dan guru gitar klasik di Sekolah Musik Vidi Vici pun juga ditinggalkannya.

Hanya fokus melukis tekatnya makin bulat ketika belajar melukisnya mendapat arahan dari Santu Wirono putra Harijadi S yang turut menggembleng Bambang dengan sabar dan telaten.

Semua teknik dan media dipelajari, dasar-dasar ilmu seni lukis diajarkan sampai tuntas, dan puncak dari ilmu melukis kian mengakar kokoh ketika Bambang SBY, belajar ilmu konservasi di Galeri Nasional di bawah pelatih Puji Yosep Subagiyo dan Museum Tekstil Tanah Abang. Kemudian dilanjutkan magang di Studio Primastoria di Bekasi. Lalu, Bambang dipercaya menjadi asisten Yosep Subagiyo dan merawat seluruh karya Harijadi di Sanggar Selo Binangun Kemang.

Langkah ini menjadi pembelajaran dan pengalaman yang sangat mendalam bagi penguasaan ilmu melukis dan seni yang lain, sekaligus menguasai ilmu bahan melukis dan di kembangkan menjadi media yang beda, dan memiliki kelebihan dan karakter yang beda dengan pelukis yang menggunakan cat pabrikan.

Ucapan terima kasih Bambang Suroboyo atas jasa Guru Besar Harijadi Sumodijoyo. Guru Utama Mas Santu Wirono putra Harijadi S (Sanggar Selo Binangun) dan Maha Guru Ilmu Bahan dan Konservasi lukisan Bapak Puji Yosep Subagiyo (Primastoria Studio).

“Terima kasih untuk semua guruku, atas segenap ilmu dan bimbingannya yang telah mendidikku, menjadi pelukis yang memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang ilmu seni rupa dan ilmu bahan melukis dan konservasi lukisan,” kata Bambang.

Dengan bekal ilmu dan bimbinga guru-gurunya ini, dalam menjalankan karier saya dalam seni rupa, Bambang mumpuni dengan temuan-temuan teknik yang ia kembangkan sendiri menjadi karya-karya inovatif yang memiliki karakter, pamor, dan memahami ilmu seni rupa yang mendasari berbagai ilmu kesenian.

Mereka mendidik Bambang untuk memiliki dedikasi baik dan profesional dalam menjalankan kerjaannya di bidang seni rupa. []

———-
Christian Heru Cahyo Saputro, sastrawan, anggota Akademi Lampung

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top