Mukjizat Al Quran
Oleh Gufron Aziz Fuadi
HIDUP di bawah naungan Al Quran merupakan suatu kenikmatan. Kenikmatan yang tidak dapat dirasakan, kecuali oleh mereka yang benar=benar merasakannya. Itu suatu kenikmatan yang mengangkat jiwa, memberikan keberkahan, dan mensucikannya… Alhamdulillah, Allah telah memberikan kenikmatan itu padaku… Suatu kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dalam hidupku… (Sayyid Qutbh, penulis Fi Dzilalil Quran).
Pada suatu malam, Abu Jahal, Abu Lahab, dan Akhnas bin Syariq secara sembunyi-sembunyi dan sendiri- sendiri mendatangi rumah Nabi Saw untuk mencuri dengar lantunan ayat-ayat Al Quran yang nabi baca dalam shalat malamnya. Mereka bertiga mengambil tempat sembunyi yang berbeda dan tidak saling diketahui. Ketika Nabi selesai shalat, mereka pun pergi dan saling memergoki satu sama lain sehingga mereka saling mencela. Mereka pun membuat kesepakatan bersama untuk tidak melakukannya lagi.
Namun pada malam berikutnya ternyata mereka bertiga tidak kuasa menahan gejolak jiwanya untuk mendengar lantunan ayat Al Quran dan mereka mengira teman-teman yang lain tidak akan datang lagi ketempat Nabi Saw. Ternyata pikiran mereka sama, sehingga setelah nabi selesai shalat malamnya, mereka pun kembali dan amprokan lagi dijalan. Sehingga terjadi lagi saling mencela diantara mereka.
Malam berikutnya pun demikian, mereka tidak bisa melawan hati nuraninya untuk mendengarkan al Quran. Kejadian berikut nya pun sana, hingga akhirnya mereka bersumpah janji untuk tidak mencuri dengar bacaan al Quran di rumah nabi.
Jadi sebenarnya tokoh pimpinan kafir Quraisy itu mengakui keindahan dan kebenaran Al Quran, tetapi hawa nafsu dan kesombongan mereka mengajak untuk mengingkari kenabian Muhammad saw.
Demikian juga sekarang. Banyak tokoh nonmuslim yang sempat mempelajari Al Quran berkomentar tentang betapa unggulnya Al Quran dibanding kitab suci yang lain. Mereka ada yang kagum karena informasi al Quran tentang sain dan teknologi mendahului ilmu pengetahuan yang mereka pelajari. Ada yang karena ternyata Al Quran memberikan petunjuk hidup manusia dalam semua aspek kehidupan. Ada juga yang terpesona dengan nilai sastranya yang sangat indah tapi berbobot penuh makna jauh dari sastra buatan manusia yang indah tapi sering tak berisi. Apalagi janji kampanye presiden yang terlihat indah warna warni seperti balon yang hanya angin isinya.
Itu semua menegaskan bahwa al Quran bukan buatan manusia tetapi mukjizat dari Sang Pencipta kepada nabi Nya.
(إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡیࣱ یُوحَىٰ)
“Tidak lain (Al-Qur`ān itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Surat An-Najm 4)
“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur`ān ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.”(Al Hasyr: 21)
Itulah al Quran!
Kalamullah atau firman Allah Swt yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril dan diriwayatkan (disampaikan) kepada manusia secara mutawatir dan membacanya bernilai ibadah.
Demikianlah biasanya al Quran didefinisikan.
Karena al Quran adalah mukjizat dari Allah, maka isinya hanya kebenaran dan keberadaannya tidak bisa ditiru apa lagi dikalahkan. Hal ini misalnya ditegaskan dalam Al Isra: 88:
Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur`ān ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekali pun mereka saling membantu satu sama lain.”
Lihat juga al Baqarah: 23-24.
Al Quran adalah mukjizat terbesar sepanjang zaman. Semua nabi diberi mukjizat oleh Allah, tetapi semuanya hanya bisa disaksikan oleh orang yang hidup sejaman dengsn nabi nabi tersebut. Sedangkan kemukjizatan al Quran tidak hanya dilihat dan dirasakan oleh para sahabat yang hidup sejaman dengan nabi Muhammad saw tetapi juga manusia yang hidup sekarang dan yang akan datang, tanpa adanya perubahan bacaan maupun tulisannya.
Kata K.H. Hasan al Banna agar kita bisa mendapatkan manfaat dan keberkahan dari Al quran maka pertama tama kita harus meyakini bahwa al Quran ini adalah petunjuk hidup, way of life, dan solusi bagi kita baik dalam kehidupan pribadi, sosial kemasyarakatan maupun dalam kehidupan bernegara.
Tanpa mempunyai keyakinan seperti itu maka kita tidak akan mendapatkan solusi terhadap problem yang kita hadapi.
Kepercayaan tersebut harus mendahului bentuk interaksi lain kita dengan al Quran: membacanya, mempelajarinya, mengajarkannya, menghafalkannya, dan mengamalkannya.
Kita harus berusaha konsisten dalam interaksi tersebut, meskipun sulit.
Meskipun kata AA yang kemarin jadi berita viral, zaman sekarang tidak perlu lagi menghafalkan al Quran, karena sudah banyak al Quran yang dicetak bahkan sudah ada di android dst…
Namun, kita harus ketahui bahwa Al Quran itu bukan sekadar tulisan tetapi lebih penting bacaannya. Karena kalau hanya sekadar tulisan, maka Al Quran bisa bertambah atau berkurang huruf hurufnya yang akibatnya juga akan berubah makna sebagai kitab kitab agama terdahulu. Para penghafal Al Quran adalah hafidz atau penjaga, yang akan menjaga al Quran agar tetap terjaga keasliannya sebagai mana saat diturunkan dan disampaikan nabi kepada para sahabat. Oleh karena itu para hafidz disebut nabi sebagai Ahlullah, keluarganya Allah..
Inya Allah dengan melakukan interaksi tersebut kita akan merasakan betapa al Quran adalah solusi atas problematika yang menimpa kita.
Umat Islam akan kembali jaya dengan ‘apa’ yang membuat umat terdahulu jaya…
Wallahualam bi shawab. []