Sajak-sajak Aris Setiyanto
DI BANGKU TAMAN
melepas penat seharian
dikandung badan
di bangku taman ini
telah aku tasbihkan namamu
bersama halimun
yang gagal aku baca
mengenalkan kasih sayang setangkai malam
para pekerja pulang
ke peraduan, tempat mimpi bermula
setiap hati ngembara
menuju genap saban angka.
Maguwo, Desember 2021
MEMBUATMU BAHAGIA
satu kali derita
aku terjatuh dalam liang
tersedu, menangis deras bagai detak
tetapi kau tertawa,
lagu alam paling merdu untuk hatiku.
Maguwo, Desember 2021
SEPERTI MENGINAP DI JAKARTA
aku pasti tengah berada di Jakarta
di ruang persegi yang riuh akan obrolan,
kau tinggalkan aku bersama sebungkah kecemasan
ketika akhirnya kau pulang nanti,
selalu ada yang hilang entah hati, entah diri
tiba saat kembali meniduri rupa sang mimpi
kamar dan ruang makan ini tak karib bagiku
bagaimana waktu terguling?
empat porsi nasi rames pagi ini telah membikin mata terjaga
pulang pada gerak sapa yang teratur,
merapal jampi di ambang lawang
terpasung wanita, laiknya semalam di malam Jakarta yang buas.
Maguwo, Desember 2021
SEPERTI HATIMU YANG TABAH
untuk: Ardhi Ridwansyah
aku ingin hidup
seperti hatimu yang tabah
diterkam kata-kata saban musim
selama ini berserak bagai badai
setelah mencoba bertahan
konon, bunga-bunga akan mekar
akan kentara dan utara
dan berkisah kasih sayang rimba
aku ingin hidup
seperti bait puisi yang menghidupkan luka
yang berdiam di antara frasa
sedalam lautan yang bisu.
Maguwo, Desember 2021
BAGAI MIMPI
kita membelah
lekuk ragawi
rindu tercipta
dari kesunyian di barat dan utara
di dadamu
dunia yang kupijaki berpusar
langit merah dan ungu
namun kecemasan terbantun dari hati
duri-duri di dahan waktu
semoga kau jelangi hari
yang indah bagai mimpi
dan melukis indah senyum di bibirmu.
Maguwo, Desember 2021
SAMPAI DATANG HARI MATIKU
sampai datang hari matiku
tetaplah jadi pagi
yang memperlakukan ramah tubuhku
dengan hangat secangkir kopi
amsal kau tak di sini
kematian mungkin telah membasuh lukamu
yang mengekor laiknya bagian hari
di kepedihan yang lengang.
Maguwo, Desember 2021
MASUK ANGIN
Tuhan, kau di mana-mana
menghitung hari ketiadaanku,
acapkali tak kusebut nama-Mu
tak kutemukan Engkau di dalam sujud
tiba saat merapal doa
aku ingin kekasih
lahir di samping peraduan
walau hatiku tergenang air matanya
dekaplah erat tubuhku
niscaya kebekuan undur diri
atau kesadaran selama ini dikandung badan
sepasang matamu penuh akan kaca, lekas melinang.
Maguwo, Desember 2021
———–
Aris Setiyanto,
lahir 12 Juni 1996. Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Buku puisinya:
Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas (2020) dan Ketika Angin Berhembus (2021).