Sajak

Sajak-sajak Hermansyah GA

Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Anggota Akademi Lampung (AL) Hermansyah GA berpulang ke rahmatullah di Rumah Sakit Bintang Amin, Bandar Lampung, Sabtu, 15 Mei 2021 pukul 19.30. Semoga Allah Swt memberi almarhum tempat terbaik di sisinya.

Berikut puisi-puisi terakhir Hermansyah GA yang termuat dalam buku Pandemi Pasti Berlalu (sedang dalam proses terbit).

RUH DI ALTAR CORONA

Ruh tak bernyawa
liar diterpa angin musim
seperti badai gaib
antara ada atau tiada
menebar kemelut yang mencekam
memercikkan cahaya memangsa nyawa

Aku hanya bisa bicara sendiri di malam hening
menyerukan pada anak-anak desa,
pengunjung pasar swalayan yang selalu ramai
mereka pemilik nyawa tak berdosa

Negeriku sedang berduka
meratapi bencana yang tak kentara
nyawa melayang seperti kapas ditiup angin
para penggali lubang kubur
tangisnya terisak menatap mayat
bergelimpangan di atas tanah merah

Corona seperti tamu yang tak diharapkan
menghantui pikiran
mengubah peradaban
memutus rasa cinta dan kasih sayang
syahwat iman kering
peristiwa aneh terpapar
sungguh muak dan bosan.

Tuhan
Jika sekiranya Corona adalah jelmaan malaikat pencabut nyawa
maka ruh yang bertakbir
kembali ke haribaan singgasana yang kekal

Lampung 23 02 2021

CERMIN RETAK

waktu mencatat selaksa peristiwa
menempati dinding masa
menyusun bongkahan wajah

menatap hari hari 
tak terhitung berapa hasta raut bertopeng
membangun kemurkaan

wajah dalam cermin
bagai lukisan absurd
menjadi tontonan memilukan

wajah angkara
berbaju plastik
sepatu bot
seperti astronot
mengusung keranda
menguburkan manyat binasa beribu nyawa

wajah pendusta
wajahnya seperti dewa
pakaian putih seperti malaikat
kokoh terpelihara dalam genggaman kekuasaan

wajah derita
telantar di hamparan bangsal manusia
terompet kematian
bergema
suaranya tersengal, parau
menunggu saat ajal menjemput

wajah mulya
parasnya menawan
seterang purnama di malam gelap
bermandi mentari
bagai begawan membawa cawan derita

senyum masa gemilang
para penabur dusta
memancar halau rintangan
menghadang maut
cacian mendera
hinaan merajam
tetapi perangainya seperti memancarkan pesona mengukir goresan cinta
membuka lebar pintu maaf bagi para pencela
seolah makin dihujat
semakin bermartabat
menekuni nikmat
menanggalkan jiwa manusiawi

Lampung 07042021

DOA PARAMEDIS

Tuhan
aku bermunajat
Air mata ini mengalir
perpisahan menjadi cerita sedih
betapa singkat umur manusia
begitu cepat ingin bertemu Tuhan
hidup damai, lepas dari hiruk pikuk
keangkuhan semesta

Tuhan yang maha sabar
aku berserah diri
sekiranya wabah ini singgah di tubuhku
hancurkan dan jangan beri hidup
tanganku biarlah berarti
bagi mereka yang dalam sakit
tak berdaya karena corona

Tuhan yang maha ikhlas
izinkan mereka untuk hidup layak
bernafas dan berkata kata
bernyanyi lantunkan syair puisi

Tuhan yang maha cinta
beri kami harapan kasih sayang
sesungguhnya engkau kuasa
wabah maut ini lenyap atas kehendakMu

Lampung 200421

—————–
Hermansyah GA, lahir di Bandar Lampung, tahun 1963, meninggal di Bandar Lampung, 15 Mei 2021. Ia menulis puisi buat orgasme sendiri. Menulis cerpen dan cerita anak buat koleksi pribadi. Sesekali dimuat di surat kabar. Menjadi pengurus Dewan Kesenian Lampung (DKL) sejak 1993. Terakhir dia adalah anggota Akademi Lampung (AL).

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top