Sosok

Yuli Nugrahani: Melihat Manusia Lain untuk Mempelajari Diri Sendiri

Oleh Muhammad Alfariezie

YULI kecil adalah anak yang lebih suka beraktivitas di dalam rumah. Dia tidak begitu suka bermain di luar rumah bersama kawan-kawan.

“Dulu itu saya anak yang pemalu. Jangankan berbicara dengan orang. Bertemu orang saja, saya tidak mau. Saya lebih suka menggambar dan melukis di dalam rumah. Selain itu, saya lebih fokus terhadap nilai-nilai sekolah,” kata Yuli  di halaman belakang rumahnya kepada LaBRAK.CO, Kamis, 29 April 2021.

Kegemarannya melukis atau menggambar tidak sekadar sebagai hobi. Yuli pun berguru kepada seorang ahli di daerah tempatnya tinggal dulu, Kediri, Jawa Timur. Dia belajar tata cara melukis natural wajah dan pemandangan.

“Saya sangat menyukai lukisan natural. Bahkan, dulu saya bisa melukis seseorang yang ada di depan saya. Saya suka saja melihat lukisan manusia. Melihat manusia lain sama saja mempelajari tentang diri kita sendiri. Saya sempat nyantri dengan seseorang karena dia mampu melukis mata. Melihat lukisannya, kita merasa lukisan itu benar-benar hidup. Tidak lagi menjadi benda atau gambar,” ujarnya menceritakan masa-masa yang telah lama berlalu.

Ketertarikan melukis, tumbuh ketika Yuli masih anak-anak. Dia lebih senang berdiam diri di rumah. waktu-waktunya di rumah dimanfaatkan untuk melatih keterampilan melukis.

Karena lukisan, Yuli menjadi siswa yang berprestasi bukan hanya dari bidang ilmu pengetahuan. Tapi, dia mampu membanggakan organisasi pramukanya, waktu itu. Guru atau pelatih Pramukanya melihat bakat dari anak yang introvert. Gurunya pun mengikutsertakan Yuli ke dalam lomba melukis khusus anak-anak pramuka. Bukan kaleng-kaleng. Yuli mampu meraih juara. Kawan-kawan dan gurunya pun turut bergembira. .

Sejak kecil, selain melukis, Yuli Nugrahani sudah menggemari hobi menulis. Kini, menulis pun menjadi salah satu profesi baginya. Koran dan majalah sudah pernah memublikasikan cerpen-cerpennya.

Dia mengaku, ilmu menulisnya didapat dari penulis senior. Beberapa di antaranya adalah Yanusa Nugroho dan Ahmad Yulden Erwin. Namun, dalam hal menulis, Yuli memiliki kemerdekaan. Dia hanya ingin menulis sesuai pikiran dan perasaannya. Tanpa, paksaan dari orang lain.

Yuli Nugrhani pernah mengikuti pelatihan menulis yang diselenggarakan Dewan Kesenian Lampung. Dari kegiatan itu, ia mengenal sastrawan Lampung. Di antaranya, Ari Pahala Hutabarat, Inggit Putria Marga, dan Ahmad Yulden Erwin. Karena perkenalan itu, Yuli diajak Ari Pahala untuk menjadi mentor dalam kelas menulis Kober (Komunitas yang diasuh Ari Pahala Hutabarat).

Sebagai penulis, Yuli Nugrahani pun pernah menjasi jurnalis. Dia mengemban tugas sebagai jurnalis di Malang Post selama tahun 1998 – 2000. Setelah dari sana, dia juga pernah menjadi pemimpin redaksi di majalah Nuntius pada periode 2005-2014.

Yuli tak melanjutkan kiprahnya di bidang jurnalis karena alasan tertentu. Yuli trauma melihat kejahatan yang ada di Lampung, terutama di Terminal Rajabasa dan Pringsewu. Dia enggan mengemban tugas sebagai jurnalis, meski Malang Post merekomendasikannya untuk bekerja di Radar Lampung. Dia melihat situasi Lampung saat itu belum kondusif. Pemalakan terjadi di depan matanya. Pemalakan itu terjadi saat Yuli berada di Terminal Rajabasa dan Terminal Pringsewu.

Sebagai perempuan dan ibu rumah tangga, Yuli Nugrahani sangat menyukai kegiatan memasak. Dia suka memasak apa saja. Terutama bereksperimen.

“Sejak kecil saya sudah sangat menyukai memasak. Memasak bukan sekadar rutinitas yang mesti dijalankan. Tapi hobi. Sangking suka memasak, saya membuat dapur seperti kantin. Di sinilah keluarga selalu menyicipi beraneka masakan eksperimen saya.”

Yuli Nugrahani termasuk ke dalam kelompok orang yang sibuk. Selain menulis dan menjadi ibu rumah tangga, dia disibukkan urusan organisasi. Saat ini, dia menjabat Ketua Forum Komunikasi Partisipasi Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Selain itu, dia juga menjabat Sekretaris Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung.

Rahasia Yuli untuk membagi waktu dan fokus adalah mencatat rencana perjalanan atau aktivitas. Dia selalu mencatat tiap jadwal kegiatannya secara detail. Karena itu, dia mampu fokus pada satu kegiatan. Ketika berada di satu kegiatan, dia tak akan memikirkan acara lain karena sudah terjadwal. []


BIODATA
Nama               : Dwi Yuli Nugrahani, S.TP
Lahir : Kediri, Jawa Timur, 9 Juli 1974
Nama Ayah     : Samiran KA
Nama Ibu        : Titik Sudiati
Suami               : Piet Hendro Wartoyo
Anak                 : Albert Ardyatma dan Bernard Sandyatma
Profesi              : Penulis
Organisasi       : Ketua Forum Komunikasi Partisipasi Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Puspa) Lampung dan Sekretaris Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung (DKL)
Pendidikan       :
1. SD SD Grogol 3 Kediri                            
2. SMP Don Bosco Kediri
3. SMA Augustinus Kediri
4. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top