Rusa-rusa di Penangkaran Tahura Wan Abdul Rahman

Oleh Muhammad Alfariezie
UPTD Kehutanan Provinsi Lampung telah memanfaatkan tempat ini sebagai ekowisata. Tujuannya agar masyarakat melihat secara langsung bagaimana kehidupan rusa timor di alam liar. Selain itu, tujuannya untuk pendidikan dan penelitian.
Penangkaran Rusa Tahura Wan Abdul Rahman didirikan pada tahun 2012. Tempat ini, berada di dalam Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman. Posisinya terletak di Jalan Wan Abdul Rahman, Desa Sumber Agung Kecamatan Kemiling, Bandarlampung. Pada rentang tahun 2017-2018, BKSDA menyerahkan pengelolaan penangkaran rusa ke UPTD Kehutanan Provinsi Lampung.

Semua rusa di penangkaran Tahura Wan Abdul Rahman berasal dari Bogor. Semua yang ada di sini berjenis rusa timor. Pada tahun 2012, jumlahnya 24 ekor. Berselang 5-6 tahun, rusa pun bertambah. Saat ini, terhitung ada 46 – 48 rusa yang hidup di penangkaran.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 menetapkan, jenis rusa timor tergolong ke dalam satwa liar Indonesia yang dilindungi. Konon, rusa timor berasal dari Kepulauan Sunda Kecil, Jawa dan Bali. Seiring perpindahan manusia, rusa Timor menyebar hingga ke wilayah timur Indonesia.
Berat tubuh rusa timor mencapai 60 – 100 Kg. Ciri-cirinya memiliki tungkai pendek, ekor panjang, dahi cekung, gigi seri relatif lebih besar dan rambutnya berwarna coklat kekuning-kuningan.
Rusa tidak jauh berbeda dengan herbivora lain. Rusa timor menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan sembari berjalan-jalan mencari sumber air lalu beristirahat.
Area penangkaran rusa Tahuran Wan Abdul Rahman mencapai luas 3 hektar. Di dalam penangkaran, terdengar gemericik air sungai. Air jernihnya mengalir di antara habitat rusa dan beraneka jenis tanaman. Cuaca siang yang terik tidak begitu terasa berada di area ini. Pohon-pohon yang rindang dan beraneka jenis tanaman menjadi penyejuk alami.
Penangkaran Rusa yang terletak di daerah kemiling ini buka setiap hari. Waktu bukanya mulai jam delapan pagi hingga pukul 16.00.
Tiket masuknya 5 ribu rupiah. Sedangkan parkir kendaraan dikenakan tarif 3 ribu rupiah. Untuk menjamin keamanan tiap pengunjung, UPTD Kehutanan Provinsi Lampung menambah biaya asuransi. Biayanya hanya seribu rupiah.
Menjaga Kesehatan Rusa

Kesehatan rusa tak luput dari perawatan. Rusa sama seperti manusia. Satwa ini kerap masuk angin atau mengalami perut kembung jika curah hujan cukup tinggi. Selain memberi dedek, gula merah dan jahe sebagai makanan tambahan, pengelola selalu memanggil dokter hewan demi menyembuhkan dan menyelamatkan rusa dari kematian.
Rusa yang terserang penyakit masuk angin atau perut kembung akan terlihat diam. Hewan ini tidak mau makan dan terpantau hanya merebahkan tubuh. Agar hewan ini kuat terhadap cuaca dingin, maka pengelola memberi dedek, jahe dan gula merah selama tiga kali dalam seminggu. Sedangkan makanan sehari-harinya rumput gajah.
Rumput-rumput gajah makanan rusa diambil langsung dari desa Sumber Agung. Masyarakat sekitar turut andil dalam pelestarian rusa di Tahura Wan Abdul Rahman.
Pengelola pun memersilahkan pengunjung yang ingin berinteraksi dengan rusa. Di penangkaran ini menjual pakan rusa.
Pengelola akan membantu pengunjung yang ingin berinteraksi dengan rusa. Pegawai lapangan yang ada di sana akan bersiul. Rusa-rusa yang ada di sini sudah hafal mendengar suara siulan. Bagi hewan-hewan ini, siulan adalah tanda makanan akan datang. Kendati demikian, rusa di sini tepat hidup sebagaimana hewan liar. Beberapa kali LaBRAK.CO memantau, ada rusa yang memakan bunga-bunga yang jatuh ke atas tanah.
Rusa timor di penangkaran Tahura Wan Abdul Rahman sudah beradaptasi dengan manusia. Mereka akan tenang jika diberi makan. Bahkan, rusa-rusa ini kerap mendekati pagar pembatas. Pengunjung bisa mengelus-ngelus bulu rusa untuk mengetahui bagaimana teksturnya.
Pengelola penangkaran rusa Tahura Wan Abdul Rahman menyediakan beberapa tempat bersantai atau untuk beristirahat. Tidak ada biaya tambahan untuk menikmati fasilitas yang tersedia di tempat ini. Kalau ada yang membawa makanan dari rumah pun diperbolehkan. Asalkan jangan membuang sampah sembarangan. Pengelola sudah menyiapkan beberapa tempat sampah di sekitar lokasi.
Pengunjung dari luar provinsi Lampung pun sudah pernah mengunjungi ekowisata ini. Mendengar logat bicaranya, pengelola memperkirakan asal pengunjung itu dari Sumatera Selatan. Akses tol yang menghubungkan Lampung – Sumatera Selatan menambah keyakinan pengelola dari mana pengunjung itu berasal. []
