Kabar Buku

Jejak-jejak Literer

Oleh Kahfie Nazaruddin

MENULIS buku, yang bakal tidak laku (apalagi best-seller), tentu perlu tekad besar. Jejak-jejak Literer: Bibliografi Sastra Lampung (1960—2020) karya Udo Z. Karzi ini tergolong buku seperti itu; penulisnya sudah pasti punya tekad luar biasa. Barangkali tekad  disertai nekat. Kalau mau agak dilebih-lebihkan, kadarnya barangkali hanya selapis di bawah amok orang Melayu. Ya, menulis buku tak laku bisa jadi semacam aktualisasi mengamuk gaya Melayu.

Lebih dari sekali Udo Z. Karzi mengeluhkan rendahnya minat baca masyarakat. Kiranya dia tidak sendiri berpendapat demikian. Nyatanya, minat baca terlihat kalah oleh semangat ngupi di kafe, yang bermunculan di sana-sini. Sebaliknya, toko buku malah gulung tikar. Di tengah-tengah kenyataan sosiologis seperti itu, menulis buku tak laku memang seperti mengamuk. Terbayanglah, Udo Z. Karzi menebas-nebaskan bibliografinya ini ke segala arah layaknya orang Melayu menebas-nebaskan pisau ke sekelilingnya. Maka, sama halnya dengan orang ngamuk, yang tak peduli akan bui, Udo Z. Karzi tak peduli pula akan laku atau tidak bibliografi ini.

Terlepas dari soal laku atau tidak laku, bibliografi ini mengisi tempat kosong dalam kesusastraan Indonesia di Lampung. Sejarah suatu kesusastraan nasional, seperti kesusastraan Indonesia, sesungguhnya tersusun dari keseluruhan sastra Indonesia, yang sudah tentu hidup dan berkembang di semua daerah. Dapatlah dikatakan bahwa sastra Indonesia di seluruh penjuru tanah air ini membangun apa yang disebut sastra Indonesia. Dari sudut ini, memang terdapat kekosongan penulisan sejarah sastra Indonesia di Lampung. Bibliografi ini dapat menjadi titik awal penulisan sejarah sastra Indonesia di Lampung.

Sebuah bibliografi menghimpun publikasi, utamanya buku, yang terbit mengenai suatu pokok atau bidang tertentu. Di dalamnya diberikan informasi tentang setiap buku, seperti judul, nama pengarang, tahun terbit, penerbit, kota penerbitan, dan seterusnya. Tentu, bertambah lengkap informasi diberikan, bertambah besar manfaatnya sehingga bertambah baik pula bibliografi itu bagi khalayak pembaca. Bibliografi seperti itu lazim diistilahkan dengan bibliografi enumeratif. Udo Z. Karzi sudah memberikan hal itu sejauh informasinya tersedia.

Dengan keterangan yang ia berikan, sudah dapat disusun semacam peta jalan historis sastra Indonesia di Lampung. Berbekal peta jalan historis itu orang bisa memulai penulisan sejarah sastra Indonesia di Lampung. Jadi, besar manfaat bibliografi Jejak-jejak Literer bagi kajian sastra Indonesia di Lampung.

Kalaulah ada sesuatu yang diangan-angankan mengenai bibliografi ini, itu berkenaan dengan informasi yang lebih lengkap. Penjelasan lebih lengkap dapat diberikan apabila disertakan deskripsi sistematis mengenai setiap buku sehingga diperoleh suatu jenis bibliografi, yang biasa disebut bibliografi deskriptif. Disebut demikian karena jenis bibliografi ini mendeskripsikan buku. Bahkan, suatu bibliografi dapat menyajikan analisis mengenai buku sebagai objek fisik dan kultural. Tak perlu dikatakan bahwa menyusun bibliografi yang seperti itu tidak murah dan perlu waktu lama. Itu sebabnya, biar pun belum menyediakan deskripsi analitik, seyogianya orang berterima kasih bahwa Udo Z. Karzi sudah berhasil menerbitkan bibliografi ini—dari ngamuk-nya itu. l

                                                                             Bandarlampung, 25 Januari 2021

————————

  • Ditulis sebagai pengantar buku Jejak-jejak Literer: Bibliografi Sastra Lampung (1960—2020)  karya Udo Z Karzi (dalam proses terbit).
  • Kahfie Nazaruddin, Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung, saat ini Juri Bicara Rektor Univesitas Lampung.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top