Pustaka

Bersastra, Berkomunitas, Berdayakan Literasi

Oleh Kartika Catur Pelita

MINAT baca masyarakat Indonesia masih rendah. UNESCO menyatakan bahwa minat baca  masyarakat Indonesia hanya 0, 001 %. Artinya, dari 1000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Tak terkecuali di Kabupaten Jepara, budaya literasi baca tulis masyarakat masih minim.  Padahal sebenarnya masih ada kaum yang memiliki minat baca dan(atau) menulis. Mereka butuh bimbingan, ilmu,  dan motivasi. Salah satunya yang mengajarkan hal ini adalah keberadaan komunitas sastra.

Pada September 2014,  blogger asal Jepara, Rosalina Susanti, menulis di dinding FB agar di Jepara diadakan pelatihan menulis  berkelanjutan. Terpicu status tersebut, maka berkumpul para penulis, pegiat literasi  Jepara, yang sudah berkiprah di nasional, yang berdomisili di Jepara. Adi Zamzam, Ella Sofa, Kartika Catur Pelita, Syaiful Mustaqim, Sochib Chib. Kami berdiskusi, berniat  membentuk komunitas sastra yang bisa berkegiatan literasi berkelanjutan. Sebagai penulis, kami juga sering mengadakan pelatihan atau workshop menulis di sekolah, kampus, atau lembaga.  Sayangnya pelatihan hanya satu atau dua hari. Tak ada langkah berikutnya. Padahal kegiatan menulis merupakan proses berlatih. Butuh waktu relatif lama.

Komunitas Akademi Menulis Jepara(AMJ) resmi berdiri 10 Januari 2015. Peluncuran sekaligus pelatihan pertama dihadiri puluhan pelajar, mahasiswa, sastrawan, dan umum. Berita peluncuran AMJ dimuat media lokal, Suara Merdeka.

AMJ diketuai Kartika Catur Pelita, dimentori  Adi Zamzam, Ella Sofa, dan Kartika Catur Pelita(KCP). Anggota komunitas beragam usia, dan lintas pendidikan. Termuda berusia 10 tahun. Sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Hingga hari ini sudah ratusan pelatihan secara tatap muka diadakan.  Kami juga mendirikan grup FB AMJ, beranggota  295 orang.

Pelatihan rutin AMJ diselenggarakan setiap Sabtu, pukul 14.00-16.00 WIB di  Perpusda Jepara. Menggunakan metode menulis di lokasi, membedah karya, mendandani tulisan, diskusi, baca buku bersama, berbagi proses kreatif dan motivasi

Membaca Modal Utama Menulis

Modal utama menulis adalah membaca. Makanan utama seorang penulis adalah  membaca. Jadi, pada setiap pelatihan, mentor mewajibkan  peserta/anggota komunitas agar rajin membaca. Entah pinjam buku di perpustakaan, beli di toko buku, atau barter buku bersama teman.

Penulis harus membaca  buku lebih banyak daripada yang bukan penulis. Penulis harus memiliki kosa kata yang lebih banyak daripada bukan seorang penulis. Penguasaan  perbendaharaan kata ‘hanya’ bisa diperoleh dengan banyak membaca. Bahan bacaan jenis apa pun wajib dilahap, jika seorang penulis ingin menghasilkan tulisan bernas.

AMJ komunitas nirlaba. Pelatihan tidak memungut  biaya dari peserta, sepeser pun. Perpusda Jepara  memberi bantuan mentor, uang transportasi Rp. 100.000; per bulan, yang diberikan per semester. Salah satu agenda AMJ membukukan  naskah peserta. Pada 2020, antologi cerpen komunitas AMJ berjudul: 14 × 2 Mata Pancing, yang memuat karya 22  anggota, diterbitkan secara swadaya oleh anggota AMJ.

Berbagi Inspirasi

Pengalaman menginspirasi adalah ketika kami (mentor) bisa mengajarkan ilmu menulis dan anggota komunitas paham. Mengajari format menulis yang benar, penulisan naskah sesuai PUEBI, membimbing anak didik hingga  tulisan mereka bisa menembus media atau menjuarai lomba.

Sinna Saidah, mahasiswa UNISNU Jepara, beberapa kali mengirim naskah opini ke rubrik Kompas Kampus,  tapi belum pernah  lolos. Kami membedah naskahnya, mendandani, mengajari cara membuat kata pengantar naskah. Pada pengiriman naskah ke-8, si mahasiswa  akhirnya bersorak, tulisannya dimuat di Kompas. Tak berselang, cerpen Saidah pun menembus media nasional, tabloid Nova. Demikian pula Alvi, GM Saivul, Havidz Antonio, Annie NF, Titin Amelia, karyanya dimuat media, atau berhasil menelurkan novel. Sementara, Hilma, siswa SMAN 1 Tahunan, cerpennya terpilih dalam sayembara nasional penulisan cerpen mitologi yang ditaja Universitas Veteran, Semarang, dengan para juri sastrawan senior dan redaktur sastra surat kabar ternama, Triyanto Triwikromo, Arief Santosa, dan Putu Fajar Arcana.  

Pada momentum lainnya, kami bersua Bu Kristin, pengunjung setia perpustakaan. Perempuan sepuh, 70  tahun. Bulan Februari 2015, KCP  sedang mengajar di kelas, ketika perempuan paruh baya  membawa tas besar, dan payung, mengetuk pintu.  Ingin belajar membuat cerpen. Bu Kristin seumur hidup belum paham tentang cerpen. KCP memberi contoh  naskah cerpennya yang pernah dimuat media cetak. Setelah mengikuti beberapa pertemuan, Bu Kristin akhirnya bisa menulis cerpen berjudul : Pecel Horok-horok. Konon terinspirasi dari tetangganya,  seorang penjual pecel  horok-horok, kuliner khas Jepara.  

Tulisan Bu Kristin berupa tulisan tangan, tulisan latin indah. Hanya dua bulan Bu Kristin bergabung di AMJ. Beliau pamit, karena tinggal jauh dari pusat kota Jepara,  anak yang mengantar-jemputnya berhalangan.  Sungguh, Bu Kristin menginspirasi,  ketika usia bukan lagi halangan belajar menulis. Apalagi di kota kecil Jepara, atmosfer membaca-menulis masih sesuatu yang asing. Dianggap aneh. Sebagai pegiat literasi, masih sering bertemu orang yang berpikir jika hanya anak sekolah yang wajib membaca dan belajar menulis. Padahal, tak ada istilah terlambat  belajar menulis dan membaca. Menulis, menyuarakan ide,  pikiran,  suara hati, curahan, dan pendokumentasian peristiwa. Membaca, menambah pengetahuan dan wawasan, mencerdaskan, mengembangkan pola pikir dan pandangan hidup.

Manfaat Berkomunitas Sastra

Menulis adalah kegiatan personal, setiap peserta AMJ memiliki  kemampuan berbeda, kemauan berbeda,  ketertarikan berbeda, yang membuat mentor tak bisa memperlakukan mereka dengan cara sama.

AMJ membuka kelas fiksi dan nonfiksi: cerpen, puisi, novel, berita, resensi, opini, artikel, dll. Beragam teori menulis-praktik, dan motivasi kami curahkan. Berapa pun orang yang datang, kami selalu mengajar berbalut semangat.

Pelatihan menulis di AMJ  berorientasi pada praktik, hasil karya peserta, berupa  puisi, cerpen, novel, resensi, atau tulisan lainnya. Peserta dituntut memiliki komitmen, meluangkan waktu dan energi untuk mewujudkan impian mereka. Setiap minggu peserta AMJ membuat karya sesuai materi dari mentor, coach atau pengajar.

Kami memiliki jadwal, materi dan agenda komunitas AMJ. Semisal, pada kelas  penulisan cerpen diajarkan teknik menggali ide, di antaranya dengan cara menunjukkan sebuah benda,  melihat gambar, mendengarkan musik, menonton film,  observasi tempat.  Atau memberi umpan kata pembuka cerita, kemudian peserta melanjutkan menyelesaikan. Kemudian penulisan  format cerpen, penulisan secara baik dan benar, sesuai PUEBI dan KBBI, tips trik menembus media. Berbagi proses kreatif, cara mengirim naskah, membuat kalimat pengantar naskah ke koran atau penerbit, mempelajari  visi misi media, jumlah karakter naskah, ciri khas tulisan suatu media, dan prospek sebagai penulis.

AMJ juga mengundang mentor tamu dari beragam profesi: sastrawan, seniman, guru, dosen, blogger, entrepreneur.

Semoga komunitas sastra selain memberdayakan literasi, pun melahirkan penulis-penulis potensial, andal, cerdas, tangguh, di skala nasional, bahkan internasional. []

—————–
Kartika Catur Pelita, Sastrawan, Ketua komunitas Akademi Menulis Jepara (AMJ)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top