Inggit Benci Karya Asoy Geboy Semohoy


Oleh Muhammad Alfariezie
NAMA Inggit Putria Marga tak perlu diragukan dalam bidang puisi. Selain menjadi juara di ajang Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2020, Inggit, begitu ia biasa dipanggil, telah mendapat berbagai penghargaan; Anugerah Kebudayaan tahun 2005 terbaik dari Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, sajak-sajaknya pada rentang 2008 s/d 2009 masuk ke dalam 100 puisi terbaik pena kencana, lalu pada 2010 buku puisinya yang berjudul Penyeret Babi masuk ke dalam lima besar Anugerah Sastra Khatulistiwa 2010.
Selain itu, prestasi Inggit tak sekadar mendapat penghargaan. Tapi, kreativitasnya dalam menulis puisi membawanya ke berbagai festival nasional maupun internasional. Di antara itu adalah International Literary Biennale 2005 dan 2009 Komunitas Utan Kayu, Ubud writers and Readers Festival di Bali pada oktober 2009, Cakrawala Sastra Indonesia Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2005, puisi antar bangsa, Pangkor dan Malaysia. Berbagai penghargaan dan festival yang inggit dapatkan ikuti membuat Lampung tidak pernah kehabisan Tokoh yang mengenalkan Provinsi ini ke kancal nasional hingga dunia.
Sejak kecil Inggit Putria Marga memang telah memerlihatkan keaktifan. Rutinitas Inggit Putria Marga sejak kecil tidak pernah lepas dari kegiatan yang sering dilakukan laki-laki, seperti manjat pohon untuk mengambil buah jambu hingga lari-larian. Inggit memang terlahir sebagai perempuan paling cantik di antara kakak dan adik laki-laki. Lingkungan sosialnya berhasil menciptakan karakter Inggit lebih berani dan khas.
Sebagai Tokoh Perempuan, Inggit Putria Marga terlihat lebih berkharisma karena sorot matanya yang tajam, ucapnya yang lugas dan sedikit judes, dan gayanya yang rada tomboy tapi tak meniggalkan keperempuannya, seperti menjahit, menanam dan merawat bunga hingga berkeluarga.
Puisi adalah bacaan favorit Inggit Putria Marga sejak duduk di bangku sekolah menengah Akhir. Saat itu ia tertarik dengan puisi-puisi Sapardi Djoko Damono, WS Renda dan tak ketinggalan pula tokoh yang paling yang idamkan, yakni Chairil Anwar. Waktu luangnya, kadang banyak dihabiskan untuk membaca karya-karya tiga penyair tersebut.
Seiring waktu berjalan, Inggit Putria Marga mulai menekuni ilmu tentang menulis puisi. Sebagai mahasiswa Unila ia turut bergiat di UKMBS. Menurutnya, UKMBS Unila adalah ruang yang baik untuk belajar seni, terutama puisi karena di sana ada para senior yang tidak diragukan lagi ilmunya dalam bidang sastra. Banyak sekali ilmu yang Inggit dapat dan ia terapkan dari para seniornya, yakni Isbedy Stiawan ZS, Ari Pahala Hutabarat, Iswadi Pratama, dan Ahmad Yulden Erwin.
Bukah Tokoh jika tak memiliki Obsesi dam bukan orang hidung jika tak memiliki keinginan. Meski telah memenangkan ajang Kusala Sastra Khatuliswa 2020, tapi Inggit Putria Marga masih memiliki Obsesi. Obsesinya sederhana. Obsesinya tak ingin mengalahkan orang lain. Ia sekadar berkeinginan untuk mengalahkan dirinya sendiri secara melampoi pencapaiannya hari ini. Menurutnya, begitu sudah cukup untuk tetap menikmati jalannya roda kehidupan.
Tokoh inspirasinya Chairil Anwar. Esai-esai Chairil Anwar luar biasa. Apalagi esai tentang puisi dan kondisi penyair dan seniman di dunia ini. “Terus terang benci karya yang asoy geboy semohoy. Yang dangkal, yang ketika ketika gali dari dalem lagi gk ada apa-apa. yang banyak petuah-petuah yang ngajar-ngajarin orang,” kata dia. Ia menulis puisi sejak SMA. Tapi, sejak SD sudah suka mengarang cerita. Dulu bacaannya Bobo. SMA udah baca puisi Sapardi Djoko Damono. Ketika kuliah ketemua aye, ari dan iswadi. Terus ikut workshop pematerinya Bang Isbedy, Kak Is, Bang Ari, Bang Aye. Dari situ dapat pengetahuan puisi baru. selama di ukmbs lebih instens berdiskusi dengan ari pahala hutabarat. Akhirnya memberanikan diri mengirim puisi ke media lokal. Setelah itu mulai intens menulis. Awal mulai di kompas setelah juara dua. puisinya raung. []
BIODATA
- Nama: Inggit Putria Marga
- Tempat/tanggal lahir: Tanjungkarang, 25 agustus 1981
- Suami: Muhammad Yunus, S.H
- Anak: Mikraj Arrayyan Altair
- Pendidikan: S1 Fakultas Pertanian Unila
- Karya: Penyeret Babi (kumpulan sajak, 2010) dan Empedu Tanah (kumpulan sajak, 2019).
- Penghargaan:
- Pemenang Krakatau Award 2004
- Anugerah Kebudayaan dari Kemendikbud (2005)
- Kategori Puisi Kusala Sastra Khatulistiwa 2020
