Menjaga Badak, Menjaga Tradisi
Wat ya Bukit Barisan
Kubuperahu gerbangni
Kelestarian lingkungan
Nyin alam tetap asri
Yu kidah Lampung Barat
Ibu kota na Liwa
Payu ram pakat-pakat
Ngelestarikan budaya
Lambang burung Garuda
Bhinneka Tunggal Ika
Badak bucula ruwa
Jejama ram ngejaga
PANTUN ini terasa asyik saat dinyanyikan dua pelajar diiringi tetabuhan raddap (rebana) dan talo lunik (gong kecil) di Panggung Utama Liwa Fair 2019 Kawasan Sekuting Terpadu, Liwa, Lampung Barat, Selasa sore, 24/9/2019. Bersamaan dengan itu empat pasang remaja menari seirama dengan vokal dan musik. Secara keseluruhan penampilan tim nyambai dari SMPN 1 Belalau sangat baik, meskipun tidak menang dalam lomba kali ini.
Pesan sujak (syair dan pantun yang dilantunkan dalam acara Nyambai) di atas jelas mengingatkan alam Lampung Barat yang indah dan mengajak melestarikan kekayaan alam dan margasatwa di dalamnya.
Kurang lebih arti petikan sujak di atas adalah:
Ada Bukit Barisan
Kubuperahu gerbangnya
Lestarikan lingkungan
agar alam tetap asri
Ya itulah Lampung Barat
Ibu kotanya Liwa
Mari kita mufakat
Melestarikan budaya
Lambang burung Garuda
Bhinneka Tunggal Ika
Badak bercula duaa
Bersama kita menjaga
Saya beruntung bisa atau ‘terpaksa’ menyaksikan secara keseluruhan penampilan grup dalam Lomba Nyambai LIwa Fair 2019 se-Kabupaten Lampung Barat untuk kategori pelajar pada Selasa, 24/9/2019 pukul 14.00—20.20 dan untuk umum pada Rabu, 25/9/2019 pukul 19.30—12.30 karena diminta menjadi salah satu juri. Juri lainnya adalah Muryadi Saputra MZ dan Andi Hilman Fahmi.
Lomba Nyambai kali ini sedikit berbeda karena selain untuk memperingati Hari Jadi ke-28 Kabupaten Lampung Barat dikaitkan dengan Peringatan Hari Badak Internasional. Konsorsium Program KFW-BBS (WWF, WCS, YABI) bekerja sama dengan Liwa Fair 2019 menyelenggarakan Lomba Nyambai Tingkat Pelajar dan Umum se-Kabupaten Lampung Barat dengan tema salah satunya, “Menjaga hutan serta margasatwa yang ada di dalamnya”.
Maka, para peserta lomba menari dan melantunkan sujak sesuai tema yang disodorkan Pertama, burasan (upaya mengikat janji untuk berumah tangga antara muli/gadis dan meranai/bujang). Kedua, tema kecintaan terhadap Bumi Sekala Brak (pembangunan, kebudayaan, pelestarian lingkungan dan makhluk hidup yang dilindungi undang-undang seperti badak Sumatera).
Masih bertema lingkungan hidup, tim dari SMKN 1 Liwa ber-sujak: Bumi Sekala Brak/helau nihan alamni/kupi ladani berak/miyos nihan hawani//pullan TNBBS/uwat badak sumatra/gajah lampungni buwas/jejama ram ngejaga (Bumi Sekala Brak/indah sekali alamnya/kopi ladanya luas/sejuk benas udaranya//hutan TNBBS/ada badak sumatra/gajah lampungnya buas/bersama kita menjaga).
atau sujak dari SMPN 2 Waytenong: Gunung di Lampung Barat/Seminung rik Pusagi/Sunyin radu mufakat/ngedukung konservasi//Wai mak kekurangan/pullan musti tijaga/ram santor munyaian/Lambar tangguh bencana (Gunung di Lampung Barat/Seminung dan Pesagi/Semua sudah sepakat/mendukung konservasi//Air tak kekurangan/hutan harus dijaga/Kita selalu sehat/Lambar tangguh bencana).
Di lain waktu penonton yang berjubel tersenyum geli, bahkan berbahak mendengar sujak seperti yang dilantunkan SMPN 1 Liwa Kelas 8 ini: Pangkalanni Way Hamalom/Uncukni Kutaraja/Muli pehalom-halom/ajo ya sapa haga//Bangikni sambol tiyung/tisuwako iwa asin/Abang sai redik panggung/pusikop-sikop sunyin (Pangkalannya Way Hamalom/Ujungnya Kutaraja/Gadis pehitam-hitam/ini dia siapa yang mau//Nikmatnya sambal terong/dicampur dengan ikan asin/Abang yang dekat panggung/ganteng-ganteng semua).
Begitulah, peserta, panitia, juri, dan penonton bergembira berpantun ria selama dua hari. Dari 23 peserta kategori pelajar, keluar sebagai pemenang adalah:
- Juara I Nomor urut 7 SMKN 1 Liwa dengan nilai 814
- Juara II (11) SMPN 1 Liwa Kelas 7 dengan nilai 813
- Juara III (12) SMPN 1 Batuketulis dengan nilai 811
- Juara Harapan I (08) SMKN 1 Kebuntebu dengan nilai 772
- Juara Harapan II (23) SMKN 1 Batuketulis Kelas 11 dengan nilai 769
- Juara Harapan III (2) SMPN 1 Liwa Kelas 8 dengan nilai 765
Sedangkan untuk kategori umum, dari 30 tim, yang menjadi juara adalah:
- Juara I Nomor urut 17 dari Way Kaca Pekon Sukabumi dengan nilai 820
- Juara II (21) Seandanan Jatimulyo 2 Pasar Liwa dengan nilai 810
- Juara III (30) Kodim Kecamatan Balik Bukit dengan nilai 803
- Juara Harapan I (16) Batuapi, Pagardewa nilai 799
- Juara Harapan II (12) Kilau Permata Way Empulau Ulu dengan nilai 797
- Juara Harapan III (06) Sanggar Jejama kegeringan dengan nilai 793
***
Nyambai adalah tradisi sastra lisan berupa berbalas-pantun sambil menari diiringi tetabuhan sebagai ajang silaturrahmi dan mencari jodoh bagi muli-meranai (bujang-gadis) ketika nayuh (pesta pernikahan) di wilayah Kabupaten Lampung Barat. Nyambai boleh dikatakan seni pertunjukan yang di dalamnya terdapat music dan tari. Seni music yang dimaksud adalah menabuh alat musik raddap (kendang), talo lunik (gong kecil) sambil menyanyikan lagu dalam bentuk syair dan pantun.
Secara etimologi, nyambai berasal dari kata “cambai” (bahasa Lampung) yang berarti sirih. Ditambahkan imbuhan ny- menjadi “nyambai” sebagai kata kerja, yang berarti menyirih. Menyirih bagi sebagian masyarakat tradional, termasuk di Lampung Barat, sangat penting dan diwajibkan tatkala hendak berhadapan dengan orang yang lebih tua atau yang lebih tinggi derajatnya. Menyirih mempunyai makna keterbukaan dalam penyambutan tamu dan juga sebagai bentuk penghormatan terhadap esame. Hal inilah yang menyebabkan kesenian ini diberi nama nyambai. Sebab, terdapat sebuah bentuk penghormatan dan ungkapan rasa kegembiraan di dalamnya.
Dari segi fungsinya, Nyambai digunakan sebagai sarana hiburan. Selain sebagai ungkapan keterbukaan dan penghormatan, Nyambai juga memiliki makna pergaulan di dalam sebuah kultur masyarakat adat, saling mengunjungi satu sama lain, memperbaiki apa yang rusak di dalam tatanan keluarga dan saling mempedulikan satu sama lainnya.
Jika dulu, Nyambai digelar sebatas ada pesta pernihakah, kini Nyambai mulai diperkenalkan di berbagai even seperti Festival Sekala Brak dan dalam rangkaian ulang tahun Kabupaten Lampung Barat yang diselenggarakan di Bumi Beguai Jejama. Dengan demikian, fungsinya menjadi lebih luas, termasuk di antaranya menyosialisasikan program pembangunan dan menanamkan rasa cinta pada tanah kelahiran.
Dengan demikian, Nyambai pun bisa menjadi media sosialisasi dan penyadaran akan pelestarian lingkungan hidup. Tema “Menjaga hutan serta margasatwa yang ada di dalamnya” menjadi tantangan tersendiri bagi siswa dan peserta umum dalam mengekspresikannya ke dalam syair dan pantun. Begitu! []