Panggung

Jejak Pergulatan Teater Satu: Dari Tanjungkarang ke Panggung Dunia

Fragmen Nostalgik

Bagian Pertama dari Dua Tulisan

Oleh Christian Heru Cahyo Saputro

DUA puluh tiga tahun perjalanan kreatif dan pencapaian estetik Teater Satu Lampung meninggalkan jejak eksistensi dan prestasi. Teater Satu kini tercatat menjadi salah satu teater terdepan yang dimiliki Indonesia. Eksistensi Teater Satu ini sekaligus membuktikan kalau ketekunan akan membuahkan hasil. Dan dikotomi jawa centris pun terpatahkan.

Berawal dari panggung Taman Budaya Lampung, Tanjungkarang, Teater Satu, kini mencatat jejak berpentas ke panggung dunia seperti Kuala Lumpur (Malaysia), Toyama (Jepang), Koln (Jerman) dan Melbourne (Australia). Selain itu tentunya, pentas diberbagi kota di Indonesia.

Tepat Tanggal 16 Oktober 2016, Teater Satu , Lampung  yang didirikan sepasang sejoli Iswadi Pratama dan Imas Sobariah — yang kini jadi pasangan suami istri— tepat berusia duapuluh tahun berkiprah.

Jejak Perjalanan Teater Satu

Periode 1996 – 2000

Teater Satu begitu berwujud  belum memiliki anggota apalagi program kerja.  Pada waktu itu kebetulan pada bulan Oktober 1996 Taman Budaya menggelar event Festival Monolog se- Lampung. Iswadi dan Imas berpikir event ini  bisa dijadikan menjadi tonggak penting untuk mendeklarasikan sekaligus memperkenalkan Teater Satu ke publik dengan menjadi peserta dalam event tersebut. Untuk kali pertamanya Teater Satu merekrut hanya 1 orang anggota Isnaini Muhimah (Ema) untuk menghadapi Lomba Monolog se- Lampung.

Iswadi Pratama dalam Oidipus.
FOTO-FOTO: CHRISTIAN HERU CS

Tak sia-sia keikutsertaan Teater Satu membuahkan prestasi. Dalam event tersebut Ema berhasil menyabet sebagai penampil terbaik. Salah satu juri  Arthur S. Nalan —yang juga  staf pengajar STSI Bandung— mengatakan Ema  sebagai aktris yang memiliki talenta luar biasa.

Keberhasilan Ema dalam Festival Monolog ini menjadi magnet beberapa aktor dan aktris yang semula berkiprah di Pasar Seni Enggal bergabung dengan Teater Satu antara lain; Jonet, Yudi Bayong, Robi Akbar, dan Anang. Makin hari yang ikut latihan bertambah, akhirnya mencapai 20 orang anggota bergabung.

Iswadi dan Imas begitu melihat anggotanya antusias berlatih memutuskan menggarap lakon karya Aristophanes bertajuk Lysistrata. Mulai November 1996 latihan pun dimulai di halaman Taman Budaya Lampung di Tanjungkarang. Ternyata selama proses latihan tersebut jumlah anggota makin bertambah  termasuk para pelajar dari berbagai SLTA di Bandar Lampung.

Lakon Lysistrata yang dipentaskan pada  April 1997 dan terbilang sukses yang tidak kurang dihadiri lebih 1.000 orang penonton selama 2 hari pementasan.  Pementasan pertama teater Satu ini terpublikasi meluas. Pementasan ini sekaligus merupakan tonggak mulainya kerja manajemen produksi  dalam bentuk penjualan tiket, sponsorship, dan publikasi.

Menurut Iswadi meskipun dari aspek manajemen produksi pementasan Lysistrata terbilang cukup berhasil, namun organisasi belum secara lebih profesioanal. Pasalnya, belum ada SDM yang punya ketrampilan, pengetahuan di bidang organisasi dan manajemen kecuali Isnaini Muhimah.

Untuk membesarkan Teater Satu, Iswadi dan Imas terus berkonsentrasi untuk membekali pengetahuan dan keterampilan SDM di bidang keaktoran, manajemen, dan artistik.

Meskipun hanya ditopang oleh kemampuan manajemen yang terbatas. Setiap penampilan dan pementasan Teater Satu terbilang berhasil dan menjadi perbincangan para seniman, LSM dan pers di Lampung.

Karya-karya terbaik yang dipentaskan Teater Satu pada kiprah awalnya; Monolog Prita Istri Kita karya Arifin C. Noer ( 1996 ),  Lysistrata karya Aristophanes   ( 1997 ),  Kapai – Kapai karya Arifin C. Noer ( 1997 ),  Jerit Tangis Malam Buta karya Rolf Laukner ( 1998 ) dan Umang-Umang karya Arifin C. Noer ( 1998 – 1999 ).

Periode 2000 – 2003

 Muara keberhasilan itu melahirkan kerja bareng dengan Teater Potlot. Pada tahun 1999 – 2000 menggarap proyek rekonsiliasi etnik melalui seni pertunjuan teater yang didanai USAID. Kerjasama ini melahirkan 50 kali pertunjukkan Teater Rakyat dan Modern di 50 Kota dan Desa di Provinsi Lampung.

Bingkai Kenangan.

Pada  periode ini pula Teater Satu mulai merintis event Festifal Teater Pelajar se-Lampung yang kemudian hari menjadi event  Liga Teater SLTA.  Kerja sama ini membawa Teater Satu pada  pada sebuah fase,  dimana Teater Satu mulai membenahi masalah – masalah manajemen organisasi.Langkah ini menjadikan Teater Satu berkembang menjadi sebuah komunitas / organisasi seni yang lebih modern.

Mulai periode 2000 – 2003 ini Iswadi dan Imas mulai menyusun, merencanakan, dan melaksanakan program – program pembelajaran/pelatihan internal yang lebih terukur dan terarah di bidang artistik dan manajemen. Ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan : Workshop Penyutradaraan, Workshop Pemeranan, Workshop Artistik dan Workshop Manajemen Panggung dan Organisasi.

Workshop atau pelatihan tersebut masih dilaksanakan sebagai bagian dari proses penggarapan naskah  produksi  dan bersifat internal serta bertujuan untuk mempersiapkan seluruh SDM Teater satu untuk Go Nasional .

Kesempatan itu pun datang, imbuh Iswadi,  saat Teater Satu diminta tampil mewakili Taman Budaya Lampung dalam ajang Pertemuan Taman Budaya se–Sumatera di Jambi pada tahun 2000. Teater Satu mengusung lakon Waiting for Godot karya Samuel Backett disutradarai Ahmad Jusmar.  Penampilan Teater satu di Jambi ini sempat pula disaksikan Ratna Riantiarno dari Teater Koma.

Pada tahun 2001 lakon tersebut juga diminta untuk dipentaskan  di Teater Utan Kayu (TUK), Jakarta. Pada tahun 2002 kesempatan Teater Satu untuk  Go Nasional kembali terbuka saat Yayasan  KELOLA membuka lamaran Hibah Seni periode 2002. Teater Satu berhasil meraih Hibah tersebut dan mementaskan lakon  Waiting for Godot  keliling di berbagai kota di Taman Budaya Lampung, Jogjakarta, Tasikmalaya, dan Taman Budaya Bandung.

Perkembangan Teater Satu dalam periode 2000 – 2003 juga tidak terlepas dari peran serta Ahmad Jusmar yang telah menyelesaikan studinya di ISI Jogjakarta dan bergabung dengan Teater Satu, juga Salam Nasarudin, alumnus ISI yang menjadi karyawan Taman Budaya Lampung dan banyak terlibat dalam berbagai produksi Teater Satu. Di samping itu juga ada Sutarko dan Margiastuti, alumnus ISI Jogjakarta jurusan musik.

Periode 2003 – 2007 

Teater Satu  berhasil menjadi salah satu grup teater dari Sumatera yang berhasil mengaktualisasikan diri di level nasional. Menghadapkan Teater Satu pada tantangan – tantangan perkembangan yang lebih kompleks.

Kalau pada awalnya  dinamika masih sangat bergantung pada inisiatif  Iswadi dan  Imas atau pada  Project – project yang diterima, maka sejak periode 2003 – 2007 Teater Satu telah bekerja berdasarkan program yang telah disusun bersama.

Namun demikian, lanjut Imas, masih sering terjadi bahwa beberapa project terpaksa didahulukan daripada program yang telah disusun karena pertimbangan pendanaan yang sangat dibutuhkan Teater Satu tetap mengelindingkan roda organisasi dan membiayai program kerja. Pada periode ini pula Posisi Teater Satu di Panggung Teater Nasional perlahan semakin kokoh bahkan telah merintis jalan untuk go International.

Periode 2008 – Sekarang

Melalui monolog Perempuan di Titik Nol (Adaptasi dari Novel Peremuan di Titik Nol Karya Nawal El Saadawi oleh teater satu), Teater mulai berkiprah tak hanya di panggung nasional, tetapi melebarkan pentas ke panggung Internasional di Kuala Lumpur dan Australia. Melalui pementasan lakon Perempuan di Titik Nol Teater Salihara , Jakarta,  Teater Satu ditabalkan  sebagai Teater Terbaik versi majalah Tempo tahun 2008. Serangkaian pementasan pada tahun-tahun berikutnya merupakan bukti konsistensi dan eksistensi Teater Satu di panggung seni pertunjukan Indonesia.

Warahan Aruk Gugat.

Pementasan Aruk Gugat Karya/Sutradara Iswadi Pratama Mei 2009 Teater Salihara  Jakarta, STSI Bandung, Oktober 2010, Medan, 2012, Jambi 2013.  Kisah-kisah Yang Mengingatkan Karya/Sutradara : Iswadi Pratama 20-21 November Teater Salihara Jakarta, 4-5 Desember 2009 Taman Budaya lampung, Art Summit International di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, 2010, Ubud Writer Festival Oktober 2012. Pementasan VISA karya Goenawan Mohammad sutradara Iswadi Pratama, Juni 2011.

Pementasan Kisah Lain Kurusetra atawa Karna karya Goenawan Mohammad Sutradara Iswadi Pratama di Taman Budaya Lampung, Maret 2012. Pementasan Anak yang Dikuburkan karya Sam Separd sutradara Iswadi Pratama di Teater Salihara Jakarta, Juni 2012. Pertunjukan ini menobatkan Teater Satu menjadi Grup terbaik Indonesia versi majalah Tempo.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top