In Memoriam Andy Wasis
… Burung-burung bercericit di pepohonan. Awan tetap menyelimuti kota Liwa yang sejuk ini. Matahari menyeruak dari balik-balik Bukit Barisan.
Zuraida berdiri termangu di sisi jalan raya dekat terminal bus. Tak sadar air matanya merembes dari celah-celah kelopak mata yang jeli, membawa alur kedukaan. Sebuah bus dengan muatan sarat lalu di depannya. Seseorang melambaikan tangan kepadanya. Ia tahu itu pasti tangan Rambe, bukan tangan Arman yang juga ada di dalam bus itu duduk di sisi Rambe mengawasinya dari celah jendela.
Zuraida tak kuasa mengangkat tangannya untuk membalas lambaian tangan itu. Hatinya yang bicara, “Selamat jalan. Selamat jalan semua…”
…
INI ending novel Bunga di Balik Bukit karya Andy Wasis. Versi lain dari novel ini berjudul Musim Bunga di Kota Liwa. Sebuah novel dengan setting tanah kota kelahiran tercinta, Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat.
Saya kembali mencari-cari informasi tentang penulis ini ketika Arman AZ men-share beberapa karya Andy Wasis di Facebook. Tertulis profil di blognya: “Andy Wasis, lahir di Tanjungkarang, Bandar Lampung, 3 Juli 1938. Sepanjang hayat hidup dari menulis buku. Telah lebih dari 100 novel(anak,remaja,dan dewasa) diterbitkan oleh berbagai penerbit di Indonesia. Cerpennya dimuat berbagai majalah/koran lokal dan nasional.”
Dari, akun Facebooknya juga, Arman memberi tahu, Andy Wasis telah berpulang ke Rahmatullah. Ya, benar. Postingan terakhir di FB-nya tertanggal 27 Februari 2012 dari Antonius Hanpon Batam yang menggureskan puisi duka kehilangan sosoknya.
Sudah lama sekali. Dan, astaghfirullah, kami baru tahu. Padahal tahun 2010-an, saya sempat berdiskusi dengan almahum melalui dunia maya.
Dari Indri Septiati Wasis, saya mendapat informasi Andy wafat di Ciputat, Tangerang Selatan, 29 Oktober 2011.
Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Selamat jalan, Eyang. Ratusan novel/buku cerita warisan penting darimu. Tabik. []
